Kelembaban Udara Presipitasi Unsur-Unsur Iklim Mikro

Menurut Chang 1968 dalam June 1987, nilai d merupakan fungsi dari kerapatan, ketinggian, dan keadaan mekanik dari tanaman. Nilai d meningkat seiring dengan bertambahnya kecepatan angin. Namun hal tersebut hanya berlaku untuk tanaman- tanaman yang relatif kecil dengan daun yang fleksibel, seperti rumput, barli atau oat pada kecepatan angin kurang dari 5 m s -1 Monteith 1973 dalam June 1987, sedangkan menurut Makkink and Heemst 1970 dalam Rosenberg 1974 menyatakan bahwa nilai d menurun pada kecepatan angin kurang dari 5 m s -1 untuk tanaman padi. Berdasarkan penelitian Retnowati 1984, nilai d akan berubah-ubah menurut tinggi dan rendahnya kecepatan angin untuk tanaman padi. Berdasarkan model regresi sederhana dengan metode trial and error dapat ditentukan nilai parameter d, z , dan u. Dalam regresi tersebut, variabel y merupakan ln z - d dan variabel x merupakan uz, sehingga nilai d dapat ditentukan. Nilai parameter z ditentukan dengan mengekstrapolasi hubungan linier antara uz dan ln z - d pada suatu titik di mana uz = 0 x = 0 dan ln z - d = z y = ln z , dan menghasilkan slope = ku. Menurut Oke 1978, nilai z dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: log z = log h − 0,98 Kekasapan permukaan z akan memperbesar percampuran dan olakan udara. Menurut Sellers 1965 dalam Chang 1968, koefisien transfer naik sekitar 50 dengan kenaikan z dari 0.2 cm sampai 0.7 cm. Karakteristik nilai parameter z dan d berubah-ubah secara sistematis mengikuti perubahan kecepatan angin. Hal tersebut terjadi jika pengukuran di atas tanaman yang seragam Deacon 1975 and Doney 1963 dalam Monteith 1973. Pada beberapa permukaan, nilai z turun seiring dengan menurunnya kecepatan angin dan d hampir konstan. Namun di atas permukaan yang lain, z naik dengan meningkatnya kecepatan angin dan d turun.

2.2.4.4 Peranan Turbulensi dan Angin

Turbulensi merupakan aliran udara yang tidak beraturan dan berlangsung setiap saat, serta berperan penting dalam proses-proses pemindahan, seperti pemindahan energi, uap air, serta gas CO 2 . Turbulensi terjadi karena adanya gradien kecepatan angin, halangan angin seperti cabang, daun, tangkai, bangunan, dan lain-lain, serta adanya perbedaan kerapatan udara Rosenberg 1974. Menurut Geiger 1959, besarnya turbulensi bergantung pada kecepatan aliran udara, stratifikasi suhu, dan gradien suhu antara permukaan dan udara. Pada keadaan lapse rate turbulensi akan dipicu. Menurut Chang 1968, laju fotosintesis naik dengan masukan CO 2 yang dalam peredarannya lebih banyak diatur oleh turbulensi. Jika turbulensi besar, banyak CO 2 yang masuk ke dalam tanaman. Berdasarkan penyelidikan mengenai transfer turbulen dalam kanopi barli oleh Johnson et al. 1976, langkah pertama untuk menduga fluks vertikal dalam tanaman barli, difusivitas eddy untuk transfer turbulensi diduga dengan dua teknik bebas, yaitu metode neraca energi pengukuran radiasi netto, suhu, dan kelembaban yang menyeluruh dari kanopi dan metode perhitungan fluks pengukuran fotosintesis daun bersama-sama dengan gradien CO 2 dalam kanopi dan fluks CO 2 tanah.

