Kajian sumberdaya perairan situ cikaret untuk pengembangan wisata di Kelurahan Cikaret Kecamatan Cibinong, Bogor

(1)

i   

KAJIAN SUMBERDAYA PERAIRAN SITU CIKARET UNTUK

PENGEMBANGAN WISATA DI KELURAHAN CIKARET

KECAMATAN CIBINONG, BOGOR

DARAYANI ARADHITA

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

iii   

RINGKASAN

Darayani Aradhita. C24063364. Kajian Sumberdaya Perairan Situ Cikaret Untuk Pengembangan Wisata Di Kelurahan Cikaret Kecamatan Cibinong, Bogor. Dibawah bimbingan Agustinus M. Samosir dan Fredinan Yulianda.

Situ Cikaret merupakan satu dari 96 situ yang ada di Kabupaten Bogor dengan luas 10.53 hektar dan potensial untuk pengembangan wisata. Wisata merupakan segala kegiatan perjalanan yang dilakukan dengan maksud menikmati atraksi alam dan budaya. Ekowisata merupakan pemanfaatan sumberdaya alam berdasarkan konservasi untuk pengembangan wisata, sehingga wisata dengan konsep ekowisata akan menjaga berlangsungnya proses ekologi yang tetap mendukung sistem kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati, dan menjamin kelestarian spesies dan ekosistem. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu ditinjau permasalahan yang terjadi di Situ Cikaret, baik masalah internal maupun eksternal kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi dan permasalahan yang ada di kawasan Situ Cikaret, dan menyusun rencana alternatif strategi pengelolaan kawasan Situ Cikaret untuk kegiatan wisata perairan secara berkelanjutan.

Penelitian dilakukan di Situ Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan melalui survey pendahuluan pada bulan Desember 2010 dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2011. Pengkajian kawasan untuk kegiatan wisata dilakukan dengan analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) sehingga setiap kegiatan wisata yang akan dikembangkan sesuai dengan potensi dan peruntukannya, analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk mengetahui jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh kawasan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia, dan analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunities-Threats) untuk memperoleh alternatif strategi pengelolaan yang diprioritaskan.

Situ Cikaret memiliki potensi bentang alam (pemandangan), potensi sumberdaya habitat (vegetasi tepi situ, potensi air terkait kuantitas dan kualitas air), dan potensi sumberdaya ikan. Permasalahan yang terdapat di kawasan perairan Situ Cikaret yaitu permasalahan ekologis dan pengelolaan kawasan. Permasalahan ekologis terdiri atas sumberdaya habitat yang tidak terawat, sedimentasi, pencemaran limbah (limbah domestik, pertanian dan perikanan). Permasalahan pengelolaan yaitu belum adanya lembaga yang berwenang penuh dalam pengelolaan kawasan Situ Cikaret sebagai tempat wisata, sarana dan prasarana wisata belum memadai, tata ruang kawasan yang kurang terencana, serta dampak dari aktivitas wisatawan terhadap keseimbangan dan keutuhan kawasan. Berdasarkan analisis IKW, diperoleh lima jenis kegiatan wisata yang dapat dikembangakan di kawasan Situ Cikaret yaitu berperahu, memancing, duduk santai, berkemah dan

outbound. Kelima jenis kegiatan tersebut menyebar pada sembilan titik yang terdapat di kawasan perairan Situ Cikaret. Analisis DDK menunjukan nilai daya dukung kawasan sebesar 449 orang/hari. Dari analisis SWOT diperoleh tiga alternatif strategi pengelolaan kawasan Situ Cikaret yang diprioritaskan yaitu (1) Pengoptimalan potensi sumberdaya kawasan untuk kegiatan wisata berdasarkan analisis kesesuaian dan daya dukung kawasan. (2) Perlu adanya lembaga yang berwenang penuh dalam pengelolaan dan pengembangan potensi sumberdaya kawasan Situ Cikaret sebagai tempat wisata. (3) Pihak pengelola membuat rancangan pola pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Situ Cikaret yang tidak bertentangan dengan kesesuaian dan daya dukung kawasan.


(3)

iv   

KAJIAN SUMBERDAYA PERAIRAN SITU CIKARET UNTUK

PENGEMBANGAN WISATA DI KELURAHAN CIKARET

KECAMATAN CIBINONG, BOGOR

DARAYANI ARADHITA C24063364

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(4)

ii   

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Kajian Sumberdaya Perairan Situ Cikaret Untuk Pengembangan Wisata di Kelurahan Cikaret Kecamatan Cibinong, Bogor

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi.

Bogor, September 2011

Darayani Aradhita


(5)

v   

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Kajian Sumberdaya Perairan Situ Cikaret Untuk Pengembangan Wisata di Kelurahan Cikaret

Kecamatan Cibinong, Bogor Nama : Darayani Aradhita

NIM : C24063364

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Agustinus M. Samosir, M. Phil Dr.Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc

NIP. 1961 1211 198703 1 003 NIP 19630731 198803 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP 19660728 199103 1 002


(6)

vi   

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Kajian Sumberdaya Perairan Situ Cikaret Untuk Pengembangan Wisata di Kelurahan Cikaret Kecamatan Cibinong, Bogor”; disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Januari-Februari 2011, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dalam pemberian bimbingan, masukkan, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga skripsi ini bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, September 2011

Penulis

   


(7)

vii   

UCAPAN

TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil dan Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan, a r a h a n , ma s u k a n , d a n n a s e h a t yang telah diberikan hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya selama masa studi di Insitut Pertanian Bogor.

3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku wakil komisi pendidikan program S1 dan dosen penguji tamu dalam sidang skripsi atas saran, nasehat, dan perbaikan yang diberikan.

4. Keluarga tercinta; Ayahanda E d i S a n y o t o d a n E k o S u p r i a t n o , Ibunda Sri Yuliani dan Retno Yuli Astuti, suami tersayang Oki Hidayat, dan saudara-saudara terbaik Diah Ayu Stella Mediana, Dewi Aryani dan Resti Pratiwi atas doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis. 5. Staf Tata Usaha MSP (Mbak Widar dan Mbak Maria) atas bantuan,

kesabaran dan perhatiannya selama masa studi di Institut Pertanian Bogor. 6. Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor beserta staff atas

segala bantuan selama penelitian berlangsung.

7. Team Kepompong (Zewita Maria, Fitriana Intan Putri, Mishbahudin Dhiya’ul Haq, Dwi Wahloyo, Ageriyanto), keluarga besar MSP 43, 44, dan 45 atas kebersamaan, bantuan, motivasi dan dukungannya.

8. Keluarga Pondok AMMI (Riri Fitri Maria, Noni Husnayati, Tri Reti Rahmawati, Diah Imas), keluarga Wisma Alfarabi serta semua teman dan sahabat yang telah membantu dalam penyelasaian tugas akhir ini.


(8)

viii   

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, pada tanggal 16 Agustus 1988 dari pasangan Bapak Edi Sanyoto dan Ibu Sri Yuliani. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di TK. Adhiyaksa Kupang (1994), SD Muhammadiyah I Kupang (2000), SLTPN 1 Kupang (2003) dan SMAN 1 Kupang (2006). Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun, penulis diterima pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di organisasi kemahasiswaan organisasi Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) tahun 2006/2007, Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) tahun 2007-2009, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan tahun 2007/2008, Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM) Insitut Pertanian Bogor tahun 2008-2010. Penulis juga berkesempatan menjadi Asisten Mata Kuliah Ekologi Perairan (2007/2008 dan 2009/2010) dan Asisten Pelajaran Agama Islam (2007-2009).

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Kajian Sumberdaya Perairairan Situ Cikaret Untuk Pengembangan Wisata di Kelurahan Cikaret Kecamatan Cibinong, Bogor”.


(9)

ix   

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 5

1.4. Manfaat ... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situ ... 6

2.1.1. Definisi situ ... 6

2.1.2. Nilai dan manfaat situ ... 7

2.2. Faktor Pembatas Perairan Situ ... 10

2.3. Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata ... 11

2.3.1. Pariwisata ... 11

2.3.2. Ekowisata ... 13

2.4. Konsep dan Prinsip Pengembangan Ekowisata ... 14

2.5. Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan ... 16

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2. Alat dan Bahan ... 18

3.3. Jenis dan Pengumpulan Data ... 19

3.3.1. Metode pengambilan dan pengumpulan data ... 19

3.3.2. Metode pengambilan responden ... 20

3.4. Metode Analisis Data ... 21

3.4.1. Kualitas air ... 21

3.4.2 Kelimpahan plankton ... 21

3.4.3. Analisis potensi dan kesesuaian ... 21

3.4.4. Analisis daya dukung ... 24

3.4.5. Analisis SWOT ... 26

3.4.5.1. Analisis penilaian faktor internal dan eksternal ... 27

3.4.5.2. Penentuan bobot setiap variabel ... 28

3.4.5.3. Penentuan peringkat ... 30

3.4.5.4. Penyusunan alternatif strategi ... 31

3.4.5.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ... 32

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Situ Cikaret ... 33

4.1.1. Sumber air dan manfaatnya ... 34

4.2. Sarana dan Prasarana yang telah ada di Kawasan Situ Cikaret. . 35


(10)

