89 Wisata Situ Rawa Gede dan setiap tahunnya diasumsikan mengalami kenaikan
sehingga pada tahun kedua sebanyak 30 persen, tahun ketiga 40 persen, tahun keempat 50 persen, tahun kelima 60 persen, tahun keenam 70 persen, tahun
ketujuh dan tahun selanjutnya hingga batas umur proyek sebesar 80 persen pengunjung yang menyewa sepeda tandem setiap tahunnya. Perhitungan nilai
manfaat dari penyewaan sepeda tandem didapatkan dari perkiraan total jumlah pengunjung yang menyewa sepeda tandem setiap tahunnya dikalikan tarif sewa
sepeda per jam sehingga pada tahun pertama didapatkan total penghasilan dari hasil sewa sepeda tandem yaitu sebesar Rp 302.924.000.
i Gedung Serbaguna Gedung serbaguna merupakan aset terbesar yang nantinya akan dimiliki
Wisata Situ Rawa Gede Bekasi karena biaya pembangunannya yang mahal dan diperkirakan dapat memberikan pemasukan yang cukup besar karena di Bekasi
sendiri bangunan serbaguna masih terbilang sedikit. Gedung serbaguna yang dimiliki usaha wisata ini juga berbeda dari gedung serbaguna lain yang ada di
Bekasi. Hal yang membedakan yaitu gedung terletak didalam kawasan wisata alam yang mepunyai pemandangan alam yang indah. Gedung ini dapat disewa
baik untuk meeting atau acara pernikahan. Nilai ini didapatkan dengan mengalikan perkiraan jumlah yang menyewa bangunan serbaguna untuk kegiatan
meeting atau pernikahan setiap tahunnya dengan harga sewa bangunan per bulan. Perkiraan untuk weekdays hanya dua yang menyewa bangunan dan untuk
weekend hanya satu penyewa sehingga dalam setahun total yang menyewa pada weekdays sebanyak 96 penyewa, pada weekend 48 penyewa sehingga dalam
setahun penghasilan total dari gedung serbaguna yaitu Rp 696.000.000 dengan asumsi penghasilan tiap tahun sama tidak mengikuti kenaikan jumlah pengunjung
dari situ karena penghasilan untuk gedung perhitungannya berdasarkan penyewa bukan pengunjung. Harga sewa sudah termasuk tiket masuk kawasan wisata.
j Bangunan Food court Bangunan food court merupakan fasilitas yang disediakan oleh pengelola bagi
para pengunjung yang ingin berwisata kuliner. Rencananya food court akan dibagi menjadi dua bagian, bagian food court pertama akan disi oleh makanan khas
betawi dan cinderamata. Dalam rangka mendukung pelestarian kebudayaan
90 betawi maka nantinya food court bagian pertama berisi makanan khas betawi
dimana letak bangunannya berdekatan dengan panggung pagelaran kesenian kebudayaan betawi. Food court kedua akan dibangun bersebelahan dengan
gedung serbaguna, food court bagian ini lebih ke food court modern sehingga makanan dan minuman yang dijual juga sejenis dengan makanan dan minuman
restoran namun dengan harga yang masih terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Suasana food court bagian ini akan dibuat agar pengunjung nyaman
sembari menikmati pemandangan situ dan sekitar situ yang sejuk. Rencana kios dari seluruh food court akan dibuat sebanyak 20 kios. Nilai dari bangunan food
court ini didapatkan dengan mengalikan jumlah bangunan food court yang disewakan dengan harga sewa untuk setiap unitnya sehingga perkiraan
penghasilan total per tahun dari bangunan food court ini yaitu Rp. 200.000.000. k Nilai Sisa
Nilai sisa adalah penerimaan yang diperoleh dari komponen investasi yang belum habis umur ekonomisnya di tahun berakhirnya suatu usaha. Seluruh
penyusutan komponen investasi menggunakan metode garis lurus. Nilai sisa investasi dalam usaha pariwisata Situ Rawa Gede hanya dari bangunan sebab nilai
sisa komponen selain bangunan habis. Harga bangunan yang digunakan untuk mencari nilai sisa harga bangunan berdasarkan nilai jual kena pajak NJKP
bangunan. Nilai sisa bangunan dari usaha wisata ini didapatkan dari setengah harga bangunan berdasarkan NJOP.Rincian nilai sisa bangunan tersebut dapat
dilihat pada lampiran 6.
