Karakteristik Kekasapan HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3 Rata-rata transfer bahang Q H dalam satuan MJ m -2 hari -1 di wilayah Situ Gede, Darmaga, Bogor berdasarkan stabilitas atmosfer stabil dan tidak stabil pada periode hujan dan periode kemarau. Periode Stabilitas Atmosfer dTdz 4-7 m Q H 4-7 m dTdz 7-10 m Q H 7-10 m Periode Hujan Stabil 0.0780 1.9337 0.0385 2.0393 Tidak Stabil -0.0606 -2.6785 -0.1102 -4.1879 Periode Kemarau Stabil 0.0594 2.4165 0.0278 1.8241 Tidak Stabil -0.0491 -4.0337 -0.0424 -3.4813 membentuk olakan di atas permukaan kanopi, sehingga dengan adanya olakan tersebut akan memperlancar bahan dan sifat atmosfer yang dipertukarkan CO 2 , O 2 , uap air, bahang, dan momentum dari dan ke permukaan daun tanaman. Adanya olakan tersebut akan meningkatkan proses fotosintesis pada tanaman karena adanya masukan CO 2 . Laju fotosintesis naik dengan adanya masukan CO 2 yang dalam peredarannya lebih banyak diatur oleh olakan Chang 1986.

4.6 Transfer Momentum τ

Transfer momentum τ ditentukan pada stabilitas atmosfer netral. Penentuan transfer momentum dengan menggunakan metode aerodinamik. Transfer momentum mengalami peningkatan terhadap ketinggian dan terhadap waktu Tabel 2. Transfer momentum semakin meningkat dengan bertambahnya ketinggian. Selain itu, transfer momentum juga semakin meningkat dari pagi hari hingga menjelang sore hari. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan angin. Kecepatan angin akan semakin meningkat dengan bertambahnya ketinggian akibat dari semakin berkurangnya gaya gesek antara permukaan dengan lapisan udara. Selain itu, kecepatan angin semakin meningkat dari pagi hari hingga menjelang sore hari karena radiasi matahari dan juga radiasi bumi yang mempengaruhi suhu permukaan, yang kemudian akan mempengaruhi kecepatan angin di permukaan. Hal tersebut akan memunculkan olakan di permukaan. Dengan adanya olakan tersebut akan memperlancar transfer momentum ke lapisan udara di atasnya. Transfer momentum  berkisar 0.0029-0.0556 N m -2 pada periode hujan dan 0.0033-0.0368 N m -2 pada periode kemarau. Hal tersebut menunjukkan transfer momentum pada periode hujan lebih tinggi dibandingkan pada periode kemarau. Hal ini dipengaruhi oleh gradien angin pada kedua periode tersebut. Gradien angin pada periode hujan lebih besar dibandingkan pada periode kemarau. Hal ini berarti kecepatan angin rata- rata pada periode hujan lebih tinggi dibandingkan pada periode kemarau, sehingga akan mempengaruhi besarnya koefisien transfer momentum, yang kemudian juga akan mempengaruhi besarnya transfer momentum setiap ketinggian. Besarnya kecepatan angin ini akan mempengaruhi parameter-parameter karakteristik kekasapan d, z , dan u. Hal ini berkaitan dengan tingkah laku parameter- parameter kekasapan dalam pemindahan bahan dan sifat atmosfer dari dan ke permukaan daun tanaman akibat adanya olakan yang terjadi di permukaan tanaman. Dengan adanya olakan tersebut akan memperlancar pemindahan bahan dan sifat atmosfer yang dipertukarkan khususnya momentum, sehingga diharapkan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, transfer momentum akan lebih efektif pada periode hujan dibandingkan pada periode kemarau.