x   

4.3.1. Sumberdaya hayati ... 36

4.3.1.1. Fitoplankton ... 36

4.3.1.2. Zooplankton ... 37

4.3.1.3. Komunitas ikan ... 38

4.3.1.4. Tumbuhan air ... 39

4.3.1.5. Vegetasi tepi situ ... 40

4.3.2. Sumberdaya air ... 41

4.3.2.1. Parameter fisika ... 42

4.4.2.2. Parameter kimia perairan ... 44

4.3.3. Sumberdaya morfometri dan habitat ... 45

4.3.3.1. Morfometri ... 45

4.3.3.2. Kondisi habitat ... 45

4.3.4. Potensi bentang alam (pemandangan) ... 47

4.3.5. Sumberdaya manusia ... 48

4.3.5.1. Karakteristik responden ... 49

4.3.5.2. Pengetahuan responden tentang Situ Cikaret ... 52

4.3.5.3. Kegiatan pemanfaatan yang dilakukan responden 54

4.3.5.4. Pengetahuan responden tentang wisata ... 55

4.3.5.5. Presepsi responden terhadap Situ Cikaret ... 56

4.3.5.6. Permasalahan ... 61

4.3.5.7. Kepedulian responden terhadap Situ Cikaret ... 64

4.3.5.8. Pengembangan dan pengelolaan Situ Cikaret ... 66

4.3.5.9. Dampak kegiatan wisata ... 71

4.4. Anilisis Kesesuaian Wisata ... 74

4.5. Analisis Daya Dukung ... 77

4.6. Analisis Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata ... 79

4.6.1. Identifikasi faktor internal dan eksternal ... 79

4.6.2. Pembuatan matriks IFE dan EFE ... 84

4.6.3. Penentuan matriks alternatif strategi pengelolaan ... 85

4.5. Rencana Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan bagi Kegiatan Ekowisata ... 87

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 90

5.2.Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(11)

xi   

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis

kualitas air... ... 18

2. Jenis data yang dibutuhkan ... 19

3. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk wisata danau ... 23

4. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luasan area kegiatan (Lt) ... 25

5. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata ... 26

6. Tingkat kepentingan faktor internal ... 28

7. Tingkat kepentingan faktor eksternal ... 28

8. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal ... 29

9. Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) ... 30

10. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 31

11. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 31

12. MatriksSWOT ... 31

13. Perangking alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT ... 32

14. Kelimpahan fitoplankton di perairan Situ Cikaret... 37

15. Kelimpahan zooplankton di perairan Situ Cikaret ... 38

16. Jenis-jenis ikan yang tertangkap di perairan Situ Cikaret ... 39

17. Kualitas air Situ Cikaret ... 41

18. Indeks kesesuaian wisata (IKW) di Situ Cikaret ... 74


(12)

xii   

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pendekatan studi ... 4

2. Peta lokasi penelitian ... 17

3. Peta kawasan Situ Cikaret ... 33

4. Jenis tumbuhan air yang terdapat di Situ Cikaret ... 40

5. Kondisi lingkungan Situ Cikaret ... 46

6. View point di Situ Cikaret ... 48

7. Komposisi jenis kelamin responden ... 49

8. Kelompok umur pengunjung dan masyarakat Situ Cikaret ... 50

9. Tingkat pendidikan pengunjung dan masyarakat Situ Cikaret ... 50

10. Tingkat pekerjaan pengunjung dan masyarakat Situ Cikaret ... 51

11. Tingkat penghasilan pengunjung dan masyarakat Situ Cikaret ... 52

12. Pengetahuan responden tentang Situ Cikaret ... 53

13. Presepsi responden tentang kelestarian Situ Cikaret... 54

14. Kegiatan pemanfaatan yang dilakukan responden di kawasan wisata Situ Cikaret ... 55

15. Tingkat pengetahuan responden tentang wisata... 55

16. Presepsi responden tentang keindahan Situ Cikaret ... 57

17. Presepsi responden tentang kondisi air Situ Cikaret ... 58

18. Presepsi responden tentang kenyamanan Situ Cikaret ... 59

19. Presepsi pengunjung terhadap aksesibilitas kawasan Situ Cikaret ... 59

20. Presepsi pengunjung tentang pelayanan yang ada di Situ Cikaret ... 60

21. Presepsi responden terhadap fasilitas Situ Cikaret ... 61

22. Permasalahan yang ada di kawasan Situ Cikaret berdasarkan presepsi masyarakat ... 64

23. Tingkat kepedulian responden terhadap kelestarian Situ Cikaret ... 65

24. Presentase tingkat kesadaran responden terhadap kebersihan Situ Cikaret ... 66

25. Presepsi responden tentang pengelolaan kawasan Situ Cikaret ... 67


(13)

xiii   

27. Potensi Situ Cikaret yang dapat dikembangkan ... 68 28. Kegiatan Wisata yang dapat di kembangkan di kawasan

Situ Cikaret ... 69 29. Pendapat responden tentang hal yang harus dibenahi dari kawasan

Situ Cikaret ... 71 30. Dampak positif kegiatan wisata di Situ Cikaret berdasarkan

presepsi masyarakat ... 72 31. Dampak negatif dari alih fungsi kawasan sebagai tempat wisata


(14)

xiv   

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Sarana dan prasarana di sekitar Situ Cikaret ... 96

2. Vegetasi tepi Situ Cikaret ... 98

3. Stasiun pengamatan kualitas air ... 99

4. Peta kontur kedalaman Situ Cikaret ... 100

5. Perhitungan indeks kesesuaian wisata ... 101

6. Peta kesesuaian wisata ... 108

7. Peta daya dukung kawasan ... 109

8. Lokasi kesesuaian wisata Situ Cikaret ... 110

9. Penentuan analisis strategi pengelolaan kawasan untuk wisata ... 112

10. Matriks SWOT ... 114

11. Perangkingan alternatif strategi ... 115

21. Kuisioner wawancara ... 117

   


(15)

1.1. Latar Belakang

Situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya berair tawar dan berukuran relatif kecil. Situ dapat terbentuk secara alami yaitu karena kondisi topografi yang mungkin terperangkapnya sejumlah air. Sumber air lahan tersebut dapat berasal dari mata air yang terdapat didalamnya, dari masuknya air sungai dan atau limpasan air permukaan/hujan (surface run-off). Situ ini juga dapat terbentuk akibat kegiatan alamiah, seperti bencana alam, kegiatan vulkanik maupun tektonik. Keberadaan air di dalam lahan tergenang dapat bersifat permanen maupun sementara (Suryadiputra 2005).

Situ Cikaret adalah satu dari 96 situ yang ada di Kabupaten Bogor, memiliki luas 29.5 ha berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor pada tahun 1989/1990, sementara hasil pengukuran selanjutnya pada tahun 1992 luas perairan situ yaitu 10.53 ha (Suwignyo et al. 1993). Lokasi Situ Cikaret melintasi 2 (dua) desa, yaitu Kampung Curug Desa Pekansari dan Kampung Cikaret Desa Harapan Jaya, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Kelurahan Cikaret ini memiliki batas wilayah meliputi Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda, Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Jaya, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kota Batu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mulyaharja (Pemerintah Kabupaten Bogor 2010).

Pemanfaatan air situ yang utama adalah untuk keperluan irigasi, khususnya mengairi persawahan agar tidak kekurangan air di musim kemarau, karena itu fungsi utama situ adalah sebagai tandon air. Agar perairan situ dapat menjalankan fungsi utamanya dengan baik maka prasyaratnya adalah bahwa keadaan perairan situ harus senantiasa bersih (Sunarno 1981). Fungsi Situ Cikaret yaitu sebagai sarana penyimpan air guna keperluan pengairan, sebagai resapan air yang akan menjamin ketersediaan air tanah bagi daratan di sekitarnya, sebagai salah satu tempat berwisata lokal bagi masyarakat sekitar situ. Selain sebagai sarana rekreasi, situ ini juga ramai dengan aktivitas sebagian masyarakat pencari ikan ataupun kerang (Pemerintah Kabupaten Bogor 2010).


(16)

   

Karakteristik potensi sumberdaya Situ Cikaret dapat dikembangkan sebagai objek wisata situ. Namun, pengembangan wisata situ ini dapat dikatakan belum optimal sebagai suatu objek wisata situ. Hal ini diduga karena kurangnya peran pemerintah dalam pengembangan wilayah ini serta pemanfaatan utamanya sebagai sumber air bagi daratan sekitarnya, belum adanya promosi daerah, sehingga menyebabkan kunjungan wisatawan ke Situ Cikaret cenderung tidak tinggi karena cakupannya hanya sekitar wilayah kabupaten saja dan belum mendapat penanganan yang optimal dalam upaya pengelolaan, pengembangan, pemanfaatan untuk kegiatan wisatsa serta belum ada kegiatan konservasi kawasan ini yang berguna meningkatkan kelestariannya.