8.1.2. Manfaat Tak Langsung
Manfaat tak langsung adalah manfaat yang ditimbulkan secara tidak langsung dari adanya usaha pariwisata Situ Rawa Gede. Manfaat tersebut dapat
berupa multiplier effect dan manfaat yang tidak dapat diukur dengan mata uang intangible. Komponen tersebut antara lain manfaat perikanan tangkap,
penampung air, pelestarian sumberdaya alam dan budaya. Berikut detail komponen penerimaan tak langsung dari usaha pariwisata Situ Rawa Gede
tersebut.
91 a Perikanan Tangkap
Berdasarkan wawancara langsung dengan nelayan ikan, jenis-jenis udang dan ikan yang biasa diperoleh nelayan di Situ Rawa gede antara lain ikan mas, ikan
mujaer, ikan lele, ikan gabus, ikan bawal, ikan sepat dan udang alama. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan oleh responden yaitu jala lempar,
sedangkan untuk menangkap udang menggunakkan anco. Nilai perikanan tangkap didapat dengan menggunakkan metode nilai pasar. Ikan merupakan barang non-
tradable yang tidak memiliki subtitusi, sehingga harga bayangannya didekati dari harga pasar. Harga ikan dan udang yang digunakan berdasarkan harga ikan dan
udang pada pasar-pasar setempat pada tahun 2013 yang diperoleh dengan menanyakan pada responden dan survei harga pasar-pasar daerah sekitar. Berikut
tabel rincian harga ikan berdasarkan jenis-jenisnya. Tabel 25.Harga-harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan
No. Jenis Ikan
Harga RpKg
1. Mas
20.000 2.
Bawal 38.000
3. Mujaer
15.000 4.
Lele 11.000
5. Sepat
10.000 6.
Gabus 40.000
7. Udang
6.000 Sumber: Data Primer, Diolah 2013
Responden yang menangkap udang hanya berjumlah dua orang dan sisanya delapan orang menangkap ikan saja dan ada juga yang menangkap ikan dan
udang. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, diperoleh jumlah total tangkapan udang sebanyak 2.820 kgtahun, tangkapan ikan bawal 162 kgtahun,
tangkapan ikan lele 1.242 kgtahun, tangkapan ikan gabus 330 kgtahun, tangkapan ikan mujaer 2.570 kgtahun, tangkapan ikan sepat 1.318 kgtahun dan
tangkapan ikan mas 192 kgtahun. Melihat hasil dari data tersebut maka nilai manfaat dari perikanan tangkap pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede
totalnya sebesar Rp 91.471.000.Perincian hasil tangkapan ikan responden dapat dilihat pada Lampiran 7.
b Manfaat penampung air Manfaat tak langsung sebagai penampung air dari pembangunan kawasan
wisata Situ Rawa Gede didapatkan dari pendekatan biaya pengganti replacement
92 cost yaitu biaya rehabilitasi Situ Rawa Gede pada tahun 2007 dari Balai Besar
Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane BBWSCC dibawah Dinas Pekerjaan Umum. Melihat dari data tersebut, maka nilai manfaat dari penampung air usaha
pariwisata Situ Rawa Gede totalnya sebesar Rp 376.264.000. Detail data biaya rehabilitasi Situ Rawa Gede pada tahun 2007 dari Balai Besar Wilayah Sungai
Ciliwung-Cisadane BBWSCC dapat dilihat pada Lampiran 8. c Manfaat Pelestarian Sumberdaya Alam dan Budaya.
