Kepadatan dan Biomassa Ikan Karang

Pada penelitian ini, transek berupa pita berskala roll meter dengan panjang 0-100 m diletakkan pada hamparan terumbu karang. Pada saat proses peletakan pita berskala, penyelam sebisa mungkin meletakkan pita berskala dengan mengikuti kontur kedalaman. Perpotongan masing-masing individu kategori bentuk tumbuh terumbu karang dijumlahkan dan dinyatakan sebagai fraksi dari panjang total transek persentase tutupan. Pengamatan dilakukan dengan mencatat bentuk pertumbuhan karang dan substrat yang berada di bawah garis transek dengan ketelitian dalam ukuran sentimeter. Bentuk pertumbuhan karang hidup dikategorikan menurut kategori pertumbuhan berdasarkan penjelasan English et al. 1994, yaitu: Acropora Branching ACB, Acropora Encrusting ACE, Acropora Submassive ACS, Acropora Digitate ACD, Acropora Tabulate ACT, Coral Branching CB, Coral Encrusting CE, Coral Foliose CF, Coral Massive CM, Coral Submassive CS, Mushroom CMR, Milepora CME, Heliopora CHL, Soft Coral SC, Sponges SP, Zoanthids ZO, Others OT, Dead Coral with Algae DCA, Sand S, Rubble R.

3.2.4 Kepadatan dan Biomassa Ikan Karang

Pengambilan data ikan karang menggunakan metode sensus visual bawah air dengan melakukan pencatatan ikan yang nampak di dalam daerah transek. Posisi transek ini sama dengan posisi garis transek pada pengamatan tutupan terumbu karang. Ikan karang yang diambil datanya untuk dicatat adalah ikan-ikan Gambar 2 Sketsa metode pengambilan data persentase tutupan karang dan ikan karang yang berada di wilayah transek pada saat pengambilan data dilakukan. Ikan-ikan yang ditemui dicatat serta diperkirakan panjangnya dan dimasukkan ke dalam selang kelas panjang ikan dengan panjang kelas 5 cm. Sensus dilakukan dengan radius pandang 2,5 m di sebelah kiri dan 2,5 m di sebelah kanan garis transek yang telah letakkan 3 buah dari 0-20 m, 25-45 m, dan 50-70 m. Jenis dan kepadatan individu ikan karang diamati pada setiap transek. Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada buku petunjuk bergambar Allen 2000 dan Kuiter 1992. Metode visual sensus ikan bawah air, telah banyak digunakan untuk memperkirakan ukuran populasi ikan di terumbu karang Russell 1977, tetapi perkiraan tersebut, dipengaruhi oleh bias. Bias utama yang dapat mempengaruhi sensus visual ikan adalah perbedaan penglihatan antara penyelam yang berbeda, jarak pandangvisibilitas bawah air, tingkah laku ikan dan keragaman habitat. Bias ini terutama akan mempengaruhi estimasi kepadatan ikan dan ukuran ikan karena pergerakan dari hewan-hewan ini, tetapi seharusnya tidak sangat mempengaruhi estimasi tanaman dan kepadatan invertebrata yang bergerak lambat termasuk kerang, lobster karang dan landak laut Barrett Buxton 2002. Watson et al. 2003 menyatakan bahwa sebagai suatu ukuran relatif dari kelimpahan ikan, metode visual sensus ikan, bias bisa diabaikan jika bias tetap konstan. Jika bias tidak tetap konstan, bagaimanapun, perkiraan visual tidak akan konsisten. Metode ini tetap digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, terutama karena tidak merusak dan relatif cepat dalam pelaksanaannya. Potensi masalah bias perlu dievaluasi. Hal ini terutama relevan jika metode visual sensus bawah air digunakan untuk tujuan dalam penilaian stok. Graham et al. 2004 menyatakan bahwa bias yang terjadi pada saat penyelam melakukan estimasi panjang ikan rata-rata 7 lebih besar dari ukuran panjang ikan sebenarnya. Penyelam memiliki kecenderungan untuk membuat estimasi panjang yang akurat bila ikan yang diamati berjarak 300 mm dari penyelam. Untuk ikan yang berukuran 175 mm, bias yang terjadi sebesar 20 dan untuk ikan yang berukuran panjang 400 mm, bias yang terjadi sekitar 10. Perbedaan bias ini terjadi bergantung kepada spesies ikan, lokasi dan kedalaman. Presisi dari estimasi panjang, yang mengindikasikan standar deviasi, juga bervariasi sejalan dengan ukuran ikan, dengan nilai berkisar antara 13 untuk ikan dengan ukuran panjang 200 mm sampai 8 untuk ikan dengan ukuran panjang 400 mm.

3.3 Analisa Data