Kajian mengenai potensi sumberdaya Situ Cikaret ini juga perlu dilakukan agar potensi sumberdaya Situ Cikaret dapat dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan sesuai untuk dijadikan objek wisata situ. Potensi wisata di Situ Cikaret ini diharapkan dapat dioptimalkan tanpa mengganggu kelestarian lingkungan di situ tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Pengelolaan Situ Cikaret berdasarkan fungsi utama situ yaitu untuk kegiatan pengairan yang secara teknis sebagai penampung air dan secara ekologis adalah peresap air. Pemanfaatan perairan situ untuk kegiatan lainnya (perikanan dan pariwisata) adalah kegiatan tambahan yang berprioritaskan sekunder. Pengelolaan perairan situ harus senantiasa memperhatikan koordinasi pemanfaatan agar tidak terjadi tumpang tindih (konflik kepentingan). Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan tersebut harus tetap memperhatikan prinsip pelestarian perairan situ yaitu menjaga kebersihan situ.

Kondisi Situ Cikaret telah menyusut hingga tinggal 10.53 ha dengan kedalaman maksimum 4 m hingga kini masih berfungsi sebagai penyedia air keperluan irigasi sawah seluas 300 ha dan pengairan lainnya serta usaha perikanan setempat. Berdasarkan kepentingan fungsi situ baik secara teknis sebagai penampung air pengairan maunpun secara ekologis sebagai air tanah, keberadaannya perlu dilestarikan (Suwignyo et al. 1993).


(17)

   

Beberapa permasalahan untuk pengembangan wisata Situ Cikaret, antara lain :

1. Pendangkalan dan penyempitan perairan situ yang terus berlanjut akibat kegiatan manusia yang dilakukan baik di situ maupun di daratan sekelilingnya.

2. Kuantitas dan kualitas air perairan situ telah menurun sebagai akibat adanya limpasan limbah cair maupun padat dari daerah pertanian, pemukiman dan industri di daerah hulunya.

3. Belum adanya upaya pengelolaan yang khusus terhadap Situ Cikaret dari instansi terkait terhadap permasalahan yang ada.

4. Belum optimalnya upaya pengembangan kawasan Situ Cikaret sebagai objek wisata.

Pengenalan potensi menjadi sangat penting dengan diketahuinya kemampuan dari situ yang bersangkutan akan memudahkan dalam pemanfaatan dan pengelolaannya, sehingga fungsi ekonomi dan fungsi ekologisnya dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ekowisata merupakan upaya untuk mengembangkan kawasan situ yang berdasarkan pendekatan konservasi dan ekonomi sehingga selain kelestarian situ dapat tetap terjaga juga akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, diperlukan penyusunan strategi pengelolaan kawasan Situ Cikaret melalui kajian potensi dan kesesuaian lingkungan sehingga pengelolaan kawasan tersebut dapat meningkatkan manfaat dan meminimumkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan.


(18)

   

Gambar 1. Kerangka pendekatan studi

       

   

             

   

                   

Analisis Permasalahan

Strategi Pengelolaan Kawasan Perairan Situ Cikaret Identifikasi Potensi

Sumberdaya Perairan Sumberdaya Perairan

Situ Cikaret

Air Visual Manusia Identifikasi

Permasalahan

Pengelolaan

Pemanfaatan saat ini

Analisis Kesesuaian Wisata

Analisis SWOT

Analisis Dayadukung Kawasan

Pemerintah Daerah


(19)

   

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengkaji potensi sumberdaya dan permasalahan yang ada di kawasan Situ Cikaret.

2. Menyusun rencana alternatif strategi pengelolaan kawasan Situ Cikaret untuk kegiatan wisata perairan secara berkelanjutan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak pengelola situ dalam upaya pengelolaan Situ Cikaret untuk kegiatan konservasi dan ekowisata yang berkelanjutan. Memberikan informasi mengenai potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan di kawasan Situ Cikaret, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai fungsi-fungsi penting situ baik secara ekologis maupun ekonomis, sehingga dapat menjaga kelestarian situ. Selain itu, bagi pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam pengembangan pariwisata baik di Situ Cikaret maupun di situ lainnya khususnya di Kabupaten Bogor.


(20)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Situ

2.1.1. Definisi Situ

Menurut Puspita et al. (2005) situ adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Situ alami dan buatan memiliki perbedaan utama yang terletak pada proses pembentukannya. Situ buatan yaitu situ yang berasal dari dibendungnya suatu cekungan (basin), sedangkan situ alami yaitu situ yang terbentuk secara alami karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air.

Situ dapat terbentuk secara alami yaitu karena kondisi topografi yang mungkin terperangkapnya sejumlah air. Sumber air lahan tersebut dapat berasal dari mata air yang terdapat didalamnya, dari masuknya air sungai dan atau limpasan air permukaan/hujan (surface run-off). Situ ini juga dapat terbentuk akibat kegiatan alamiah, seperti bencana alam, kegiatan vulkanik maupun tektonik. Keberadaan air di dalam lahan tergenang dapat bersifat permanen maupun sementara. Pada musim kemarau panjang (misalnya: selama berlangsungnya fenomena el-nino), beberapa situ dapat mengalami kekeringan secara total dan berubah fungsi menjadi suatu lapangan terbuka yang terkadang dimanfaatkan penduduk sekitarnya untuk melakukan kegiatan bercocok tanam atau bahkan sebagai fasilitas lapangan bola (Suryadiputra 2005).

Dalam ilmu lingkungan (ecology), badan-badan air dapat pula dibedakan antara perairan dengan ekosistem tertutup (closed system) dan perairan dengan ekosistem terbuka (open system). Perairan dengan ekosistem terbuka adalah perairan yang sangat terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Perairan dengan ekosistem tertutup adalah perairan yang terlindung dari pengaruh lingkungan disekitarnya bahkan perairan yang dapat diatur atau dimanipulasi (Suwignyo 2003).


(21)

2.1.2. Nilai dan Manfaat Situ

Ekosistem situ memiliki berbagai nilai dan manfaat bagi berbagai makhluk hidup. Nilai dan manfaat tersebut antara lain (Puspita et al. 2005):

a. Nilai ekologis situ

1. Pengaturan fungsi hidrologis

Keberadaan situ sangat erat kaitannya dengan air dan siklus hidrologis di bumi. Secara alami, situ merupakan cekungan yang dapat menampung air tanah dan limpasan air permukaan. Dengan demikian keberadaan situ dapat mencegah terjadinya bencana banjir pada musim penghujan dan mencegah terjadinya kekeringan pada musim kemarau. Situ juga dapat mencegah meluasnya intrusi air laut ke daratan karena situ merupakan pemasok air bagi kantung-kantung air lain seperti sungai, rawa dan sawah. 2. Habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan

Ekosistem situ merupakan tempat hidup, mencari makan dan berkembang biak berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Bahkan beberapa jenis diantaranya merupakan jenis hewan dan tumbuhan yang endemik dan dilindungi. Salah satu contoh adalah Situ Gunung Putri yang ditumbuhi sejenis rumput alang-alang yang merupakan habitat hidup sejenis angsa liar berwarna hitam (Database Situ-Situ Jabotabek, WI-PI in Puspita et al.

2005).

3. Menjaga sistem dan proses-proses alami

Keberadaan ekosistem situ dapat menjaga kelangsungan sistem dan proses-proses ekologi, geomorfologi dan geologi yang terjadi di alam. Sebagai contoh, daratan banjir di sekitar situ banyak dijadikan lahan pertanian karena tanahnya subur. Kesuburan ini disebabkan adanya proses penambahan unsur hara dari hasil sedimentasi. Situ juga secara tidak langsung berperan sebagai penghasil oksigen melalui berbagai jenis fitoplankton yang hidup di dalamnya.

b. Nilai ekonomis situ 1. Penghasil energi

Situ yang memiliki volume air cukup besar jug adapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Salah satu contoh situ


(22)

yang digunakan untuk pembangkit listrik adalah Situ Tando Kracak di Kecamatan Leuwiliang Bogor, yang dikelola oleh PLN (Bapedalda Kabupaten DT II Bogor, 1999 in Puspita el al. 2005).

2. Sumber air

Situ yang merupakan penampung air hujan dan limpasan air permukaan dapat dijadikan sumber air bagi masyarakat setempat baik untuk kebutuhan air minum, pengairan sawah (irigasi), maupun peternakan.

3. Penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomis.

Ekosistem situ kaya akan berbagai jenis sumberdaya alam (hewan ataupun tumbuhan) bernilai ekonomis, baik yang bersifat liar maupun yang dibudidayakan. Selain itu, situ juga berperan sebagai sumber plasma nutfah. Ikan, udang dan katak merupakan merupakan beberapa jenis hewan bernilai ekonomis yang dapat ditemukan di situ. Berbagai jenis tumbuhan air yang hidup di situ ada yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan ada juga yang dapat dijadikan bahan makanan bagi manusia dan ternak. Selain itu, tumbuhan kayu yang hidup di sekitar ekosistem situ juga dapat dijadikan bahan bangunan ataupun arang.