Manfaat tak langsung sebagai pelestarian sumberdaya dan budaya pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakkan metode kontingensi contingent
valuation method melalui kesediaan membayar willingness to pay responden terhadap biaya retribusi masuk kawasan wisata Situ Rawa Gede sebagai upaya
pelestarian budaya dan sumberdaya alam Situ Rawa Gede.Nilai tersebut diambil dari hasil tujuan ketiga dari penelitian ini, yaitu nilai rata-rata willingness to pay
responden yang hasilnya total WTP sebesar Rp 1.019.314.000.
8.2. Identifikasi Biaya
8.2.1. Biaya Langsung
Biaya langsung yang dimasukkan dalam aliran kas ini adalah biaya untuk kepentingan usaha pariwisata Situ Rawa Gede dan dapat diukur dengan satuan
uang. Biaya apa saja yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan usaha pariwisata tersebut. Komponen biaya langsung tersebut dibagi
menjadi dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional.
1 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan sebelum usaha pariwisata Situ Rawa Gede berjalan. Komponen biaya investasi usaha ini antara
lain biaya investasi bangunan, pembuatan gerbang masuk, pembuatan tembok pembatas, pembuatan tempat parkir, pembuatan jalan, pembuatan track untuk
jogging, pembuatan taman bermain, penataan taman, penataan ruang untuk outbound, pembelian fasilitas outbound, fasilitas pemancingan, pembelian sepeda
tandem, sepeda air fiberglass, perahu dayung fiberglass, pemasangan listrik, pemasangan air, pemasanagan telepon, pembelian alat kebersihan, pompa air,
genset, kursi, mesin pemotong rumput, pemasangan wireless, motor, komputer, sound system dan proyektor untuk ruangan serbaguna. Besarnya biaya investasi
93 bangunan untuk usaha ini diperoleh dari studi kelayakan penataan kawasan Situ
Rawa Gede yang dibuat pada tahun 2010 yang dibuat oleh pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Kepariwisataan dengan
mengcompounding nilai tersebut pada tahun 2013. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 9.
2 Biaya Operasional
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan saat usaha pariwisata Situ Rawa Gede berjalan. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun dan jumlah biaya yang dikeluarkan tidak tergantung dengan jumlah produksi
lain. Sebaliknya biaya variabel, biaya yang dikeluarkan tergantung dengan variabel lain. Biaya tetap pada usaha ini terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk
bagi hasil kepada pemerintah, gaji tenaga kerja tetap, pemeliharaan dan perawatan sarana rekreasi, sewa kesenian betawi, promosi, listrik, air,
telekomunikasi dan perlengkapan kantor. Komponen biaya variabel terdiri dari upah tenaga kerja tidak tetap, bahan bakar dan biaya untuk membeli bibit ikan.
Tenaga kerja dalam usaha pariwisata ini digolongkan menjadi tenaga kerja terdidik, tidak terdidik dan terlatih. Golongan yang termasuk tenaga kerja
terdidik yaitu manajer, kepala seksi keuangan dan umum, bagian administrasi dan pembukuan, bagian keuangan. Golongan yang termasuk tenaga kerja terlatih
yaitu bagian keamanan, pelayanan, fasilitator dan instruktur rekreasi outbound. Golongan yang termasuk tenaga kerja tidak terdidik yaitu petugas keamanan dan
petugas patung ondel-ondel. Total karyawan tetap yang bekerja di pariwisata Situ Rawa Gede berjumlah 21, sedangkan pegawai tidak tetap terdiri dari 17 orang
dengan perincian yang berbeda-beda berdasarkan tugasnya. Harga bayangan gaji tenaga kerja yang tergolong tenaga kerja terdidik dan terlatih minimal sesuai
dengan upah yang berlaku dipasaran yaitu berdasarkan UMK Kota Bekasi tahun 2013 yaitu Rp 2.100.000bulan dan tergantung tanggung jawab tiap jabatan.