2.2.5 Presipitasi

Uap air merupakan sumber presipitasi seperti hujan dan salju. Jumlah uap air yang terkandung pada massa udara merupakan indikator potensi atmosfer untuk terjadinya presipitasi. Presipitasi didefinisikan sebagai bentuk cair air maupun padat es yang jatuh ke permukaan bumi Tjasyono 2004. Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur-unsur iklim lain, baik variasi menurut waktu maupun tempat. Curah hujan yang diamati pada stasiun klimatologi adalah tinggi curah hujan. Curah hujan ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah hari hujan dan intensitas hujan. Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakan pada daerah yang masih alami, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium obs atau sering disebut ombrometer Gambar 5. Data yang didapat dari alat ini adalah curah hujan harian. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm 2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1.2 meter dari permukaan tanah. Gambar 5 Penakar hujan tipe observatorium Sumber: foto pribadi.

2.3 Stabilitas Atmosfer

Stabilitas atmosfer dapat ditentukan secara statis dan dinamis. Stabilitas atmosfer statis hanya ditentukan oleh gradien suhu, sedangkan stabilitas atmosfer dinamis ditentukan oleh gradien suhu maupun kecepatan angin. Stabilitas atmosfer dinamis dapat ditentukan dengan angka Richardson Richardson NumberRi. Menurut Oke 1978: “The Richardson Number is a convenient means of categorizing atmospheric stability and the state turbulence in the lowest layer ”. Persamaan Ri adalah sebagai berikut Paulson 1970; Thom 1975; Oke 1978; McInnes et al. 1991; Arya 2001; Pereira et al. 2003; Zhang et al. 2010: Ri = g ∂ϴ ∂z T a ∂ u ∂z 2 Keterangan : g : percepatan gravitasi 9.8 m s -2 T a : suhu absolute pada ketinggian z a ; z a = z 1 z 2 12 θ : suhu potensial K; θ = T − Γ d z dengan Γ d merupakan dry adiabatic lapse rate sebesar -0.00976 K m -1 , T merupakan suhu absolute K, dan z merupakan tinggi pengukuran meter Pada kondisi lapse kuat tidak stabil, free forces mendominasi dan Ri bernilai negatif dengan meningkatnya gradien suhu, tetapi peningkatan gradien kecepatan angin diperkecil. Pada kondisi inverse stabil, Ri bernilai positif dan Ri bernilai mendekati nol pada kondisi netral Oke 1978.

2.4 Transfer

Momentum  dan Bahang Q H Fluks merupakan perpindahan massa dan energi per satuan waktu per satuan luasdan jarak. Ada beberapa metodologi pengukuran fluks momentum dan bahang, yaitu sebagai berikut: 1. Metode Korelasi Eddy Penentuan fluks momentum dan bahang pada permukaan seragam, yaitu sebagai berikut Oke 1978; Arya 2001: τ = −ρ u w  H = ρ C p θ w  Penentuan fluks momentum dan bahang dengan metode korelasi eddy sangat mudah, tetapi membutuhkan peralatan berkualitas baik dengan sistem pengamatan yang tinggi laju pengambilan 10-100 s -1 , seperti sonic, laser, atau hot-wire anemometer dan termometer thin-wire resistance. Kelebihan metode ini adalah pengukuran pertukaran turbulen secara langsung, tanpa banyak membatasi asumsi mengenai permukaan alam permukaan yang homogen.