4.7 Transfer Bahang Q

H Transfer bahang Q H ditentukan pada stabilitas atmosfer tidak stabil dan stabil. Gradien suhu bernilai positif berarti terjadi lapse rate, sedangkan gradien suhu bernilai negatif berarti terjadi inverse Tabel 3. Nilai Q H berkisar -4.1879-2.0393 MJ m -2 hari -1 pada periode hujan dan -4.0337-2.4165 MJ m -2 hari -1 pada periode kemarau. Wohlfahrt et al. 2010 menyatakan bahwa pada metode aerodinamik nilai negatif menunjukkan transfer bahang ke luar dari permukaan, sedangkan nilai positif menunjukkan transfer bahang masuk ke permukaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, transfer bahang ke luar dari permukaan pada stabilitas atmosfer tidak stabil, sedangkan transfer bahang masuk ke dalam permukaan pada stabilitas atmosfer stabil. Rata-rata transfer bahang pada ketinggian 7 hingga 10 meter lebih tinggi dibandingkan pada ketinggian 4 hingga 7 meter. Transfer bahang pada kondisi atmosfer tidak stabil lebih besar dibandingkan pada kondisi atmosfer stabil. Hal tersebut menunjukkan pada lapisan udara 7 hingga 10 meter pada kondisi atmosfer tidak stabil terjadi masukkan massa dan energi bahang yang cukup besar. Selain itu, Transfer bahang cenderung meningkat dengan bertambahnya ketinggian pada periode hujan, tetapi cenderung menurun pada periode kemarau. Hal tersebut karena adanya masukan massa dan energi yang berasal dari berbagai arah, sehingga transfer bahang pada lapisan udara 7 hingga 10 meter dengan periode hujan kondisi atmosfer stabil dan tidak stabil tinggi. Adanya transfer bahang ke lapisan udara di atasnya akan mengurangi cekaman panas pada permukaan tanaman, sehingga suhu permukaan di sekitar tanaman akan lebih favourable untuk proses fisiologi tanaman. Hal ini menyebabkan respirasi akan berkurang dan transpirasi meningkat, sehingga zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman lebih tersedia dengan asumsi ketersediaan air mencukupi. Hal ini berarti fotosintat nettonya akan lebih tinggi serta perkembangan dan pertumbuhan tanaman akan lebih baik.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pola cuaca harian radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin di wilayah Situ Gede, Darmaga, Bogor mengalami fluktuasi setiap harinya. Profil suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada tiga ketinggian pengukuran memiliki gradien yang kecil. Gradien sifat- sifat atmosfer dengan ketinggian bervariasi dari waktu ke waktu dan seringkali keakuratan sensor yang tidak cukup tinggi menyebabkan gradien tersebut tidak terdeteksi, terutama pada kondisi atmosfer netral. Stabilitas atmosfer yang diperoleh yaitu netral, stabil, dan tidak stabil. Stabilitas atmosfer stabil lebih banyak terjadi pada periode hujan, sedangkan stabilitas atmosfer tidak stabil lebih banyak terjadi pada periode kemarau. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi yang diterima oleh permukaan bumi. Parameter karakteristik kekasapan d, z , dan u dan koefisien transfer momentum K m bervariasi terhadap kecepatan angin. Secara umum, periode hujan dan kemarau mempengaruhi nilai-nilai tersebut dan parameter-parameter kekasapan pada periode hujan cenderung lebih tinggi dibandingkan pada periode kemarau. Nilai z wilayah Situ Gede berkisar pada 0.00-0.51 meter, d berkisar pada 0.38-4.00 meter, dan u berkisar pada 0.008-0.357 m s -1 . K m berubah dengan ketinggian serta periode hujan dan kemarau mempengaruhi nilainya. Transfer momentum  bervariasi dengan ketinggian dan  pada periode hujan lebih tinggi dibandingkan pada periode kemarau, berkisar pada 0.0029-0.0556 N m -2 pada periode hujan dan 0.0033-0.0368 N m -2 pada periode kemarau. Transfer momentum akan lebih efektif pada periode hujan dibandingkan pada periode kemarau karena perbedaan besarnya kecepatan angin pada kedua periode tersebut yang menyebabkan olakan akibat dari pengaruh parameter karakteristik kekasapan terhadap kecepatan angin, yang akan memperlancar pemindahan bahan dan sifat atmosfer yang dipertukarkan khususnya momentum, sehingga diharapkan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Transfer bahang Q H berkisar -4.1879-2.0393 MJ m -2 hari -1 pada periode hujan dan -4.0337-2.4165 MJ m -2 hari -1 pada periode kemarau. Rata-rata transfer bahang pada ketinggian 7 hingga 10 meter lebih tinggi dibandingkan pada ketinggian 4 hingga 7 meter. Selain itu, rata-rata transfer bahang pada kondisi atmosfer tidak stabil lebih tinggi dibandingkan pada kondisi atmosfer stabil. Hal tersebut berarti terjadi transfer bahang ke lapisan udara di atasnya, sehingga suhu permukaan pertanaman dapat dijaga pada tingkat optimum. Hal tersebut menyebabkan proses fisiologis tanaman dapat berlangsung secara optimum. Dari hasil observasi lapang, walaupun pada saat curah hujan lebih rendah, wilayah Situ Gede, Darmaga, Bogor mempunyai tingkat suplai air yang tinggi.

5.2 Saran

Penelitian dan pengkajian karakteristik kekasapan permukaan wilayah pertanian ini dapat diaplikasikan untuk menghitung besarnya transferpertukaran momentum, bahang, dan massa. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan frekuensi pengamatan yang lebih tinggi per jam dan menggunakan peralatan yang mampu mendeteksi gradien sifat-sifat atmosfer seperti CO 2 , O 2 , uap air, bahang, dan momentum yang kecil sekalipun. DAFTAR PUSTAKA Arya SP. 2001. Introduction to Micrometeorology. Ed ke-2. San Diego: Academic Pr.