tidak adanya titik koordinat pada hasil survey tahun 2003 dan tanda pada lokasi pengambilan data, sehingga adanya kemungkinan perbedaan penyimpangan titik
lokasi pengambilan data, namun dari kedua data tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kondisi terumbu karang di kawasan tersebut. Berdasarkan
kedua data tersebut kondisi persentase tutupan karang pada tahun 2003 dan 2010, kondisi persentase tutupan karang di Pulau Biawak dan Pulau Candikian
mengalami penurunan. Persentase tutupan karang hidup untuk Pulau Biawak dan Pulau Candikian mengalami kisaran penurunan sebesar 7-30. Penurunan ini bisa
terjadi, diduga dikarenakan cara penangkapan ikan yang merusak seperti bom dan penggunaan racun, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dalam
hal ini: pengoperasian trawl, bubu, dan jaring di daerah sekitar terumbu karang, aktivitas labuh jangkar kapal serta terjadinya pencemaran yang bersumber dari
kebocoran minyak bumi yang menurut nelayan dan aktivis lingkungan setempat terjadi sampai tiga kali semenjak 2005.
Hal sebaliknya terjadi di lokasi Pulau Gosong, dimana terjadi kenaikan untuk persentase tutupan karang hidup. Hal ini diduga terkait dengan penghentian
kegiatan penambangan pasir yang telah membawa dampak yang positif bagi ekosistem terumbu karang di Pulau Gosong. Penambangan pasir dilakukan oleh
Pertamina Balongan untuk penimbunan wilayah pantai di kawasan industri pada awal tahun 1990-an. Kegiatan penambangan pasir menyebabkan sedimentasi serta
meningkatkan kekeruhan perairan sehingga mengurangi penetrasi cahaya ke dasar perairan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekosistem terumbu karang.
4.3.2 Kekayaan Genus dan Kelimpahan Karang Keras
Pada pengamatan ini, diperoleh 41 genus yang tergolong dalam 13 famili karang keras. Semua famili termasuk ke dalam karang Scleractinia kecuali
Milleporidae. Favidae dan Agariciidae merupakan famili yang memiliki genus terbesar masing-masing 9 dan 5 genus Tabel 6, namun banyaknya jumlah genus
tidak diikuti oleh kelimpahan. Kelimpahan tertinggi justru berasal dari famili Poritidae dan Acroporidae.
Tabel 6 Jumlah genus tiap famili hasil pengamatan di Pulau Biawak dan sekitarnya
No. Famili Jumlah
Genus yang ditemukan
Total Jumlah
Genus Ciri-ciri
Suharsono 2008.
1 Acroporidae 4
4
Acropora, Anacropora dan Montipora mempunyai ciri yang hampir sama yaitu koralit
kecil, tanpa kolumella, septa sederhana dan tidak mempunyai struktur tertentu dan koralit dibentuk
secara ekstatentakuler. Astreopora agak berbeda yaitu ukuran koralit
lebih besar, septa berkembang dengan baik dengan kolumella yang sederhana.
2 Agariciidae 5
5
merupakan koloni massive, lembaran atau berbentuk daun, koralit rata atau tenggelam
dengan dinding yang tidak berkembang, Septokosta berkembang dan sering merupakan
kelanjutan dari koralit di sebelahnya.
3 Astrocoeniidae 1
3
Merupakan koloni bercabang atau submassive, ditutupi bintil-bintil verrucosae, koralit hampir
tenggelam, kecil, kolumella berkembang dengan baik, serta dua tingkat dan sering bergabung
dengan kolumella, diantara koralit dipenuhi duri- duri kecil.
4 Caryophyliidae 3
6
Bentuk koloni paceloid, meandroid atau flabelo meandroid, koloni mempunyai septa dengan
jarak yang cukup jauh satu dengan yang lain dengan permukaan halus tanpa ornament.
Dinding koralit mempunyai struktur yang semacam.
5 Dendrophylliidae 1
4
Karang ini hidup soliter atau membentuk koloni. Koralit porus atau sebagian besar terdiri dari
konesteum, septa bersatu dengan pola tertentu. Famili ini merupakan karang ahermatipik.
6 Faviidae 9
17
Hampir seluruh koloni berbentuk massive. Septa, pali, kolumela, dinding koralit jika ada akan
membentuk struktur yang seragam untuk masing- masing genus. Septa sederhana dengan gigi yang
seragam, kolumela strukturnya hampir sama dalam satu genus. Dinding hampir semuanya
terbentuk dari perubahan septa yang saling berhubungan.