2. Metode Aerodinamik dan Gradien

Penentuan fluks momentum dan bahang dengan metode aerodinamik dan gradien Oke 1978; Arya 2001; June 2012: τ = ρ K m ∂u ∂z Q H = ρ C p k 2 u 2 − u 1 θ 2 − θ 1 ln z 2 − d z 1 − d 2 φ m φ s Keterangan: τ : transfer momentum N m -2 K m : eddy viscosity m 2 s -1 ρ : kerapatan udara kering kg m -3 June 2012 ρ = 1.293 273.15 T Q H : transfer bahang W m -2 u : kecepatan angin m s -1 θ : suhu potensial K d : perpindahan bidang nol meter C p : bahang spesifik udara kering pada tekanan konstan 1004.67 J K -1 kg -1  s : dimensionless gradient of θ  m : dimensionless wind shear Penentuan fluks momentum dan bahang ini baik digunakan pada pengukuran angin yang berbeda dengan ketinggian yang berbeda, yaitu dengan metode aerodinamik atau pun metode gradien. Perbedaan dari metode aerodinamik dengan gradien adalah banyaknya ketinggian pengukuran. Pada metode aerodinamik menggunakan beberapa ketinggian, sedangkan metode gradien hanya menggunakan dua ketinggian. Berdasarkan hasil penelitian Hatfield et al. 2010 diperoleh fluks sensible heat H sebesar 600 MJ m -2 tahun -1 untuk tanaman jagung dan 410 MJ m -2 tahun -1 untuk tanaman kedelai pada tahun 2004 di Midwestern US. Penelitian tersebut menggunakan metode energy balance ratio EBR dan ordinary least square OLS.

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2012 hingga Agustus 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan data cuaca sekunder di Stasiun Klimatologi Klas I, Darmaga, Bogor. Kemudian pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1 gun bellani integrator untuk radiasi matahari, 2 ombrometer untuk curah hujan, 3 termometer bola kering untuk suhu udara, 4 cup counter anemometer untuk kecepatan angin, 5 wind vane untuk arah angin, dan 6 seperangkat komputer dengan perangkat lunak Microsoft Excel. Data yang dibutuhkan selama penelitian adalah sebagai berikut: 1. Data suhu udara pada tiga ketinggian 4 meter, 7 meter, dan 10 meter dengan tiga waktu pengamatan, yaitu pukul 07.00 WS, pukul 14.00 WS, dan pukul 18.00 WS. 2. Data kecepatan dan arah angin pada tiga ketinggian 4 meter, 7 meter, dan 10 meter dengan tiga waktu pengamatan, yaitu pukul 07.00 WS, pukul 14.00 WS, dan pukul 18.00 WS. 3. Data kelembaban udara pada tiga ketinggian 4 meter, 7 meter, dan 10 meter dengan tiga waktu pengamatan, yaitu pukul 07.00 WS, pukul 14.00 WS, dan pukul 18.00 WS. 4. Data radiasi matahari harian. 5. Data curah hujan harian. Data cuaca yang digunakan adalah data sekunder selama 1 tahun dari bulan Januari 2011 hingga Desember 2011.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Identifikasi Faktor-Faktor Cuaca

Wilayah Penelitian pada Tahun 2011 Untuk mengidentifikasi cuaca wilayah penelitian, yaitu dengan membuat profil unsur-unsur cuaca, seperti radiasi matahari, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Profil tersebut ditentukan dengan cara memplotkan data unsur-unsur cuaca tersebut terhadap waktu, sedangkan untuk profil arah angin ditentukan berdasarkan persentase data arah angin terbanyak di wilayah tersebut, yang kemudian diplotkan ke dalam grafik. Profil arah angin ini bertujuan mengetahui arah angin dominan setiap bulan pada wilayah Situ Gede, Darmaga, Bogor.

3.3.2 Stabilitas Atmosfer

Stabilitas atmosfer dinamis ditentukan dengan angka Richardson Richardson NumberRi. Penentuan stabilitas atmosfer tersebut dengan menggunakan persamaan berikut Thom 1975; Oke 1978; Arya 2001; June 2012: Ri = g ∂θ ∂z T a ∂u ∂z 2 1 Keterangan : g : percepatan gravitasi 9.8 m s -2 T a : suhu absolute pada ketinggian z a ; z a = z 1 z 2 12 θ : suhu potensial K; θ = T − Γ d z dengan Γ d merupakan dry adiabatic lapse rate sebesar -0.00976 K m -1 , T merupakan suhu absolute K, dan z merupakan tinggi pengukuran meter Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan kondisi atmosfer netral Ri = ± 0.01, stabil Ri 0.01, dan tidak stabil Ri -0.01.

