Sistem Pembayaran dan pembentukan harga

Tabel 7.7 Struktur biaya pemasaran di masing-masing tingkat lembaga pemasaran Jenis biaya Pedagang desa Pedagang kecamatan Pedagang pemotong 1 Pedagang pemotong 2 Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Biaya transportasi 210 65 127.6 40 95 23 140 35 tenaga kerja 68.8 21 88.62 28 186.5 45 198 50 Pakan 42.3 13 42.3 13 14.2 3 14.2 4 retribusi rph 62 19 71.01 17 42.85 11 pajak potong 43.5 11 Biaya total 321.1 320.52 410.21 395.05 Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran untuk membayar upah pegawai dan pemakaian jasa tenaga selama penjualan sapi maupun pemotongan sapi. Pada tabel 7.7 terlihat bahwa untuk pedagang pemotong biaya tenga kerja merupakan komponen biaya terbesar dari total biaya pemasaran. Hal ini disebabkan oleh fungsi dan peran yang dimiliki oleh pedagang pemotong yaitu mengubah bentuk bobot hidup menjadi karkas dan daging melalui proses pemotongan di RPH.Biaya pakan yang dikeluarkan lembaga pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemberian pakan agar kondisi tubuh ternak tidak mengalami penurunan bobot badan. Biaya pakan dikeluarkan sebelum ternak diserahkan ke pedagang selajutnya atau selama dalam masa penampungan. Masa penampungan ternak yaitu sekitar 1-3 hari tergantung dari jadwal pedagang kecamatanpedagang pemotong melakukan penjualanpemotongan. Biaya pakan paling besar dikeluarkan oleh pedagang kecamatan yaitu sebesar 13 persen dari total biaya pemasaran. Hal ini disebabkan oleh jadwal penjualan sapi yang dimiliki pedagang kecamatan yaitu satu minggu dua kali. Komponen biaya lainnya seperti retribusi rph, dan pajak potong dikeluarkan oleh pedagang kecamatan maupun pedagang pemotong yang melakukan aktifitas pemotongan di RPH. Total biaya adalah jumlah seluruh komponen biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran sapi potong. Total biaya pemasaran terbesar dimiliki oleh pedagang pemotong tingkat Kabupaten dengan jumlah biaya sebesar Rp 410.21kg bobot hidup.

7.5.2. Analisis Marjin Pemasaran

Marjin merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Menurut Ilham 2009 dua komponen utama marjin pemasaran adalah keuntungan dan biaya pemasaran. Besar marjin pemasaran dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya pemasraan dengan besarnya keuntungan pada setiap lembagaaktor. Marjin ini dapat pula ditunjukan dengan perbedaan harga jual dan harga beli pada setiap saluran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan harga jual, biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan dari setiap lembaga pemasaran di saluran tersebut. Perbedaan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga berbeda, hal ini tergantung pada nilai tambah yang diberikan terhadap komoditi oleh setiap lembaga pemasaran. Nilai tambah tersebut meliputi nilai guna, bentuk, waktu, tempat dan kepemilikan. Analisis Marjin Pemasaran Sistem Kemitraan Analisis marjin pemasaran pada tipe kemitraan hanya memiliki satu saluran, yaitu peternak mendapatkan sapi potong dari pedagang, peternak menjual sapi potong kepada pedagang dan kemudian pedagang menjual sapi potong kepada pedagang pemotongpengecer. Harga yang dibayarkan oleh pedagang dan pedagang sapi potong dalam satuan Rpkg bobot hidup. Struktur biaya, besar biaya, dan marjin pemasaran pada saluran dengan pola kemitraan dapat dilihat pada tabel 7.8. Tabel 7.8 Marjin pemasaran pada setiap lembaga dan saluran pemasaran ternak sapi potong di wilayah Kabupaten Banjarnegara per Juni 2012 Pola Kemitraan Lembaga pemasaran Saluran 1 Kemitraan, n=30 Rpkg BB Persentase 1. Peternak MitraPlasma Harga Jual 0.00 2. PeternakPedagang inti A. Harga beli 0.00 B.Total Biaya Pemasaran 0.00 C. Marjin Pemasaran 0.00 D. Harga Jual 23950 95.60 4. Pedagang Pemotong Pengecer A. Harga beli 23950 93.92 B.Total Biaya Pemasaran 397.92 1.56 C. Marjin Pemasaran 1100 6.08 D. Harga Jual 25050 100 Total Marjin Pemasaran 1550 Dari tabel 7.8 dapat diketahui bahwa pada sistem kemitraan, harga yang diterima peternak sebenarnya sama dengan harga yang diterima oleh pedagang. Harga yang diterima peternak mitra adalah harga yang ditentukan berdasarkan hitungan biaya produksi peternak termasuk biaya input atau bakalan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dari informasi harga berdasarkan hitungan pedagangpeternak besar tersebut, peternak besar kemudian mematok harga jual sapi sesuai dengan biaya transportasi, tenaga kerja, dan retribusi pasar dan harga sapi pasar sapi potong jenis tertentu dewasa yaitu sebesar Rp. 23950 kg. Berdasarkan informasi tersebut, maka total marjin yang di terima di sistem kemitraan ini adalah marjin yang diterima oleh pedagang pemotong yaitu sebesar Rp. 1100kg bobot hidup. Farmer’s share yang diterima oleh produsen dalam hal ini peternak dan pedagangpeternak besar adalah 95.60 persen artinya produsen menerima 95.60 persen dari harga, dan sisanya dinikmati oleh aktor lain dalam rantai pemasaran. Farmer’s share yang besar pada saluran kemitraan menunjukan bahwa harga jual di saluran kemitraan dengan harga jual akhir di tingkat pedagang pemotong hampir sama besar. Farmer’share yang besar menunjukkan bahwa sebenarnya usaha ternak dengan sistem kemitraan tersebut berpotensi untuk