Deskripsi Konsep Rantai Nilai Value Chain

harus melihat karakter secara spesifik tentang objek yang akan diteliti berdasarkan tujuan penelitian untuk dijadikan sebuah pertimbangan. Pada penelitian ini, dimana subjek penelitian adalah peternak rakyat dan komoditasnya adalah sapi hidup, maka analisis yang dilakukan tentu saja berbeda dengan penelitian yang menggunakan sistem transaksi yang lebih modern seperti di industri pangan lainnya. Tahap-tahap dalam menganalisis rantai nilai dapat dilihat melalui framework Global Comodity Chain yang dikembangkan oleh Kaplinsky dan Morris 2000 yaitu aalisis entry point, analisis pemetaan rantai nilai, analisis segment pasar dan critical success factor, analisis pemetaan governance, proses up gradding dan analisis isu-isu distribusi. Dalam penelitian ini, ke lima tahap tersebut disesuaikan dengan entry point yaitu peternak skala kecil. Beberapa penelitian menyederhanakan analisis tersebut menjadi analisis pemetaan komoditas Schipman,2006;Muchara, 2010;Spies 2011;Ton 2012. Penyederhanaan juga dilakukan oleh Rich et al 2009 Analisis rantai nilai kemudian dianalisis dalam tiga tahap yaitu tahapan pengidentifikasian entry point atau identifikasi isu, tahapan identifikasi pemetaan rantai nilai atau dalam hal ini identifikasi saluran pemasaran, dan tahap identifikasi kinerja, yaitu kapabilitas atau kemampuan setiap aktor dalam melakukan transaksi dan mengakses lingkungan pendukung, tahap analisis governance structure dan isu distribusi penerimaan. Sehingga analisis rantai nilai melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Identifikasi The point of entry. Memilih entry point adalah titik awal untuk mengeksekusi metodologi analisis rantai nilai. Entry point meliputi isu-isu yang spesifik atau terkait dengan aktor-aktor yang spesifik. Kaplinsky dan Morris 2000 menyebutkan ada dua belas kasus yang mungkin menjadi entry point dalam penelitian , yaitu : distribusi pendapatan pada pemasaran global, retailers, pembeli spesifik, produsen kunci, produser spesifik komoditas tertentu, produser dalam bidang pertanian smallholder, usaha skala kecil, produsen dan pedagang yang informal secara ekonomi, perempuan, anak-anak dan kelompok lain yang termarjinalisasi yang dieskploitasi dalam suatu grup. Entry point dalam penelitian ini adalah karakteristik peternak rakyat yang bekerja di dua sistem yaitu sistem kemitraan dan sistem tidak bermitra. 2. Pemetaan rantai nilai mapping the value chain. Tahap pemetaan rantai nilai dalam beberapa penelitian diidentifikasikan sebagai tahap mengidentifikasikan rantai pemasaran.Tahap kedua ini adalah tahap untuk memetakan informasi yang terkait dengan aktor atau lembaga yang teridentifikasi membentuk rantai pemasaran. Informasi tersebut terkait dengan aktor kunci di setiap saluran yang terbentuk, mengidentifikasi aliran produk, termasuk didalamnya informasi, tujuan pemasaran dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen. 3. Tahapan selanjutnya adalah analisis kinerja. Kinerja sendiri adalah tingkat keberhasilan didalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dikatakan baik dan sukses apabila tujuan yang diinginkan dapat dicapai denganbaik Gibson et al 1984. Selanjutnya Griffin 1985 menjelaskan bahwa kinerja merupakan suatu kumpulan total dari perilaku kerja yang ada pada pekerja. Suatu kegiatan usaha pasti ingin mencapai sasaran yang telah ditetapkan atau ingin dicapai. Penilaian kinerja menjadi penting, sebab 1 merupakan ukuran keberhasilan suatu kegiatan usaha dalam kurun waktu tertentu dan 2 merupakan masukan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja kegiatan usaha selanjutnya Riyanti, 2003. Kinerja rantai nilai di nilai berdasarkan kemampuan produsen untuk mengakses lingkungan pendukung dan perolehan nilai tambah. Pada tahap analisis kinerja ini, terdapat indikator penilaian kinerja rantai nilai, indikator tersebut adalah sebagai berikut Ton 2012, Baloyi 2010, Muchara 2010, Martin and Jagadish 2006 1 Infrastruktur Fisik dan Ketersediaan Transportasi Ketersediaan infrastruktur dan transportasi merupakan salah satu aspek yang krusial dalam pemasaran suatu produk pertanian. Infrastruktur yang dimaksudkan adalah fasilitas jalan yang baik proper road network, fasilitas pasar hewan, dan fasilitas rumah potong hewan seperti timbangan, peralatan, lahan parker, sanitasi dan sebagainya. Keterbatasan akses infrastruktur akan sangat mempengaruhi transaksi terutama dalam hal biaya transaksi. Jalan yang kurang baik akan mempengaruhi kemampuan peternakaktor dalam mengakses pasar secara tepat dan mempengaruhi kualitas ternak, akibatnya biaya transportasi semakin tinggi. Keterbatasan terhadap akses fasilitas akan mempengaruhi kondisi ternak kualitas produk.Sedangkan transportasi atau logistik penting untuk mengankut ternak sampai ke tujuan. Tanpa adanya alat transportasi, peternak atau aktor lain akan memiliki kendala dalam biaya transportasi dan kualitas produk susut berat badan 2 Akses Informasi dan Pengetahuan Peternak atau petani memiliki sejumlah karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku peternak dalam mengakses pasar. Karakteristik tersebut dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan, jenis ternak, ketersediaan informasi dan jarak dengan pasar. Informasi dan pengetahuan merupakan aspek yang krusial dalam pengembangan usaha ternaktani. Aliran informasi dalam kerangka rantai nilai adalah aliran informasi mengenai harga, spesifikasi produk baik produk sebelum maupun sesudah, informasi tentang pasar tempat dan waktu yang tepat untuk menjual produk, dan pembeli potensial dan informasi tentang kebijakan yang sedang berpengaruh. Semakin pendek saluran rantai nilai, maka aliran informasi akan menyebar sebakin baik Martin and Jagadish 2006. 3 Akses terhadap keberadaan organisasi Organisasi dalam pertanian seringkali di identikan dengan kelompok taniternak. Mosher 1987 menyatakan bahwa salah satu syarat sukses terlaksananya kekuatan pembangunan pertanian yaitu adanya suatu kegiatan kelompok tani. Kelompok tani dibentuk untuk mensejahterakan masyarakat petaniternak melalui kenaikan produktifitas serta distribusi pendapatan yang lebih merata. Abbas 1995 menyatakan bahwa terdapat beberapa peranan kelompok tani, yaitu: 1 sebagai kelas belajar bagi para petani agar terjadi interaksi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam