Table 5.2 Jumlah populasi sapi potong di Kabupaten Banjarnegara 2008 No
Kecamatan Jumlah Ternak
Ekor Proporsi
terhadap total
1. Wanayasa
8.047 19.32
2. Kalibening
5.593 13.43
3. Karangkobar
4.678 11.23
4. Bawang
3.188 7.6
5. Pandanarum
2.745 6.59
6. Total Area in Banjarnegara
41.638 100
Sumber
: BPS Banjarnegara Banjarnegara Dalam Angka, 2008
Potensi sapi potong di Kecamatan Wanayasa disebabkan kesesuaian kondisi wilayah Kecamatan Wanayasa untuk budidaya sapi potong. Ketinggian
rata-rata wilayah Kecamatan Wanayasa adalah 1.135 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 15 sampai dengan 20 derajat celcius. Ketinggian tempat
tersebut merupakan kondisi yang sangat sesuai untuk budidaya sapi potong terutama sapi potong keturunan Eropa seperti silangan Brahman dengan
Simmental, silangan Simmental dengan Fries Holstein, silangan Brahman dengan Fries Holstein Abidin, 2002. Kondisi ini yang menyebabkan hampir seluruh sapi
potong yang tersebar di Kecamatan Wanayasa merupakan sapi potong keturunan Eropa.
Kesesuaian wilayah ini juga didukung dengan luas lahan yang dapat digunakan sebagai sumber pakan sapi. Secara umum, topografi wilayah
Kecamatan Wanayasa berupa dataran tinggi yang berbukit-bukit, terutama di wilayah Kecamatan Wanayasa bagian utara. Kondisi ini disebabkan oleh letak
Kecamatan Wanayasa yang termasuk ke dalam rantai pegunungan dataran tinggi Dieng. Tipe pemukiman desa-desa di Kecamatan Wanayasa relative sama, yaitu
memusat di sepanjang jalan dan di kelilingi lahan pertanian. Kondisi wilayah Kecamatan Wanayasa berdasarkan penggunaan lahannya dapat dilihat pada Tabel
5.3.
Tabel 5.3 Penggunaan Lahan di Kecamatan Wanayasa tahun 2008
No Penggunaan Lahan
Luas hektar Proporsi dari luas
kecamatan Wanayasa 1.
Sawah irigasi sederhana 100,73
1,23 2.
Sawah tadah hujan 271,82
3,31 3.
Tanah Pekarangan 237,84
2,90 4.
TegalanKebun 4.324,34
52.73 5.
Kolam 39.96
0.49 6.
Hutan produksi 2.222,82
27,10
Sumber : Kecamatan Wanayasa dalam Angka 2008, BPS Kabupaten Banjarnegara 2008
Berdasarkan Tabel 5.4, usaha perekonomian masyarakat untuk sektor pertanian komoditi yang dapat dikembangkan adalah tanaman pangan dan
holtikultura. Penggunaan lahan paling luas adalah untuk tegalan atau kebun, yaitu sebesar 52.73 persen dari total keseluruhan lahan. Tegalan atau kebun sebagian
besar digunakan untuk menanam jagung dan sayuran seperti kentang, kubis,
wortel dan sayuran lainnya yang merupakan commodities utama di Kecamatan Wanayasa. Tabel 5.4 Sebagian kecil lahan digunakan untuk menanam rumput
gajah yang merupakan pakan utama sapi potong. Hasil sampingan baik berupa gulma maupun limbah pertanian pascapanen mendukung usaha peternakan sapi
potong dalam hal ketersediaan pakan ternak
Tabel 5.4 Komoditas, luas panen, dan produksi pertanian Kecamatan Wanayasa
Commodities Luas Panen hektar
Produksi ton Kec.