Harga bayangan untuk tenaga kerja tidak terdidik yaitu setengah dari upah minimal tenaga kerja yangtergolong tenaga kerja terdidik dan terlatihyaitu
Rp 1.050.000bulan. Menurut Gittinger 2008, pada pekerjaan yang hasilnya agak rendah, besar upah tenaga kerja setengah dari upah pasaran yang berlaku
94 pada daerah setempat. Rincian gaji untuk pegawai tetap dan rincian upah untuk
pegawai tak tetap dapat dilihat pada tabel 26 dan tabel 27 dibawah ini. Tabel 26. Rincian Gaji Pegawai Tetap
Jabatan Jumlah
Gaji Perbulan Total Gaji Perbulan
Manajer 1
8.000.000 8.000.000
Kasi keuangan 1
3.000.000 3.000.000
Kasi Umum 1
3.000.000 3.000.000
Administrasi Pembukuan
1 2.100.000
2.100.000 Bendahara
1 2.100.000
2.100.000 Pelayanan
9 2.100.000
18.900.000 Keamanan
4 3.000.000
8.400.000 TekhnikPerlengkapan
6 3.000.000
12.600.000
Total Biaya Gajibulan 58.100.000
Total Biaya Gajitahun 697.200.000
Sumber : Data Primer, Diolah 2013
Tabel 27.Rincian Upah Pegawai Tak Tetap
Jabatan Jumlah
Upah Perhari Upah
Perbulan Total Pertahun
Petugas patung ondel- ondel
4 35.000
1.050.000 50.400.000
Petugas kebersihan 25
35.000 1.050.000
315.000.000 Fasilitator outbound
7 200.000
3.000.000 504.000.000
Instruktur outbound 2
500.000 15.000.000
360.000.000
Total Biaya Upahtahun 1.229.400,000
Sumber : Data Primer, Diolah 2013
Besarnya nilai biaya perawatan dan pemeliharaan seluruh prasarana dan sarana rekreasi diasumsikan sebesar 10 persen dari biaya investasi bangunan dan
setiap tahunnya mengalami kenaikan 5 persen sehingga pada tahun pertama total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.506.433.977 dan seterusnya mengikuti biaya
investasi tahun kedua hingga umur tahun usaha pariwisata Situ Rawa Gede. Biaya listrik, air dan telekomunikasi yang akan dikeluarkan setiap tahun diperkirakan 5
persen dari biaya operasional pertahun sehingga total biaya pada tahun pertama yaitu Rp 230.811.898 dan seterusnya mengikuti biaya operasional setiap
tahunnya. Perkiraan biaya kesenian perbulan yaitu Rp 23.000.000 sebab pagelaran kesenian diadakan hanya pada hari minggu sehingga total biaya pertahun
Rp 276.000.000. Perkiraan total biaya promosi pertahunnya sebesar Rp 81.600.000, total biaya tersebut merupakan penjumlahan dari biaya pertahun
95 promosi untuk pemasangan iklan di majalah yang rencana akan terbit tiga kali
dalam setahun Rp 26.400.000, perkiraan biaya pemasangan iklan di koran yang rencana akan terbit enam kali dalam setahun Rp 16.500.000 dan biaya
pemasangan baliho yang rencana akan dipasang setiap tahun Rp 38.700.000. Perkiraan biaya perlengkapan kantor dan administrasi setiap bulannya yaitu
Rp 1.000.000 maka biaya total pertahunnya Rp 12.000.000. Biaya total bahan bakar untuk usaha ini diperkirakan Rp 570.000 sehingga dalam setahun total biaya
sebesar Rp 6.840.000 saja karena bahan bakar hanya digunakan untuk dua motor dan genset. Total biaya pembelian ikan setiap jenis ikan berbeda-beda berdasarkan
kegemaran dominan jenis ikan yang dipancing dilapang. Perkiraan ikan mujair yang dibutuhkan pertahun 4000 kg, ikan mas 3000 kg dan ikan bawal 1000 kg.
Harga bayangan ikan menggunakan harga pasar pada tahun 2013 dan diperkirakan setiap tahunnya total biaya pembelian ikan mengalami kenaikan 10 persen,
mengikuti kenaikan jumlah pengunjung. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diperkirakan total biaya pembelian ikan pada tahun pertama usaha pariwisata ini
yaitu sebesar Rp 9.800.000.