4. Sarana wisata dan olah raga

Situ dengan pemandangan alam yang indah menjadi salah satu potensi bagi kegiatan wisata. Selain itu perairan situ yang relatif luas juga dapat dijadikan areal kegiatan olahraga air seperti memancing, dayung dan ski air. Contoh situ yang telah dikembangkan menjadi sarana rekreasi dan olahraga air antara lain Situ Gunung Putri dan Situ Cigudeg di Bogor. c. Nilai sosial dan budaya situ.

Keberadaan situ sangat mempengaruhi kondisi sosial budaya masyarakat sekitar. Sebagai contoh, kondisi dan sumberdaya hayati situ yang dapat dimanfaatkan, baik melalui kegiatan penangkapan maupun kegiatan budidaya, secara langsung akan mempengaruhi mata pencaharian masyarakat setempat. Selain mata pencaharian, kondisi budaya masyarakat sekitar juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan situ, salah astu contohnya adalah Situ Babakan di Jakarta selatan yang dijadikan kawasan cagar budaya karena


(23)

memiliki nilai sejarah daerah Betawi yang unik (Kompas 2 Juni 2001 in

Puspita et al. 2005).

Menurut Ubaidillah et al. (2003) situ merupakan salah satu sumberdaya yang potensial dan belum dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan fungsinya. Namun dalam perkembangannya, situ-situ menghadapi permasalahan yang sangat kompleks yang mencakup permasalahan aspek kelembagaan, aspek hukum, aspek hidrologis, aspek tata ruang dan aspek sosial kemasyarakatan.

1. Aspek kelembagaan

Permasalahan aspek kelembagaan antara lain meliputi:

a. Belum adanya keberpihakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah dalam upaya konservasi situ.

b. Belum adanya pembagian tugas pengelolaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

c. Kurangnya keterpaduan pelaksanaan program pengelolaan situ.

d. Keterbatasan kapasitas dan kemampuan kelembagaan pemanfaatan situ. e. Lemahnya kampanye publik tentang manfaat dan fungsi situ, baik yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. 2. Aspek hukum

Permasalahan aspek hukum antara lain meliputi:

a. Kekosongan hukum sebagai implikasi berlakunya Undang-Undang No.22 Tahun 1991 tentang Pemerintah Daerah.

b. Belum adanya legalitas penguasaan atas situ. c. Belum adanya jaminan kepastian hukum. d. Lemahnya penegak hukum.

3. Aspek fisik hidrologis

Permasalahan aspek fisik hidrologis antara lain meliputi: a. Menurunnya kualitas perairan.

b. Pendangkalan.

c. Penutupan perairan oleh gulma. d. Longsor lahan.


(24)

4. Aspek tata ruang

Permasalahan aspek tata ruang antara lain meliputi:

a. Tidak terkendalinya perubahan tata guna lahan atau alih fungsi situ. b. Tidak jelasnya batas daerah penguasaan situ.

c. Belum adanaya rencana detail kawasan dan rencana teknis kawasan. 5. Aspek sosial kemasyarakatan.

Permasalahan aspek sosial kemasyarakatan antara lain meliputi:

a. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi dan manfaat situ. b. Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan situ.

c. Pemanfaatan situ oleh masyarakat yang tidak memperhatikan keberlanjutan fungsi situ.

2.2. Faktor Pembatas Perairan Situ

Faktor pembatas bagi perairan tawar menurut Odum (1971) adalah suhu, kekeruhan dan debit arus. Parameter fisika yang dianalisis antara lain : suhu, kecerahan, dan warna perairan. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi badan air. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20o-30oC (Effendi 2003).

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (APHA 1976; Davis & Cornwell 1991 in

Effendi 2003).

Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi. Warna perairan ditimbulkan oleh


(25)

adanya bahan organik dan bahan anorganik; karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam (misalnya besi dan mangan), serta bahan-bahan lain (Effendi 2003).

Parameter kimia yang dianalisis antara lain: DO, BOD, dan pH. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah gas oksigen terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan difusi udara (APHA 1992 in Effendi 2003). Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand/BOD) merupakan gambaran secara tak langsung kadar bahan organik adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis & Cornwell 1991 in Effendi 2003). Dengan kata lain BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob yang terdapat pada botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 200 selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd 1988 in Effendi 2003).

Tebbut (1992) in Effendi (2003) menyatakan bahwa pH hanya menggambarkan ion hidrogen. Mackereth et al. (1989) in Effendi (2003) berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin sedikit kadar karbondioksida bebas. Larutan asam (pH rendah) bersifat korosif. Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai lingkungan hidup, walaupun perairan itu tergantung pula dari berbagai faktor lain. Parameter biologi yang dianalisis adalah kesuburan suatu perairan situ dengan melihat kelimpahan plankton dan biota yang hidup di kawasan perairan.

2.3.Ruang Lingkup Pariwisata dan Ekowisata 2.3.1.Pariwisata

Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik 2006). Pariwisata dapat juga diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,melainkan untuk menikmati perjalanan (Islami 2003). Wisata merupakan suatubentuk pemanfaatan


(26)

sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata (Yulianda 2007).

Dalam UU No 9 tahun 1990 (Damanik 2006 in Rahmawati 2009), beberapaistilah yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. 7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Menurut Munasef (1995) in Sulaksmi (2007), kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur, diantaranya :

1. Manusia (man) yang merupakan orang yang melakukan perjalanan dengan maksud menikmati keindahan dari suatu tempat (alam).

2. Ruang (space) yang merupakan daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.

3. Waktu (time) yang merupakan waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Kelly (1996) in Sulaksmi (2007) menyatakan klasifikasi bentuk wisata yang dikembangkan berdasarkan pada bentuk utama atraksi atau daya tariknya yang kemudian ditekankan pada pemasarannya. Bentuk wisata tersebut antara


(27)

lain : ekowisata (ecotourism), wisata alam (nature tourism), wisata petualangan (adventure tourism), wisata berdasarkan waktu (gateway and stay) dan wisata budaya (cultural tourism).

Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yaitu (Soemarwoto 2004 in Sari 2009):

1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial 2. Tersedianya sumberdaya yang cukup

3. Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai

2.3.2. Ekowisata

Istilah ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh Hector Cebalos-Lascurian pada tahun 1983 yang mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang lingkungan alamnya masih asli atau relatif masih sedikit sekali terganggu untuk tujuan mempelajari, mengagumi dan bersenang-senang sambil menikmati pemandangan dengan berbagai tanaman dan hewan liar serta mengamati budaya setempat (Fennel 2005). Goodwinn (1996) in Fennel (2005), menyatakan bahwa ekowisata adalah wisata alam yang berdampak rendah yang berkonstribusi langsung pada pemeliharaan spesies dan habitat baik secara langsung melalui konservasi dan/atau secara tidak langsung melalui penyediaan pendapatan bagi masyarakat lokal dan melindungi wilayah warisan satwa sebagai sumber pendapatan. Sedangkan Clark (1996), menyatakan bahwa ekowisata merupakan kontrol pembangunan yang diperlukan berdasarkan daya dukung untuk menjamin sumberdaya alam agar tidak dimanfaatkan berlebihan oleh pengunjung. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood 1999 in Fandeli 2000).

Sumberdaya ekowisata terdiri atas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (Fandeli 2000 in Yulianda 2007) :

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.


(28)

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.

 

2.4. Konsep dan Prinsip Pengembangan Ekowisata

Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan (Fandeli & Muchlison 2000).

Dalam kaitannya dengan ekowisata, From (2004) in Damanik dan Weber (2006) menyusun tiga konsep dasar tentang ekowisata yaitu sebagai berikut :

Pertama, perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan

kerusakan lingkungan. Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas yang diciptakan dan dikelola oleh masyarakat kawasan wisata. Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal.

Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari wisata air didasarkan pada lima unsur utama (Yoeti 2000 in Agustin 2007), yaitu:

1. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumberdaya alam khususnya perairan, peninggalan sejarah dan budaya.

2. Melibatkan masyarakat.

3. Ekowisata air meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam dan perairan itu sendiri, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

4. Tumbuhnya pasar ekowisata air di tingkat nasional dan internasional. 5. Ekowisata air sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan.

Dengan kata lain, ekowisata air menawarkan konsep low invest-high value

bagi sumberdaya dan lingkungan perairan serta menjadikan sarana bagi partisipasi masyarakat, karena aset produksi menggunakan dan milik masyarakat lokal.


(29)

Menurut The Ecotourism Society (Eplerwood 1999 in Fandeli 2000), menyebutkan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata yaitu:

1) Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas wisatawan yang mengganggu terhadap alam dan budaya

2) Pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

3) Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.

4) Meningkatkan penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

5) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

6) Menjaga daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.

7) Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. 8) Meningkatkan devisa buat pemerintah. Apabila suatu kawasan pelestarian

dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.


(30)

2.5. Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan

Dalam pariwisata kesesuiaan mencakup kesesuiaan sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan wisata yang dikembangkan (Yulianda 2007).

Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah individu maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi/merusak lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi pengunjung, juga bagi masyarakat setempat (Libosada 1998 in

Maryadi 2003). Untuk menghindari kerusakan lingkungan akibat tidak sesuainya antara jumlah pengunjung persatuan luas per satuan waktu,perlu dilakukan suatu analisis daya dukung (carrying capacity analysis) dalam suatu kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan wisata.

Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhui oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Sedangkan daya dukung badan air yang digunakan untuk pariwisata dipengaruhi oleh luas dan volume badan air serta pergerakan air (Soemarwoto 2004).

Faktor bofisik yang mempengaruhi daya dukung lingkungan bukan hanya faktor alamiah, melainkan juga faktor yang berasal dari perbuatan manusia. Daya dukung lingkungan tidak hanya cukup dilihat dari sarana dan pelayanan wisatawan, melainkan juga harus mempertimbangkan kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu. Oleh karena itu, jelaslah bahwa perencanaan pariwisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan, serta merusak ekosistem yang digunakan sebagai objek pariwisata, hal ini akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata tersebut (Soemarwoto 2004).


(31)

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Situ Cikaret Kelurahan Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Cikaret ini memiliki batas wilayah meliputi Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda, Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Jaya, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kota Batu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mulyaharja. Situ Cikaret memiliki luas perairan sebesar 10.53 ha yang dikelilingi oleh jalan lingkar dan dam pembatas perairan.

Waktu penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data. Pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2011.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan titik sampling Sumber : (www.google earth.com)


(32)

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan antara lain: a. Kondisi fisik dan biologi

Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk mencatat data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi objek Situ Cikaret, beberapa dokumen yang berkaitan dengan Situ Cikaret dan studi pustaka yang mendukung penelitian. Alat yang digunakan dalam menentukan titik sampling kualitas air yaitu dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan alat untuk mengukur kualitas air dapat dilihat pada tabel.1.

b. Kondisi sosial ekonomi

Formulir kuisioner, alat tulis, perekam suara untuk merekam wawancara, dan laporan-laporan.

Tabel 1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis kualitas air

No Parameter Alat

Fisika

1. Warna Indra penglihatan

3. Temperatur (ºC) SCT (Salino-Conductivity-Thermo) meter

4. TSS (mg/l) Kertas filter millipore, vacuum pump, dessikator, timbangan 5. Kekeruhan (NTU) Turbiditimeter

6. Kecerahan (cm) Secchi disk Kimia

1. pH pH meter

2. DO (mg/l)

Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet dan syringe (sebagai pengganti buret)

3. BOD (mg/l) Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, buret, plastik hitam, inkubator Biologi

1. Plankton Planktonet, botol film dan mikroskop 2. Ikan Alat tulis dan perekam suara


(33)

3.3. Jenis Pengumpulan Data

Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam penelelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis data yang dibutuhkan

No Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan

data 1. Keadaan umum kawasan wisata air Situ Cikaret

a. Luas dan letak Primer dan

sekunder Lapangan dan laporan

Observasi lapang dan studi pustaka b. Sumber air dan manfaat Situ

Cikaret

Primer dan

sekunder Responden dan laporan

Wawancara dan studi pustaka

c. Topografi Primer dan sekunder Responden dan laporan Wawancara dan studi pustaka

d. Hidrologi Sekunder Laporan Studi pustaka

f. Keadaan sosial dan ekonomi penduduk di Kelurahan Situ Cikaret

Sekunder dan

primer Laporan Studi pustaka

2. Karakteristik sumberdaya alam Situ Cikaret

a. Kualitas air Primer Lapangan Observasi lapang

b. Flora dan fauna di dalam dan sekitar Situ Cikaret

Primer dan

sekunder Lapangan dan laporan

Observasi lapang dan laboratorium serta studi pustaka

3. Karakteristik sosial- ekonomi a. Masyarakat sekitar kawasan wisata

air Situ Cikaret Primer Responden Wawancara

b. Wisatawan Primer Responden Wawancara

c. Instansi-instansi terkait Primer Responden Wawancara

4. Potensi wisata Primer dan

sekunder Lapangan dan laporan

Observasi lapang dan studi pustaka

5. Data kesesuaian wisata Primer Lapangan Observasi lapang

6. Data daya dukung kawasan Primer Lapangan Observasi lapang

3.3.1. Metode pengambilan dan pengumpulan data

Pengambilan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara berbagai pihak yang terkait dengan tujuan penelitian dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Data primer yang dibutuhkan meliputi:

a. Data mengenai sejarah kawasan Situ Cikaret, permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan.

b. Karakteristik kawasan wisata seperti potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh objek wisata Situ Cikaret meliputi keindahan alamnya, vegetasi yang tumbuh di sekitar Situ Cikaret, kondisi perairannya, keanekaragaman jenis ikan dan plankton yang hidup di dalamnya.

c. Karakteristik pengunjung seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, intensitas kunjungan, daerah asal, persepsi dan apresiasi terhadap Kawasan Wisata Situ Cikaret.


(34)

d. Tanggapan dari masyarakat mengenai kawasan wisata air Situ Cikaret.

e. Keadaan topografi dengan jarak sekitar 50 m dari kawasan wisata Situ Cikaret.

Pengumpulan data kualitas air dilakukan pada lima titik lokasi yang diperkirakan dapat mewakili keadaan kawasan wisata Situ Cikaret, yaitu satu titik pada dua inlet, dua titik ditengah Situ Cikaret, dan satu titik pada satu outlet.

Pengambilan air contoh dilakukan pada bagian permukaan perairan. Parameter kualitas air yang diamati adalah warna, temperatur, kecerahan, kekeruhan, TSS, DO, BOD, pH, dan plankton. Pengambilan data ikan diperoleh dengan cara wawancara terhadap 30 orang masyarakat yang sedang memancing dan menjala ikan di Situ Cikaret serta pihak pengelola kawasan situ.

Metode pengambilan data sosial-ekonomi yaitu dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap 30 orang pengunjung dan 30 orang masyarakat. Untuk data sekunder dilakukan pengumpulan data yang berasal dari studi pustaka, laporan, hasil penelitian, dan data penunjang lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dikaji diperoleh dari:

a. Perpustakaan Institut Pertanian Bogor

b. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong c. Instansi-instansi terkait

d. Internet

3.3.2. Metode pengambilan responden

Metode pengambilan sampel terhadap pengunjung dan masyarakat sekitar dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling dan purposive sampling. Tehnik accident sampling yaitu proses pengambilan sampel dilakukan tanpa perencanaan, dari responden yang pertama kali dijumpai dapat dipilih dan langsung diwawancarai, sedangkan metode purposive sampling yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tambahan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang yang berlaku yang disadari semata-mata dari judgement

peneliti yaitu sampel yang diambil diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, digunakan untuk situasi dimana persepsi orang pada sesuatu sudah terbentuk (Fauzi 2001 in Nancy 2007).


(35)

Masyarakat sekitar kawasan situ yang dijadikan responden sebanyak 30 orang ditambah dengan 30 orang pengunjung, hal ini berdasarkan pertimbangan kemampuan responden dalam memahami dan menjawab kuesioner yang diajukan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pengisian kuesioner sebagai data pokok. Data-data yang sudah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan analisis SWOT, sehingga bisa ditentukan altematif strategi dalam upaya pengelolaan Situ Cikaret secara berkelanjutan.

3.4. Metode Analisis Data 3.4.1. Kualitas air

Kualitas air Situ Cikaret dibandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut PP No.82 tahun 2001 kelas 2 dan literatur-literatur lain yang mendukung penelitian.

3.4.2. Kelimpahan plankton

Pencacahan organisme plankton dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Menurut Greenberg et al. (1980) jumlah individu plankton per liter air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a A x cg V x u

cg A x t V x n N=

Keterangan :

N = Jumlah total fitoplankton (ind/l)

n = Jumlah rataan individu yang teramati (ind) u = Ulangan (3)

Vt = Volume air tersaring (30 ml)

Vcg = Volume air dibawah coverglass ( 1 ml)

Aa = Luas satu lapang pandang (20x50 mm2)

Acg = Luas coverglass/SRC (20x50mm2)

3.4.3. Analisis potensi dan kesesuaian

Analisis potensi dalam penelitian ini mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berada di dalam maupun di luar atau sekitar Situ Cikaret. Potensi sumberdaya alam yang dilihat seperti morfometri situ, kualitas


(36)

air, tumbuhan air, flora dan fauna yang terdapat di sekitar Situ Cikaret. Potensi sumberdaya manusia mencakup masyarakat sekitar kawasan Situ Cikaret, pengunjung dan instansi yang terkait seperti Kelurahan, Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007):

= (Ni/Nmaks)x100%)

IKW

Keterangan :

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata

Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)

Nmax = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata.

Nilai parameter ke-i (Ni) merupakan hasil perkalian antara bobot dan skor lokasi penelitian dari suatu parameter. Nilai maksimum dari suatu kategori wisata (Nmaks) merupakan hasil perkalian antara bobot dan skor maksimum dari suatu

parameter. Parameter, bobot dan skor yang dimaksud dapat dilihat pada matriks kesesuaian. Matriks kesesuaian wisata yang digunakan berdasarkan matriks kesesuaian menurut Yulianda (2007) yang telah dimodifikasi. Matriks ini dibuat berdasarkan hasil studi pustaka dan subjektifitas dari pakar yang ahli dalam bidangnya.

