biaya pemasaran, mnunjukkan bahwa secara operasional sistem pemasaran tersebut semakin efisien.
3.4 Kerangka Konseptual
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan rantai nilai produk peternakan termasuk sapi potong semakin panjang dan komplek.Sebaliknya,
aktifitas agroindustri sapi potong pada saat ini masih belum terintegrasi dan bersinergi dengan kegiatan di sektor hulunya Bappenas 2010.Salah satu strategi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja rantai nilai adalah melalui sebuah hubungan baik vertikal maupun horizontal atau yang biasa disebut
kemitraan. Adanya konsep kemitraan ini akan membentuk suatu organisasi pemasaran yang berbeda dengan organisasi pemasaran yang dibentuk oleh
peternak yang bekerja secara mandiri.
Rantai nilai sapi potong di Indonesia merupakan rantai nilai yang cukup panjang dan komplek. Peternak sapi potong khususnya di Pulau Jawa melakukan
usaha ternak dalam dua sistem yaitu sistem kemitraan dan non kemitraan. Kedua sistem tersebut akan membentuk organisasi pasar dan mempengaruhi kinerja
rantai nilai sapi potong peternakan rakyat di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dalam menganalisis rantai nilai. Analisis rantai nilai dilakukan melalui tiga tahap, yaitu mengidentifikasi entry point, dimana entry point analisis ini
adalah karakteristik peternak mitra dan peternak tidak bermitra. Hasil dari analisis entry point tersebut kemudian digunakan untuk mengidentifikasi saluran
pemasaran dan peran aktor dalam analisis pemetaan rantai nilai dan menganalisis kinerja rantai nilai. Analisis kinerja rantai nilai dideskripsikan sebagai analisis
kapasitas masing-masing aktor atau lembaga dalam mengakses lingkungan pendukung seperti akses terhadap infrastruktur dan transportasi, akses terhadap
informasi dan pengetahuan, akses terhadap keberadaan organisasi, dan akses terhadap pembentukan governance structure dan hubungan antar aktor.
Analisis kinerja juga dilakukan dengan cara menganalisis struktur biaya dan besarnya marjin yang diperoleh masing-masing saluran yang terbentuk.
Keseluruhan analisis baik analisis entry point, analisis pemetaan dan analisis kinerja membandingkan dua sistem yaitu sistem kemitraan dan sistem tidak
bermitra. Oleh karena itu, berdasarkan analisis perbandingan dua sistem yaitu sistem kemitraan dan tidak bermitra dapat diambil kesimpulan mengenai sejauh
mana peran kemitraan dalam memetakan rantai nilai, meningkatkan kinerja dan pembentukan struktur biaya serta besarnya marjin rantai nilai Gambar 3.3
Gambar 3.3 Kerangka pemikiran konseptual Adaptasi dari model rantai nilai Kaplinsky dan Morris 2001
Alternatif saluran di rantai nilai yang berkinerja lebih baik
-Aktifitas agroindustri sapi potong belum terintegrasi dengan kegiatan di
sektor hulu peternakan skala kecil. - Rantai pemasaran yang panjang dan
tidak efisien disebabkan banyaknya pedagang.
Kemitraan membentuk struktur organisasi dan peran dalam rantai pemasaran di
dalam rantai nilai
Kemitraan dapat meningkatkan kinerja rantai nilai
Analisis peranan kemitraan terhadap rantai nilai Sapi Potong Peternakan Rakyat
Analisis Entry point Analisis Karakteristik Peternak Mitra dan Tidak Bermitra
Pembentukan saluran pemasaran Analisis Aktor dan Aktivitas Rantai Pemasaran
Analisis Kinerja Rantai Nilai Performance
Analisis akses lingkungan pendukung
1. Akses terhadap Infrastruktur dan Transportasi
2. Akses terhadap informasi dan pengetahuan
3. Akses terhadap organisasi
Analisis Structure Governance
Analisis Efisiensi
1. Marjin Pemasaran 2. Farmer’s Share
3. Rasio KeuntunganBiaya 4. Rasio penerimaantotal
biaya
4. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai analisis rantai nilai peternakan sapi potong rakyat dilakukan di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa
Tengah. Pemilihan lokasi penelitian mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : 1 Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi sentra sapi potong di
Indonesia dimana Kabupaten Banjarnegara adalah salah satu wilayah sentra sapi potong, 2 wilayah Kecamatan Wanayasa merupakan salah satu wilayah penting
jumlah populasi terbesar dalam pengembangan penggemukan sapi potong di Banjarnegara. Peternak sapi potong di Kecamatan Wanayasa terbagi menjadi dua
kelompok peternak,yaitu peternak yang bermitra dan peternak yang tidak bermitra. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan pengisian
kuesioner oleh pelaku-pelaku dalam rantai nilai sapi potong. Data primer meliputi data karakteristik peternak mitra yang terdiri dari umur dan jenis kelamin
peternak, tingkat pendidikan, pengalaman usaha peternak, skala usaha, kepemilikan asset dan modal, luas dan status pengusahaan lahan, dan deskripsi
usaha ternak. Sedangkan data primer mengenai keseluruhan aktivitas yang dilakukan masing-masing pelaku berdasarkan peran dan fungsi, digunakan untuk
menganalisis pemetaan rantai nilai.
Data sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh berdasarkan literature-literatur yang diambil dari buku dan artikel serta lembaga atau instansi
terkait, seperti Badan Pusat Statistik BPS, data keragaan dan kebijakan industri sapi potong dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, data badan
penyuluh pertanian, peternakan, dan kesehatan hewan Kecamatan Wanayasa, jurnal dan artikel ilmiah terkait topik penelitian
4.3 Metode Penentuan Responden
Penelusuran dan pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja purposive dimana setelah penentuan lokasi penelitian, maka
responen yang dipilih adalah responden yang bekerja pada dua sistem yang berbenda, yaitu sistem kemitraan dan sistem yang tidak bermitra. Metode
penentuan sampel digunakan untuk memperoleh data primer yang mewakili populasi yang ada karena tidak semua peternak sapi potong dijadikan sumber data
primer. Peternak yang dipilih adalah peternak yang sedang mengusahakan usaha penggemukan sapi potong dalam kurun waktu dua tahun terakhir atau yang
sedang melakukan jual-beli sapi potong yang berasal dari enam desa, yaitu Desa Kajiwan, Desa Kasimpar, Desa Sibebek, Desa Gumelem, Desa Logok, dan Desa
Wanayasa. Sehubungan dengan tidak adanya data yang menyebutkan jumlah populasi peternak yang melakukan usaha dengan sistem kemitraan maupun non