Tingkat Pendidikan Peternak Karakteristik Rumah Tangga Peternak

Tabel 6.3 Karakteristik usaha penggemukan sapi potong No Karakteristik Tipe Peternak Kemitraan orang,n=30 Persentase Tidak bermitra orang,n=30 Persentase 1. Status Usaha a. Usaha utama 2 7 b.Usaha Sampingan 30 100 28 93 2. Tenaga Kerja a.Tenaga Kerja Keluarga 30 100 28 93 b.Tenaga Kerja Sewa - 2 7 3. Jumlah Kepemilikan Sapi Potong a.1-3 30 100 25 83 b.4-6 - 5 13 c. 6 - 1 3 4. Tipe Kandang a.Permanen 20 67 16 53 b.Semi Permanen 10 33 14 47 5. Akses Lahan a. Lahan milik sendiri 28 93 30 100 b. Lahan Sewa 2 7 - 6. Kepemilikan lahan a. 0-1 ha 26 87 25 83 b. 1-3 ha 4 13 4 13 c. 3 ha - 1 3 7.. Akses Finansial a. Tinggi skor 3 18 60.00 1 3 b. Sedang Skor 2 12 40.00 4 13 c. Rendah Skor 1 25 83 1. Status usaha Status usaha dikategorikan menjadi dua, yaitu sebagai pekerjaan utama dan sebagai usaha sampingan. Klasifikasi ini berdasarkan curahan waktu yang dilakukan peternak dalam melakukan pekerjaanya, dimana curahan waktu yang lebih banyak dapat dikategorikan sebagai pekerjaan utama. Pada tabel 6.3, sebagian besar peternak baik peternak mitra maupun peternak yang tidak bermitra menjadikan usaha ternak sebagai usaha sampingan, hanya ada 1 orang peternak mitra dan dua orang peternak yang tidak bermitra menjadikan usaha sapi sebagai pekerjaan utama. Hal ini dapat dilihat dari curahan waktu peternak dalam satu hari kerja, peternak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan lain tarutama yang berhubungan dengan pertanian. Rata-rata peternak memiliki lahan yang ditanami berbagai tanaman terutama sayuran seperti kentang, wortel dan kubis. Beberapa peternak lain merupakan buruh di perusahaan penggemukan di daerah setempat. Deskripsi status usaha peternak dapat di asosiasikan dengan motivasi peternak dalam mengusahakan sapinya. Rata-rata peternak memiliki tujuan memelihara sapi sebagai tambahan penghasilan maupun tabungan. Peternak memiliki tujuan memelihara sapi sebagai tabungan: “saya memelihara sapi semenjak tujuh tahun yang lalu sejumlah satu ekor, saya memelihara sapi untuk mendapatkan keuntungan pada hari raya. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, saya bekerja di peternakanpedagang sebagai pengangkut sapi ‘-Pak Senen Peternak Mitra Pengakuan peternak sebagai petani dan motivasi beternak sebagai tabungan : “Saya memelihara sapi semenjak kurang lebih 16 tahun yang lalu, jumlah sapi yang saya pelihara sebesar 2 dan tidak pernah bertambah. Aktivitas saya sehari-hari adalah bertani kubis dan kentang, terkadang jagung. Tergantung pada harga sayuran mana yang sedang bagus. Sedangkan sapi berfungsi untuk berjaga-jaga jika keluarga saya membutuhkan sesuatu. Beberapa hari lalu, saya menjual sapi, karena anak saya akan menikah” Pak haryono Peternak non mitra 2. Jumlah kepemilikan sapi, aset dan tipe kandang Jumlah kepemilikan sapi memiliki asosiasi dengan skala usaha. Skala usaha berpengaruh terhadap kemampuan peternak dalam mengelola usaha sapi potong. Besar kecilnya jumlah ternak yang dimiliki, akan mendorong bangkitnya motivasi peternak untuk mengembangkan ternak sapi potong karena sapi potong merepresentasikan modal yang dimiliki peternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schultze 2007 ternak diasumsikan sebagai representasi modal yang dimiliki peternak rakyat. Hal tersebut sehubungan dengan sikap dan motivasi peternak dalam memelihara ternak sebagai cadangan atau tabungan apabila suatu saat membutuhkan uang tunai. Dalam hal ini, ternak menjadi instrument keuangan bagi peternak rakyat, karena ternak dapat dijual kapan saja ketika membutuhkan uang tunai. Usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Wanayasa masih tergolong usaha sampingan, hal ini dapat dilihat dari jumlah kepemilikan sapi yang masih rendah yaitu secara keseluruhan rata-rata 1-3 ekor sapi baik mitra maupun tidak bermitra. Hanya ada empat orang peternak dengan kepemilikan 4 ekor sapi, dan 1 orang peternak dengan kepemilikan 7 ekor sapi. Jumlah kepemilikan sapi akan mempengaruhi tipe usaha dan biaya yang dikeluarkan. Peternak dengan kepemilikan sapi 1-3 ekor sapi adalah peternak yang mengusahakan ternak untuk kepentingan tabungan dan sebagian kecil untuk tambahan pendapatan. Sedangkan peternak dengan kepemilikan 4 ekor sapi ke atas, menggunakan ternak sebagai tambahan pendapatan dan sebagai cabang usaha yang menyumbang hampir 65 persen total pendapatan keluarga. Menurut Rahardi 2003 3 secara umum tipologi usahaternak adalah 1 sebagai usaha sambilan, dengan tingkat pendapatan yang diperoleh di bawah 30 persen dari pendapatan keluarga, 2 sebagai cabang usaha, dengan total pendapatan 30-70 persen dari total pendapatan keluarga, 3 usaha pokok, dengan tingkat pendapatan 70-100 persen dari total pendapatan keluarga. Tipe usaha ini mempengaruhi jumlah kepemilikan asset dan tipe kandang. Usaha ternak dengan jumlah kepemilikan sapi 1-3 ekor memiliki aset yaitu gendak, tali, arit, pacul dan keranjang rumput masing-masing 1-2 unit. Sedangkan usaha ternak dengan kepemilikan sapi lebih dari empat memiliki jumlah aset yang lebih banyak.