Kesesuaian lahan untuk wisata perairan tawar bagian danau dapat dibagi wisata kategorinya menjadi berkemah, perahu karet, memancing, duduk santai,

outbound dan berendam di air panas. Kesesuaian wisata danau

mempertimbangkan masing-masing parameter yang berbeda dalam kategori wisata tersebut (Tabel. 3).


(37)

Tabel 3. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk wisata danau

No Parameter Bobot Kategori Skor

Berkemah

1 Lebar tepi danau (m) 5

x> 10 3

7< x ≤10 2

5< x ≤ 7 1 ≤ 5 0

2 Hamparan dataran 5

Rumput/pasir 3 Tanah liat 2

Lumpur/batu datar 1 Batu cadas/tanah labil 0

3 Vegetasi yang hidup di tepi

danau 3

Kelapa, Cemara, Akasia 3 Campuran pohon dan belukar 2 Belukar tinggi 1 Belukar tinggi dan rawa 0

4 Pemandangan (Object view) 3

Danau, Hutan, Pegunungan,

Sungai 3

Danau dan 2 dari 3 pemandangan 2 1dari 4 pemandangan 1 Tidak ada obyek yang indah 0

5 Kecepatan arus (cm/det) 1

x< 15 3

15< x ≤30 2

30< x ≤ 50 1

> 50 0

Perahu

1 Kedalaman Perairan (m) 5

2≤ x < 3 3

3< x ≤5 2

1< x ≤ 3; 5 - 10 1 x ≤ 1; > > 10 0 2 Kecepatan arus (m/det) 5

0< x ≤0.15 3

0.15< x ≤0.45 2 x> 0.45 1

3 Bau 3

Tidak berbau 3 Sedikit berbau 2

Berbau 1 4 Vegetasi yang hidup di tepi

danau 3

Kelapa, Cemara, Akasia 3 Belukar tinggi 1

5 Warna perairan 1

Hijau jernih 3 Hijau Kecoklatan 2 Coklat kehitaman 1

Memancing

1 Kelimpahan ikan 5

Sangat banyak 3

Banyak 2 Sedikit 1

2 Jenis ikan 3

Lebih dari 4 3

2b-a3 2 <2 1


(38)

No Parameter Bobot Kategori Skor

3 kedalaman perairan 1

1≤ x < 3 3

3< x ≤5 2

x<1; x>5 1

Duduk santai

1 Pemandangan 5

Danau, Hutan, Pegunungan,

Sungai 3

2-3 dari 4 pemandangan 2 Satu dari 4 pemandangan 1 2 Vegetasi yang hidup di tepi

danau 5

Kelapa, Cemara, Akasia 3

1 dari 3 2

Belukar tinggi 1

3 Hamparan dataran 3

Rumput/pasir 3 Tanah Liat 2

Lumpur/batu 1

4 Biota berbahaya 3

Tidak ada 3

1 jenis 2

>1 jenis 1

5 Lebar tepi danau 1

x≥8 3

1≤ x <8 2

<1 1

Outbound

1 Lebar tepi danau 5

x≥8 3

4≤ x <8 2

<4 1 2 Vegetasi yang hidup di tepi

danau 3

Kelapa, Cemara, Akasia 3

1 dari 3 2

Semak belukar 1

3 Biota berbahaya 3

Tidak ada 3

1 jenis 2

>1 jenis 1

4 Hamparan dataran 1

Rumput/pasir 3 Tanah Liat 2

Lumpur/batu 1 Sumber : Yulianda 2010

Keterangan:

Nilai maksimum = 51 (perahu karet), 51 (berkemah), 27 (Memancing), 51 (duduk santai), 36 (outbound).

Sangat Sesuai = 83 – 100 % Sesuai = 50 - < 83 % Tidak sesuai = < 50 %

3.4.4. Analisis daya dukung

Analisis daya dukung ditujukan pada pengelolaan kawasan wisata Situ Cikaret dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada secara lestari. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan  Tabel 3. Lanjutan


(39)

ekowisata alam yaitu dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia.

Perhitungan DDK dalam bentuk rumus (Yulianda 2007) dapat dituliskan sebagai berikut :

DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp Dimana:

DDK = Daya Dukung Kawasan

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan

Lt = Unit area untuk kategori tertentu (sepeda air, memancing, duduk santai, outbond, pengambilan gambar untuk foto)

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (sepeda air, memancing, duduk santai, outbond, pengambilan gambar untuk foto)

Tabel 4. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luasan area kegiatan (Lt) Jenis kegiatan Pengunjung (orang) Unit area (Luas lahan) Keterangan

Perahu kayu 4 1.000 m2 Dihitung luas situ yang dibutuhkan untuk 4 orang (1 perahu kayu) untuk mengelilingi situ seluas 1.000 m2

Memancing 1 10 m Setiap 1 orang membutuhkan area untuk memancing seluas 10 m

Duduk santai 2 100 m2 Setiap 2 orang membutuhkan ruang untuk duduk santai sepanjang 100 m2

Outbound 5 200 m2 Dihitung luas lokasi yang

dibutuhkan untuk 5 orang (1

team) untuk outbound adalah 200 m2

Berkemah 5 500 m2 Dihitung luas satu tenda (5 orang) 500 m2 dan jarak antar tenda 10 m


(40)

Potensi ekologis pengunjung (K) ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Panjang dan luas area wisata Situ Cikaret (Lp) yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga.

Daya dukung kawasan disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukannya, misalnya daya dukung wisata bermain air ditentukan panjang dan luas area (Lt) yang diperuntukkan untuk sepeda air dan kondisi aimya. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan manusia (pengunjung lainnya). Untuk wisata bermain air diasumsikan setiap orang membutuhkan 625 m2.

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Kegiatan wisata dapat diperjelas lagi berdasarkan kegiatan yang dilakukan atau kegiatan yang dapat dikembangkan misalnya mengelilingi situ dengan sepeda air, memancing, duduk santai, outbound, pengambilan gambar untuk foto dan

shooting. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata kerja sekitar 8 jam (08.00 - 16.00) WIB.

Tabel 5. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan

Wp-(jam)

Total waktu 1 hari Wt-(jam)

1 Berkemah 24 24

2 Perahu 1 8

3 Memancing 4 8

4 Duduk santai 2 8

5 Outbound 8 8

6 Berenang 1 8

Sumber: Yulianda 2010 3.4.5. Analisis SWOT

Analisis yang digunakan untuk strategi pengelolaan adalah analisis SWOT yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 2008). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui atau melihat


(41)

kondisi sebuah objek wisata secara sistematik dengan membandingkan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses) dengan faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats). Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating.

Dari analisis SWOT ini akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan empat strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi tersebut adalah:

1. SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya

2. ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman

3. WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

4. WT, yaitu strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT adalah sebagai berikut :

a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Faktor Eksternal b. Penentuan Bobot Setiap Variabel

c. Penentuan Peringkat (Rating) d. Penyusunan Alternatif Strategi

e. Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi 3.4.5.1. Analisis penilaian faktor internal dan eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang (David 2006).


(42)

Hal tersebut dilakukan dengan mengevaluasi dan identifikasi terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi. Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi untuk pengelolaan kawasan wisata Situ Cikaret.

3.4.5.2. Penentuan Bobot Setiap Variabel

Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 6 dan Tabel 7). Tabel 6. Tingkat kepentingan faktor internal

Simbol Faktor kekuatan (Strength) Tingkat kepentingan

S1 Kekuatan yang sangat besar

S2 Kekuatan yang besar

S3 Kekuatan yang sedang

Sn Simbol Faktor kelemahan

(Weakness)

Tingkat Kepentingan

W1 Kelemahan yang tidak berarti

W2 Kelemahan yang kurang berarti

W3 Kelemahan yang cukup berarti

Wn

Tabel 7. Tingkat kepentingan faktor eksternal Simbol Faktor peluang

(Opportunities)

Tingkat kepentingan

O1 Peluang tinggi

O2 Peluang sangat tinggi

O3 Peluang rendah

On

Simbol Faktor ancaman (Threats) Tingkat kepentingan

T1 Ancaman sedang

T2 Ancaman besar

T3 Ancaman kecil

Tn

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut


(43)

digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 8).

Menurut David (2006) penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 yaitu :

1 : Jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal

2 : Jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3 : Jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertical 4 : Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor internal

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal dan Eksternal Faktor Strategis

Internal/Eksternal

A B C D E Total

A B C D …. Total

Sumber : Kinnear & Taylor (1991) in Nancy (2007)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan niali setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear & Taylor 1991 in Nancy 2007) :

Keterangan :

ai = bobot variabel ke-i xi = nilai variabel ke-i

i = 1, 2, 3,.….n


(44)

3.4.5.3. Penentuan peringkat (rating)

Pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat dengan skala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki objek wisata Situ Cikaret (Tabel 9).