Kab. Kec
Kab Padi Sawah
392 24603
1937 138079
Jagung 5634
25788 17684
86842 Ubi Kayu
50 11616
1439 250797
Bawang daun 184
715 14195
54247 Cabe besar
89 300
4923 11193
Cabe rawit 64
300 2588
7826 Kentang
261 6361
51062 964677
KolKubis 531
3217 123514
635758
Sumber : Kecamatan Wanayasa dalam angka 2008
5.2 Kondisi Penduduk
Kecamatan Wanayasa memiliki jumlah penduduk 43.891 orang yang terbagi menjadi 10.726 kepala rumah tangga. Kepadatan penduduk Kecamatan
Wanayasa adalah 535 per kilometer persegi. Penduduk dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu penduduk dewasa yang diasumsikan bertindak sebagai kelompok
penduduk yang memasuki angkatan kerja dan penduduk anak-anak yang termasuk ke dalam penduduk bukan angkatan kerja. Secara umum jumlah penduduk wanita
cenderung lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki, dengan sex rasio 99, 7. Jumlah penduduk dewasa memiliki proporsi yang lebih banyak sehingga hal
tersebut sangat mendukung usaha pengembangan peternakan penggemukan sapi potong maupun usaha pertanian lainnya yang membutuhkan tenaga kerja. Tabel
5.5.
Sementara itu, dari total jumlah penduduk dewasa yang bekerja, jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian memiliki proporsi paling besar
diantara penduduk dengan jenis pekerjaan yang lainnya. Sebagian besar penduduk yang bekerja pada sektor pertanian baik tanaman pangan maupun non pangan,
juga memelihara ternak baik untuk kebutuhan sendiri maupun komersil. Jenis ternak yang dipelihara adalah sapi potong, kambing, domba, dan kelinci.
Tabel 5.5 Data kependudukan kecamatan Wanayasa tahun 2008
No Deskripsi Ukuran
Persentase dari Kabupaten
1. Jumlah laki laki
21913 orang 4,82
2. Jumlah Perempuan
21978 orang 4.83
3. Sex ratio
99.7 LP -
4. Jumlah usia dewasa laki-laki
15245 orang 4.82
5. Jumlah usia dewasa perempuan
15760 orang 4.83
6. Jumlah anak laki-laki
6553 orang 4.82
7. Jumlah anak anak perempuan
6333 orang 4.83
8. Jumlah kelahiran
775 orang 6.56
9. Jumlah kematian
211 orang 5.11
Sumber : Kecamatan wanayasa dalam angka 2008, BPS Kabupaten Banjarnegara 2008
6. KARAKTERISTIK USAHA TERNAK SAPI POTONG ENTRY POINT
6.1 Perbedaan Peternak dengan Sistem Kemitraan dan Tidak Bermitra
Peternak merupakan sumber atau entry point analisis aliran pemasaran sapi potong. Peternak dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu peternak yang
bermitra dan peternak yang tidak bermitra. Perbedaan petani ini berikutnya akan menentukan tipe aliran pemasaran mana yang akan terjadi dan jumlah pelaku yang
terkoordinasi dalam satu aliran. Perbadaan fungsi dan peran dapat di lihat pada Tabel 6.1.
Pada Tabel 6.1, peternak yang mandiri menyediakan keseluruhan sumberdaya produksi baik kandang, bakalan, pakan, obat-obatan serta pemasaran.
Peternak mandiri tidak tergantung pada pihak manapun dalam menentukan keputusan produksinya. Sehingga, peternak mandiri menanggung untung dan rugi
dalam mengusahakan ternaknya sendiri. Dalam hal ini, peternak mandiri manganggung semua resiko baik resiko produksi maupun resiko pemasaranya
sendiri.
Table 6.1 Perbedaan petani mitra dan tidak bermitra
No Keterangan
Kemitraan Tidak bermitra
1. Kandang
Disediakan peternak Disediakan peternak
2. Aset Lain
Disediakan peternak Disediakan peeternak
3. Input
a. Sapi
Disediakan pemilik modal Disediakan peternak
b. Pakan
Disediakan peternak Disediakan peternak
c. Obat-obatan
Disediakan peternak Disediakan peternak
4. Biaya Transportasi
Disediakan pedagang Disediakan peternak
5. Untungrugi
Di bagi antara peternak dengan pemilik modal
Hanya ditanggung peternak 6.
Kesehatan Disediakan peternak atas
kontrol pemilik moda; Disediakan Peternak
7. Pemasaran
Di sediakan pemilik modal Disediakan peternak
Note. Sumber : survey.
Sistem kemitraan yan berkembang pada usaha ternak sapi potong di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara digolongkan sebagai pola
kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis KOA. Hubungan kemitraan ini diatur dalam kesepakatan perjanjian yang memuat secara jelas hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Pada table 6.1. terlihat bahwa hak dan kewajiban pedagangpeternak besar sebagai pemilik modal tidak sama dengan peternak.
Pedagang atau pemilik modal memiliki kewajiban untuk menyediakan bakalan sapi yang baik, memberikan bimbingan atau penyuluhan kepada peternak mitra
serta temporal,kredit sapronak serta memberikan jaminan pasar. Sedangkan hak yang diterima oleh pemilik modal adalah menerima hasil produksi sapi potong
dengan berat badan yang sesuai, menerima pembayaran kredit, mandapatkan bagian keuntungan dari penjualan dan menentukan apakah sistem kemitraan akan
berlanjut atau tidak.
Persyaratan yang diterapkan pedagangpeternak besar untuk menjadi mitra tarnak tidaklah sulit, calon anggota hanya perlu menghubungi peternak besar
dengan menyertakan foto copy KTP, informasi lahan, dan ketersediaan kandang. Dalam perjanjian kemitraan, aspek-aspek perjanjian berupa identitas calon
anggota mitra, luas areal tanaman untuk pakan, dan kandang, lokasi kandang, bentuk kandang, kwajiban pihak pedagang, kewajiban pihak peternak, harga beli
pedagang, pengaturan waktu tanam, standar kualitas, dan waktu pembayaran hasil penjualan.
Hak dan kewajiban kedua belah pihak diatur secara lisan. Pedagangpeternak besar memiliki kewajiban untuk menyediakan bakalan yang
baik, memberikan informasi harga yang dapat dipertanggung jawabkan, memberikan penyuluhan khususnya yang berkaitan dengan kesehatan hewan
pemberian vitamin, obat-obatan dan cara pemeliharaan, memberikan teknis penyuluhan tentang pakan, dan menjamin ketersediaan pasar. Sedangkan hak yang
dimiliki oleh perusahaan adalah mendapatkan keuntungan 40 persen maupun 50 persen tergantung dari keuntungan, memutuskan waktu pemotongan sapi yang
dipelihara oleh peternak mitra.
Peternak mitra memiliki kewajiban untuk menyediakan kandang, peralatan budidaya, dan pakan hijauan yang cukup dan berkualitas, memberikan
obat cacing dan antibiotik secara rutin selama 4 bulan sekali, bertanggung jawab terhadap keamanan sapi, melakukan proses budidaya secara baik yang meliputi
keteraturan pemberian pakan, pemberian pakan yang cukup, serta menjaga kebersihan sapi dan kandang sapi. Hak yang yang dimiliki oleh peternak mitra
dalah mendapatkan bagian dari keuntungan sebesar 60 atau 50 persen, mendapatkan bakalan yang berkualitas, membantu menanggung kerugian
perusahaan akibat kematian sapi yang dipelihara peternak mitra, mendapatkan pembinaan.
6.2 Karakteristik Rumah Tangga Peternak
Karakteristik rumah tangga responden meliputi umur dan jenis kelamin peternak, status dalam rumah tangga dan jumlah tanggungan keluarga, tingkat
pendidikan responden, pengalaman usaha ternak.Pengetahuan mengenai potensi peternak secara mendetail akan membantu dalam ketepatan program up grading
atau perbaikan dalam rantai nilai.Kecepatan terjadinya perubahan individu ditentukan oleh sinergitas variabel-variabel internal yang dimiliki oleh peternak.