4.4.2 Analisis Peranan Kemitraan terhadap Pembentukan Rantai Pemasaran dalam Rantai Nilai
Setelah analisis entry point dilakukan, analisis selanjutnya adalah analisis pembentukan rantai pemasaran berdasarkan hasil dari analisis entry point.
Analisis yang pertama adalah analisis struktur rantai nilai. Analisis struktur rantai nilai menggambarkan anggota utama atau aktor dari jaringan dan peran dari
masing-masing aktor. Analisis selanjutnya adalah analisis kegiatan aktifitas pemasaran yang terstruktur yang dirancang untuk menghasilkan output tertentu
termasuk didalamnya tipe fisik produk, dan informasi.
4.4.3. Analisis Peranan Kemitraan terhadap Kinerja Rantai Nilai
Tahapan analisis yang ke empat adalah analisis kinerja rantai nilai berdasarkan aktifitas pendukung dalam aktifitas pemasaran. Aktifitas pendukung
yang dinilai kinerjanya adalah akses terhadap infrastruktur dan transportasi, akses terhadap informasi dan pengetahuan, akses terhadap keberadaan organisasi,
pembentukan governance dan pola hubungan antar aktor, dan terakhir adalah analisis efisiensi pemasaran. Semakin baik kemampuan aktor rantai nilai dalam
mengakses lingkungan pendukung tersebut, maka akan semakin baik kinerjanya. Semakin baik governance dan keterikatan hubungan maka akan semakin baik
kinerjanya. Semakin efisien rantai yang terbentuk maka akan semakin baik kinerjanya dan sebaliknya. Kinerja rantai nilai dibendakan ke dalam dua tipe yaitu
sistem kemitraaan dan sistem yang tidak bermitra.
Metode untuk mengukur kinerja aktor dalam mengakes lingkungan seperti akses terhadap infrastrruktur, akses terhadap transportasi, akses terhadap
informasi dan pengetahuan dan akses terhadap orgnisasi menggunakan metode skala likert. Dengan menggunakan skala likert, maka variable yang diukur
dijabarkn menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variable, kemudian sub varibel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator lagi yang dapat di ukur.
Akhirnya indikator-indiktor yang terukur ini menjadi titik tolak untuk membuat instrument yang berupa pertanyaan atau pertanyaan yang perlu di jawab oleh
responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan pertanyaan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai
berikut : Pernyataan positif
Sangat tinggi 5, tinggi 4, sedang 3, rendah 2, dan sangat rendah 1 Pernyataan negatif
Sangat tinggi 1, tinggi 2, sedang 3, rendah 4, dan sangat rendah 5
Penelitian ini menggunakan skala likert tiga tingkat dan termasuk pernyataan positif:
1
2 3
Tinggi Sedang
Rendah Skala likert ini digunakan untuk mengukur kinerja rantai nilai yang di
lakukan oleh aktor baik peternak maupun pedagang. Kinerja rantai nilai di ukur dari dengan menggunakan empat pertanyaan positif. Seluruh jawaban pertanyaan
tersebut akan dijumlahkan dan dibuat persentase setiap responden, untuk mengetahui seberapa besar kinerja peternak aktor dalam rantai nilai. Semakin
tinggi persentase akses terhadap lingkungan pendukung, maka semakin tinggi kinerja.
Keterangan : 1.
Akses terhadap infrastruktur Akses terhadap infrastruktur adalah akses terhadap ketersediaan
infrastruktur fisik seperti jalan yang bagus, fasilitas yang memadai meliputi fasilitas pasar, fasilitas informasi pasar, dan fasilitas rumah
pemotongan. Akses terhadap infrastruktur diidentifikasikan dengan kategori tinggi ketika aktor mampu mengakses jalan yang bagus aspal,
fasilitas pasar hewan dan fasilitas rumah potong hewan yang memadai. Akses dikategorikan sedang, ketika aktor memiliki akses yang baik
terhadap infrastruktur jalan, akan tetapi tidak memiliki akses yang baik terhadap pasar dan rumah potong hewan. Akses dikategorikan rendah
apabila aktor tidak memiliki akses sama sekali terhadap keberadaan jalan yang bagus dan fasilitas yang memadai.
2. Akses terhadap keberadaan transportasi
Akses terhadap keberadaan transportasi adalah akses aktor terhadap tersedianya alat transportasi untuk mengangkut sapi potong. Akses
terhadap keberadaan transportasi dikategorikan tinggi apabila aktor memiliki akses transportasi untuk engangkut sapi dan menggunkannya
pada setiap transaksi. Akses terhadap transportasi dikategorikan tinggi, apabila aktor memiliki alat transportasi dan menggunakannya untuk
mengangkut ternak sapi pada saat trnsaksi. Akses terhadap transportasi dikategorikan sedang apabila aktor tidak memiliki alat transportasi akan
tetapi aktor dengan mudah menghubungi pedagang apabila ingin menjual ternak atau aktor masih bias menyewa alat transportasi. Akses terhadap
transportasi dikategorikan rendah apabila aktor tidak memiliki akses transportasi dan tidak memiliki akses untuk menghubungi pedagang.
Aktor ini sangat tergantung pada pedagang tingkat selanjutnya, sehingga terkadang harga yang diterima murah dan biaya transportasi tinggi.