3.3.3 Karakteristik Kekasapan

Permukaan d, z , dan u Analisis kecepatan angin pada berbagai ketinggian untuk menentukan karakteristik kekasapan hanya dilakukan pada kondisi atmosfer netral. Berdasarkan persamaan logaritmik profil angin tersebut dapat ditentukan parameter zero-plane displacement d, roughness length z , dan friction velocity u Kimura et al. 1999; June 2012. Langkah awal yang dilakukan untuk menentukan nilai parameter tersebut, yaitu dengan menduga nilai d dari persamaan berikut Oke 1978: d = 2 3 h 2 Nilai h merupakan tinggi tanaman rata-rata meter. Tinggi tanaman rata-rata di wilayah pertanian Situ Gede adalah 2.14 meter. Penentuan nilai d dugaan digunakan untuk menghitung nilai d terukur. Nilai d terukur dapat ditentukan dengan menggunakan metode simplified Riou 1984, yaitu dengan persamaan sebagai berikut: d = a 2 Δu Δu′ 2 z 1 −z 3 a 2 Δu Δu′ 2 −1 3 Keterangan : Δu : selisih kecepatan angin pada ketinggian 7 meter dengan 4 meter; uz 2 – uz 1 Δu : selisih kecepatan angin pada ketinggian 10 meter dengan 7 meter; uz 3 – uz 2 a : konstanta yang diperoleh dari persamaan sebagai berikut a = ln z 3−d0 z 2−d0 z3−d0 z2−d0 −0.5 ln z 2−d0 z 1−d0 z2−d0 z1−d0 −0.5 4 z 1 : tinggi pengukuran 4 meter z 2 : tinggi pengukuran 7 meter z 3 : tinggi pengukuran 10 meter d : nilai d awal; nilai tersebut diperoleh dari nilai d dugaan, yitu 1.5 meter Parameter z dan u ditentukan dengan model regresi sederhana. Nilai parameter z ditentukan dengan mengekstrapolasi hubungan linier antara uz dan ln z - d pada suatu titik, di mana uz = 0 x = 0 dan z - d = z y = ln z , dan menghasilkan slope = ku Gambar 6. Gambar 6 Ekstrapolasi hubungan linier antara uz dan ln z - d pada x = 0 dan y = ln z Stull 1950; Sutton 1953; Oke 1978; Arya 2001. Penentuan z dan u diturunkan dari persamaan regresi linier grafik, yaitu sebagai berikut Yanlian et al. 2006: y = bx + a ln z − d = k u ∗ u z + ln z 5 Jadi, dapat ditentukan nilai u, yaitu: b = k u ∗ maka, u ∗ = k b 6 k merupakan konstanta Von Karman sebesar 0.4 dan b merupakan nilai slope yang diperoleh dari persamaan regresi linier. Penentuan nilai z adalah sebagai berikut: a = ln z maka, z = expa 7 a merupakan nilai intersep yang diperoleh dari persamaan regresi linier.

3.3.4 Koefisien Transfer Momentum

K m Berdasarkan nilai parameter u dapat ditentukan nilai K m dengan persamaan berikut Thom 1975; Schwerdtfeger 1976; Arya 2001: K m z = k z u ∗ 8 Keterangan : K m : eddy viscosity m 2 s -1 k : konstanta Von Karman sebesar 0.4 u : kecepatan kasap m s -1 z : tinggi pengukuran meter Pada kondisi atmosfer netral, K m sama dengan K E , di mana K E adalah koefisien transfer untuk uap air evapotranspirasi June 2012.

3.3.5 Transfer Turbulen

Setelah analisis profil kecepatan angin dilakukan pada kondisi atmosfer netral dan nilai K m diperoleh, maka dapat diaplikasikan untuk menghitung transfer momentum  dan bahang Q H . 3.3.5.1 Transfer Momentum  Transfer momentum dapat dihitung dengan persamaan berikut Oke 1978; June 2012: τ = ρ K m ∂u ∂z 9 Keterangan : τ : transfer momentum N m -2 K m : eddy viscosity m 2 s -1 ρ : kerapatan udara kg m -3 y = bx + a y = bx + a