8.2.2. Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung adalah biaya yang kemungkinan dikeluarkan diluar kepentingan keberlangsungan usaha pariwisata Situ Rawa Gede. Komponen untuk
biaya tak langsung hanya dibatasi dengan melihat pemanfaatan yang ada dikawasan Situ rawa Gede dengan menyesuaikan studi kelayakan penataan
kawasan Situ Rawa Gede yang dibuat pada tahun 2010 oleh pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Kepariwisataan hingga
saat ini, maka hanya pendapatan perikanan tangkap yang masuk dalam kelompok biaya ini karena pemanfaatan yang ada pada kawasan situ hanya perikanan
tangkap. Beberapa tahun lalu pernah dimanfaatkan perikanan budidaya oleh warga sekitar namun, karena produktivitas yang cenderung menurun karena banyak ikan-
ikan hasil budidaya yang mati dan semakin bertambah jumlahnya setiap tahunnya sehingga tidak dilanjutkan. Menurut sekelompok masyarakat yang pernah
bergabung dalam kelompok tersebut, terjadinya hal tersebut dikarenakan kualitas air situ yang semakin menurun. Nilai biaya perikanan tangkap ini sama dengan
nilai manfaat tak langsung perikanan tangkap yang termasuk bagian dari
96 komponen penerimaan pada arus kas yaitu totalnya sebesar Rp 91.471.000.
Perincian perolehan total nilai perikanan tangkap dapat dilihat pada Lampiran 7.
8.3. Kelayakan Ekonomi Pembangunan Kawasan Wisata Situ Rawa Gede
Penilaian kelayakan ekonomi rencana pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede diperoleh dengan menggunakkan kriteria kelayakan investasi yang
diperoleh dari hasil pengolahan komponen arus penerimaan manfaat dan pengeluaran biaya usaha Situ Rawa Gede. Kriteria kelayakan tersebut yaitu Net
Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Internal Rate of Return IRR. Nilai tersebut didapatkan dari pengolahan komponen arus
penerimaan dan pengeluaran dengan menggunakkan Microsoft Office Excel. Data yang digunakan untuk menghitung kelayakan adalah data perkiraan manfaat
bersih dari pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede yang diperoleh dari pengurangan manfaat dengan biaya. Selanjutnya dilakukan diskonto discounting
terhadap arus manfaat bersih dari pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede dengan tingkat diskonto yaitu 12 persen, maka diperoleh cashflow dari hasil
perhitungan NPV, IRR dan Net BC. Berdasarkan hasil analisis kelayakan ekonomi diperoleh nilai NPV sebesar
Rp 38.059.396.614. Nilai ini berarti investasi pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede akan
memberikan pendapatan bersih tambahan sebesar
Rp 38.059.396.614. Nilai Net BC yang diperoleh sebesar 2,30, artinya untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan
penerimaan sebesarRp 2,30. Kemudian nilai IRR diperoleh sebesar 23 persen, artinya bahwa tingkat pengembalian internal investasi yang ditanamkan
pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede nantinya adalah sebesar 23 persen. Berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan ekonomi dapat disimpulkan
pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede yang akan dilaksanakan dinyatakan layak secara ekonomi karena seluruh kriteria memenuhi kelayakan
investasi yaitu NPV ≥ 0, Net BC ≥ 1, dan IRR ≥ tingkat suku bunga yang
digunakan, maka. Rincian cashflow analisis kelayakan ekonomi pembangunan kawasan Situ Rawa Gede dapat dilihat pada Lampiran 10.
97
8.4.Analisis Sensitivitas dan Nilai Pengganti switching value
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil analisis kelayakan ekonomi pembangunan
kawasanSitu Rawa Gede jika ada perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat dalam analisis tersebut. Analisis sensitivitas dilakukan untuk
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi agar bisa diambil langkah-langkah yang tepat untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang
mungkin terjadi dan menjamin bahwa setiap rencana investasi aman untuk dilaksanakan Nadiasa, 2010.