Tabel 9. Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)

Nilai Peringkat

Matriks IFE Matriks EFE Strengths

(S)

Weakness (W) Opportunities (O) Threats (T) 1 Kekuatan yang kecil Kelemahan yang sangat berarti Peluang rendah, respon kurang Ancaman sangat besar 2 Kekuatan sedang Kelemahan yang berarti Peluang sedang, respon rata-rata Ancaman besar 3 Kekuatan yang besar Kelemahan yang kurang berarti Peluang tingggi, respon di atas rata-rata Ancaman sedang 4 Kekuatan yang sangat besar Kelemahan yang tidak berarti Peluang sangat tinggi, respon superior Ancaman sedikit

Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2.5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2.5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal lemah, sedangkan jika berada diatas 2.5 maka dinyatakan bahwa kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE jika dibawah 2.5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika diatas 2.5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David 2006). Matriks IFE dan matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11.


(45)

Tabel 10. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor strategis

internal Bobot Rating

Skor Bobot x Rating Kekuatan

1.

Kelemahan 1.

Total

Sumber: Rangkuti 2008

Tabel 11. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor strategis

eksternal Bobot Rating

Skor Bobot x Rating Peluang

1.

Ancaman 1.

Total

Sumber: Rangkuti (2008)

3.4.5.4. Penyusunan Alternatif Strategi

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 12). Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks tersebut. Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi.

Table 12. Matriks SWOT IFE EFE Kekuatan (S) Masukkan faktor-faktor kekuatan internal Kelemahan (W) Masukkan faktor-faktor kelemahan internal Peluang (O) Masukkan faktor-faktor peluang eksternal Strategi SO Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Strategi dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada


(46)

Ancaman (T) Masukkan faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman

Strategi WT Strategi yang meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2008)

3.4.5.5. Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi (Tabel 13). Jumlah skor (nilai) ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subyektif dimana strategis akan berupa usaha memaksimumkan kekuatan

(Strengths) dan kelemahan (Opportunities) serta meminimumkan ancaman

(Threats) dan kelemahan (Weakness).

Tabel 13. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT

Alternatif strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT Nilai Rangking SO1

SO2 SO3

Son WO1 WO2 WO3 Won ST1 ST2 ST3 STn WT1 WT2 WT3 WTn


(47)

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Situ Cikaret

Situ Cikaret merupakan salah satu dari 96 situ yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Secara geografis terletak pada 6o28’ LS dan 106o50’ BT sedangkan secara administrasif, Situ Cikaret berada di Jalan Raya Cikaret dan berada pada tiga desa, yaitu Desa Pekansari, Desa Tengah, dan Desa Harapan Jaya yang termasuk Kelurahan Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Kelurahan Cikaret memiliki batas wilayah meliputi Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda, Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Jaya, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kota Batu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mulyaharja (Gambar 3).

Gambar 3. Peta Kawasan Situ Cikaret Sumber : (www.google earth.com)

Berdasarkan PP No.42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air, pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai lintas provinsi dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai lintas provinsi.


(48)

Sehingga instansi pengelola yang mempunyai wewenang dalam pengelolaan sumberdaya kawasan Situ Cikaret adalah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, hal ini dikarenakan Situ Cikaret merupakan anak sungai dari sungai lintas provinsi yaitu Sungai Ciliwung. Namun, dikarenakan letak Sungai Cikaret berada di Kabupaten Bogor, maka Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yang dalam hal ini yaitu Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor yang berperan dalam operasi dan pemeliharaan Situ Cikaret terkait pemanfaatannya sebagai sarana irigasi. Sedangkan untuk pemanfaatan yang telah ada saat ini terkait dengan objek wisata di Situ Cikaret dilakukan oleh masyarakat setempat, seperti pemeliharaan fasilitas hiburan dan pengadaan warung makan. Untuk pengadaan sarana kebersihan, taman Situ Cikaret, papan informasi, dan gazebo atau tempat duduk santai dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor.

Situ Cikaret terletak pada ketinggian 125 m dari permukaan laut dengan topografi berbentuk cekungan, serta memiliki kemiringan lahan 8%-25%. Jenis tanah yang terdapat di Situ Cikaret dan sekitarnya adalah tanah latosol. Pada perairan ini terdapat banyak teluk-teluk yang ditutupi oleh tumbuhan air. Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson, wilayah Kecamatan Cibinong termasuk tipe iklim A yang bersifat basah. Arah angin, sebagian besar berasal dari selatan dengan kecepatan 4-6 m per detik. Temperatur rata-rata antara 25.30-26.30 C dengan kelembaban udara antara 67.90%-85.68% (Bappeda 1994). Situ Cikaret mendapatkan pasokan air dari Sungai Playangan dan Sungai Kebantenan. Sedangkan outlet Situ Cikaret adalah Sungai Tambakan dan Sungai Cikaret.

4.1.1. Sumber air dan manfaatnya

Situ Cikaret mulai berfungsi pada tahun 1906, sumber air Situ Cikaret berasal dari mata air yang berada di dasar situ, air hujan, dua buah inlet yang berasal dari dua sungai yaitu Sungai Playangan dari arah timur dan Sungai Kebantenan dari arah selatan yang merupakan kawasan pemukiman, lahan persawahan penduduk yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi situ karena akan membawa lumpur dan beberapa jenis gulma air yang tertampung di situ sehingga lama-kelamaan akan


(49)

terjadi sedimentasi atau pengendapan lumpur, kemudian akan terbentuk daratan yang tidak stabil dan berpotensi menimbulkan penyuburan berlebih (eutrofikasi). Sebagian besar perairan situ yang berada di Desa Pekansari dan Desa Tengah telah berubah menjadi persawahan atau kolam ikan. Sebagian lagi telah ditimbun dalam rangka pengembangan Desa Tengah menjadi Ibu Kota Kabupaten Bogor. Perairan situ yang masih terbuka adalah bagian hilir dekat bendungan di Desa Harapan Jaya.

Situ Cikaret dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan perikanan (budidaya dan penangkapan), pertanian sebagai sarana pengairan sawah seluas 300 ha di daerah hilir, pengendali banjir, kawasan berdagang, pariwisata, sarana latihan olahraga air, tempat latihan TNI, dan latihan tim SAR. Bentuk pemanfaatan kegiatan perikanannya yaitu sebagai lahan usaha perikanan berupa perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk perikanan tangkap peralatan yang dipergunakan adalah alat statis berupa jaring insang dan pancing rawai, sedangkan untuk perikanan budidaya yaitu dengan membangun kolam-kolam dan patok-patok sebagai rumah ikan di tepian situ.

4.2. Sarana dan Prasarana yang telah ada di Kawasan Situ Cikaret

Sarana dan prasarana umum yang terdapat dikawasan Situ Cikaret ini sudah cukup banyak namun belum termanfaatkan dengan optimal terutama sarana kebersihan lingkungan seperti bak pengolahan limbah, tong sampah dan kebersihan Situ Cikaret itu sendiri. Sarana dan prasarana yang sudah dimiliki antara lain warung makan, jalan setapak, mushala, gazebo atau sarana duduk santai, fasilitas bermain, tong sampah, taman situ cikaret dan papan informasi (Lampiran 1).

4.3. Sumberdaya Kawasan Situ Cikaret

Sumberdaya adalah unsur-unsur yang terdapat dalam suatu ekosistem, dan merupakan unsur yang sangat penting untuk dikaji dalam membuat suatu rencana pengelolaan kawasan ekosistem. Kajian sumberdaya perairan Situ Cikaret ini meliputi sumberdaya hayati, sumberdaya air, sumberdaya morfometri dan habitat, sumberdaya visual (bentang alam) dan sumberdaya manusia.


(50)

4.3.1. Sumberdaya Hayati 4.3.1.1. Fitoplankton

Fitoplankton merupakan salah satu sumberdaya hayati yang sangat penting keberadaannya dalam suatu perairan karena merupakan produsen primer dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan. Kelimpahan fitoplankton paling tinggi terdapat pada stasiun 5 yaitu sebanyak 107006 individu/l dan secara keseluruhan perairan Situ Cikaret didominasi oleh Botryococcus dari kelas Chlorophyceae. Kisaran kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 sampai stasiun 5 di perairan Situ Cikaret berturut-turut adalah 126-2202 ind/l, 692-35291 ind/l, 126-75490 ind/l, 377-14154 ind/l, dan 126-87065 ind/l (Tabel 14). Di perairan Situ Cikaret dijumpai lima kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (3 genus), Chlorophyceae (6 genus) dan Cyanophyceae (1 genus) dan Chrysophyceae (1 genus) dan Euglenoaphyceae (3 genus). Perairan Situ Cikaret termasuk perairan yang eutrofik sesuai pernyataan Wetzel (1975), bahwa danau eutrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton didominasi oleh kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae dan Bacillariophyceae. Sedangkan pada danau oligotrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton yang didominasi oleh kelas Cyrisophyceae, Cryptophyceae, Dinophyceae dan Bacillariophyceae.


(51)

Tabel 14. Kelimpahan fitoplankton di perairan Situ Cikaret

No Genus

Kelimpahan plankton (ind/l)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Bacillariophyceae

1 Nitzchia 126 1321 377 1573 377

2 Melosira 0 944 12456 1195 11953

3 Tabellaria 0 0 0 377 0

Chlorophyceae

1 Actinastrum hantzchii 2202 1761 881 2453 2705

2 Coelastrum 0 6668 0 4907 0

3 Closterium 0 0 2202 692 2139

4 Mougeotia 1636 692 440 1007 0

5 Scenedesmus 315 0 126 252 377

6 Botryococcus 1573 35291 75490 14154 87065

Cyanophyceae

1 Oscillatoria 0 8555 7172 0 1258

Chrysophyceae

1 Synura 440 2013 0 0 377

Euglenophyceae

1 Euglena 440 0 0 337 126

2 Phacus 503 1258 503 503 629

3 Trachelomonas 440 0 0 0 0

Total 7675 58503 99647 27450 107006

4.3.1.2. Zooplankton

Zooplankton memiliki peran penting dalam suatu ekosistem karena menjadi konsumen tingkat satu dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan. Jumlah kelas dan genus zooplankton yang dijumpai di Situ Cikaret relatif sedikit, yaitu terdiri atas tiga kelas (6 genus) dengan kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 4 yaitu 2768 ind/l. Kisaran kelimpahan zooplankton pada stasiun 1 sampai stasiun 5 di perairan Situ Cikaret berturut-turut adalah 377-944 ind/l, 126-944 ind/l, 189-629 ind/l, 126-944 ind/l, dan 189-944 ind/l. (Tabel 15). Kelimpahan zooplankton secara umum berkisar antara 126-994 ind/l dan didominasi oleh genus

Cephalodella (kelas Rotifera). Ketersediaan zooplakton di perairan diharapkan


(1)

14.Menurut anda sarana apa yang harus dilengkapi dalam pengembangan kawasan Situ Cikaret bagi kegiatan wisata? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Air bersih e. Penginapan

b. Kios makanan dan minuman f. Perbaikan jalan

c. Tempat sampah g. Tempat parkir

d. WC umum h. Lainnya………

15.Menurut anda bentuk kegiatan wisata apa yang dapat dikembangkan di Situ Cikaret?

a. Berperahu e. Outbond

b. Memancing f.Lainnya………...

c. Berkemah

d. Duduk-duduk santai

16.Persepsi wisatawan :

No Aspek penilaian/Parameter

Kriteria/ Persepsi

Baik Cukup Kurang Tidak Tahu

1 Aksesibilitas

2 Pelayanan oleh pengelola

3 Keamanan area

4 Kenyamanan dalam kawasan

5 Kebersihan lingkungan

6 Keutuhan dan keaslian lingkungan

7 Keindahan Situ Cikaret

8 Fasilitas :

Tempat sampah

Air bersih

WC umum

Tempat ibadah

Kios makanan dan minuman

Tempat bermain


(2)

KUISIONER UNTUK MASYARAKAT SEKITAR SITU CIKARET

A. Data Umum

Nama : ………

Jenis Kelamin : laki-laki Perempuan

Umur : ……. Tahun

Asal : ……….

Pendidikan : SD SLTP SLTA D3 S1 …. Pekerjaan : ………..

Pendapatan per bulan : < 500 ribu > 2 juta

500 ribu – 1 juta ………..

1 juta – 2 juta

Status dalam keluarga : Suami Istri anak

Jumlah Tanggungan : ……...orang

B. Persepsi Masyarakat

1. Apakah anda tahu tentang Situ Cikaret ?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah sebelumnya anda pernah berkunjung ke Situ Cikaret?

a. Pernah b. Tidak pernah

(Jika pernah) bagaimana keindahan Situ Cikaret menurut anda?

a. Sangat indah c. Kurang Indah

b. Cukup indah d. Biasa saja

Alasannya:……… 3. Bagaimana pendapat anda terhadap kelestarian Situ Cikaret?

a. Baik, karena……….

b. Tidak baik, karena………..

4. Menurut anda apakan Situ Cikaret menarik untuk dijadikan objek wisata?


(3)

5. Menurut anda bagaimana potensi Situ Cikaret untuk wisata? 1. Keindahan alam Situ :

a. Kurang indah (tidak ada panorama)

b. Cukup indah (panorama cukup indah)

c. Indah (panorama indah, Situ bersih)

d. Sangat indah (panorama indah, lingkungan bersih, air jernih)

e. Tidak Tahu

2. Kondisi air Situ :

a. Kurang (sangat keruh)

b. Cukup (keruh)

c. Baik (tidak terlihat sampai dasar) d. Sangat baik (terlihat sampai dasar) e. Tidak tahu

3. Kenyamanan Situ untuk kegiatan wisata (kelapangan, ketentraman, keamanan) :

a. Kurang nyaman d. Sangat nyaman

b. Cukup nyaman e. Tidak Tahu

c. Nyaman

6. Menurut anda apa yang perlu dibenahi di Situ Cikaret supaya dapat dikembangkan

untuk wisata?

a. ………

b. ………

c. ………

7. Apakah anda mengetahui tentang wisata?

a. Ya b. Tidak

8. Bagaimana persepsi anda mengenai potensi wisata di Situ Cikaret ?

a. Kurang d. Sangat baik

b. Cukup e. Tidak tahu

c. Baik

Alasanya :………. 9. Potensi apa saja yang bisa dikembangkan untuk wisata di kawasan Situ Cikaret?

a. Air d. Tumbuhan

b. Ikan e. Lainnya………

c. Pemandangan

10.Apakah anda merasa nyaman apabila kawasan Situ Cikaret dikunjungi oleh

wisatawan dari luar ?

a. Nyaman c. Kurang nyaman

b. Biasa saja d. Tidak nyaman

11.Menurut anda apakah pengaruh atau dampak positif dari pengembangan kawasan Situ

Cikaret untuk kegiatan wisata?

a. ………..

b. ………..


(4)

12.Menurut anda apakah pengaruh atau dampak negatif dari pengembangan kawasan Situ Cikaret untuk kegiatan wisata?

a. ………..

b. ………..

c. ……….

13.Kegiatan apa saja yang pernah anda lakukan di Situ Cikaret?

……… 14.Alasan melakukan kegiatan pemanfaatan :

……… ………

15.Apa harapan anda jika dilakukannya pengembangan kawasan untuk kegiatan wisata?

a. ………..

b. ………..

c. ………..

16.Apakah menurut anda sudah ada pengelolaan untuk kawasan Situ Cikaret?

a. Sudah, karena……….

b. Belum, karena……….

17.Apakah anda setuju jika dilakukan pembangunan di sekitar kawasan Situ guna

peningkatan sarana dan prasarana wisata di kawasan tersebut?

a. Ya b. Tidak

Alasan:……… ……… 18.Menurut anda bentuk kegiatan wisata apa yang dapat dikembangkan di Situ Cikaret?

a. Berperahu e. Outbond

b. Memancing f. Lainnya………...

c. Berkemah

d. Duduk-duduk santai

19.Harapan apabila Situ Cikaret dijadikan kawasan wisata :

a. ………..

b. ………..

c. ………..

C. Isu dan Permasalahan

1. Menurut anada apa saja permasalahan yang ada pada kondisi lingkungan dan

sumberdaya Situ Cikaret?

a. ………..

b. ………..

c. ………..

2. Apakah ada kegiatan pemananfaatan sumberdaya Situ Cikaret?

a. Ya c. Tidak tahu

b. Tidak


(5)

3. Apakah kegiatan tersebut menggangu terhadap keseimbangan kawasan Situ Cikaret?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, sebutkan jenis gangguan yang ditimbulkan :

……….. ...………

4. Menurut anda bagaimana kondisi air Situ terhadap perubahan cuaca (musim

panas/musim hujan)?

a. Tidak berpengaruh c. Sangat berpengaruh

b. Cukup berpengaruh d. Tidak Tahu

5. Apakah pengunjung peduli terhadap kelestarian Situ Situ?

a. Ya b. Tidak

Alasannya:……… ………...

6. Jika anda pernah melewati Situ Cikaret, dimanakah anda buang sampah?

a. Tongsampah c. Lainnya,………

b. Sembarang tempat

7. Apakah anda setuju Situ sebagai tempat pembuangan (sampah, limbah kantin, limbah

pabrik, dsb)?

a. Setuju c. Sangat tidak setuju

b. Tidak Setuju Alasan :

……… ………

8. Bagaimana sistem pembuangan limbah dan dampak apa saja yang sudah ditimbulkan?

……… ……… ……… 9. Menurut anda, apakah fungsi penting dari Situ Cikaret?

……… ……… ………

10.Apa harapan anda jika dilakukan pengembangan bagi kawasan Situ Cikaret sebagai

tempat wisata?

……… ……… ………


(6)

KUISIONER UNTUK RESPONDEN NELAYAN/PEMANCING

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Asal :

Pendidikan :

1. Menurut anda bagaimana potensi sumberdaya ikan di Situ Cikaret? a. Sedikit b. Banyak c. Sangat banyak

2. Alasan melakukan aktivitas memancing ?

………... ... 3. Alat tangkap yang digunakan ?

………... ... 4. Jenis ikan apa saja yang didapat?

………... ... ... ...………

5. Menurut anda bagaimana kondisi sumberdaya ikan di Situ Cikaret saat ini

dibandingkan dengan lima tahun terakhir? a. Berkurang b. Meningkat c. Biasa saja