Skenario perubahan yang dilakukan dalam analisis ini terdiri dari dua skenario. Skenario pertama yaitu perubahan penurunan jumlah kunjungan wisata
sebesar 43 persen yang lain tetap. Angka presentase tersebut didapatkan dengan membuat agar nilai NPV negatif. Skenario kedua yaitu perubahan kenaikan gaji
tenaga kerja tetap sebesar 48 persen yang lain tetap. Angka presentase tersebut berdasarkan presentase kenaikan upah minimum Kota Bekasi tiga tahun terakhir.
Hasil analisis sensitivitas ekonomi pada skenario pertama yaitu didapatkan nilai NPV sebesar Rp
– 605.535.037 ; Net BC sebesar 1,00; dan IRR sebesar 12 persen. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede ini tidak layak dilaksanakan apabila ada perubahan penurunan total jumlah pengunjung wisata hingga 43
persen dari perkiraan total jumlah pengunjung tiap tahun. Rincian cashflow analisis sensitivitas skenario 1 terlampir pada Lampiran 11. Hasil analisis
sensitivitas ekonomi pada skenario kedua yaitu didapatkan nilai NPV sebesar Rp 35.780.099.948; Net BC sebesar 2,22 dan IRR sebesar 23 persen. Berdasarkan
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede ini masih layak dilaksanakan apabila ada perubahan kenaikan
gaji tenaga kerja tetap sebesar 48 persen dari total gaji tenaga kerja tetap tiap tahun sebab berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi, semua memenuhi
kriteria investasi suatu proyek. Rincian cashflow analisis sensitivitas skenario 2 terlampir pada Lampiran 12.
Analisis nilai pengganti dilakukan pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen penerimaan
98 inflow dan komponen pengeluaran outflow yang masih dapat ditoleransi agar
pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede nantinya masih tetap layak dengan mendekati keuntungan normal NPV = 0, Net BC = 1, IRR = tingkat bunga yang
digunakan. Perubahan yang dilakukan pada analisis nilai pengganti penelitian ini sama dengan skenario pada analisis sensitivitas, yaitu terdapat dua skenario.
Skenario pertama, dilakukan perubahan pada suatu komponen penerimaan yaitu penurunan maksimal jumlah kunjungan wisata. Skenario kedua, dilakukan
perubahan pada suatu komponen pengeluaran yaitu kenaikan maksimal gaji tenaga kerja tetap agar proyek tetap dapat dijalankan dengan kondisi mendekati
keuntungan normal NPV = 0, Net BC = 1,IRR = tingkat bunga. Arus kas yang digunakan untuk menghitung analisis nilai pengganti skenario 1 dan skenario 2
dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14. Tabel 28. Hasil Analisis Nilai Pengganti
No. Analisis Nilai Pengganti
Presentase
1. Penurunan Jumlah Kunjungan Wisata
42 Persen 2.
Kenaikan Gaji Tenaga Kerja Tetap 779 Persen
Berdasarkan hasil analisis nilai pengganti untuk skenario pertama dihasilkan nilai sebesar 42 persen. Artinya bahwa penurunan maksimal jumlah kunjungan
wisata tiap tahun yang dapat ditoleransi sebesar 42 persen. Penurunan jumlah kunjungan wisata Situ Rawa Gede tiap tahun diatas 42 persen akan menyebabkan
pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede menjadi tidak layak untuk dijalankan. Penurunan jumlah kunjungan wisata dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa saja karena penetapan harga tiket atau paket wisata tidak sesuai dengan kualitas, daya tarik
wisata yang kurang menarik, informasi dan pelayanan yang tidak maksimal, fasilitas, prasarana dan sarana yang kurang memadai, akses menuju kawasan yang
sulit. Pada faktor eksternal, biasanya yang mempengaruhi penurunan jumlah kunjungan yaitu adanya potensi bahaya baik yang disebabkan karena kegiatan
manusia atau karena alamiah pada daerah tujuan wisata seperti kehilangan barang, kerusakan bangunan,kecelakaan, kematian dan sebagainya.