7 Fungiidae 4
12
Hidup soliter atau membentuk koloni, bebas atau melekat pada substrat, semua mempunyai septa
pada permukaannya yang membentuk lajur secara radial dari mulut yang terletak ditengah.
8 Merulinidae 2
3
koloni massive, merayap atau lembaran. Adanya alur-alur saling bersatu, begitu juga struktur
koralit.
9 Mussidae 3
6
Famili ini ada yang soliter tetapi ada juga yang membentuk koloni. Koralit dengan alur yang
lebar dan bukit yang besar. Septa dengan gigi yang besar ada yang tajam dan ada yang tumpul.
Kolumella dan dinding berkembang sangat baik.
10 Oculinidae 1
1
Koloni submassive atau bercabang. Koralit tebal dan antar koralit satu dengan yang lain
dihubungkan dengan konesteum yang halus. Sepat berkembang dengan baik dan mempunyai
bentuk yang khas biasanya runcing dan tajam.
11 Pocilloporidae 2
3
Merupakan koloni bercabang atau submassive, ditutupi bintil-bintil verrucosae, koralit hampir
tenggelam, kecil, kolumella berkembang dengan baik, serta dua tingkat dan sering bergabung
dengan kolumella, diantara koralit dipenuhi duri- duri kecil.
12 Poritidae 3
3
Merupakan kolonia massive dengan ukuran dari kecil sampai beberapa meter, ada beberapa yang
berupa lembaran terutama untuk jenis Porites. Koralit dengan ukuran yang bervariasi, tanpa
konesteum. Dinding koralit dan septa porus. Septa mempunyai karakteristik dengan adanya
penggabungan dan masing-masing genus membentuk struktur yang khas.
13 Siderastreidae 2
3
Koloni berbentuk massive dengan koralit rata atau tenggelam. Dinding koralit tidak
berkembang dengan baik. Dinding yang terlihat sebenarnya merupakan septokosta yang biasa
bertemu sepanjang pinggiran dinding. Permukaan selau bergranula.
Jenis-jenis karang keras yang ditemukan di Pulau Biawak dan sekitarnya merupakan tipikal jenis Indo-Pasifik. Karang memiliki variasi bentuk
pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari,
hydrodinamis gelombang dan arus, ketersediaan bahan makanan, sedimen,
subareal exposure dan faktor genetik. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya
karang batu terbagi atas karang Acropora dan non-Acropora English et al. 1997. Perbedaan Acropora dengan non Acropora terletak pada struktur skeletonnya.
Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan non Acropora hanya memiliki radial koralit.
Kelimpahan karang keras bervariasi di setiap lokasi pengamatan, pengamatan di kelima stasiun terhadap persentase tutupan karang keras dan
kelimpahan genus jenis karang keras di Pulau Biawak dan sekitarnya diperoleh: a. Bagian barat Pulau Biawak
Untuk kedalaman 3 m, kategori bentuk pertumbuhan karang encrusting dan masivve memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan kategori bentuk
pertumbuhan karang lainnya. Bentuk pertumbuhan encrusting merupakan bentuk pertumbuhan yang tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang
kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil, banyak terdapat pada lokasi yang terbuka dan berbatu-batu, terutama mendominasi sepanjang tepi lereng terumbu,
bersifat memberikan tempat berlindung untuk hewan-hewan kecil yang sebagian tubuhnya tertutup cangkang, sedangkan bentuk massive memiliki bentuk padat,
dengan ukuran bervariasi serta beberapa bentuk seperti bongkahan batu. Permukaan karang ini halus dan padat, biasanya ditemukan di sepanjang tepi
terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu English et al. 1997 Untuk kedalaman 10 m, kategori bentuk pertumbuhan karang berbentuk
foliose memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan kategori bentuk
pertumbuhan karang lainnya. Bentuk lembaran foliose, merupakan bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan
membentuk lipatan atau melingkar, terutama pada lereng terumbu dan daerah- Gambar 3 Persentase tutupan karang hidup berdasarkan kategori bentuk
pertumbuhan karang di bagian barat Pulau Biawak.
daerah yang terlindung, bersifat memberikan perlindungan bagi ikan dan hewan lain English et al. 1997.
Pada kedalaman 3 m, Porites sp. dan Acropora sp. merupakan genus karang dengan jumlah yang banyak ditemukan dibandingkan yang lainnya.
Suharsono 1996 menyebutkan bahwa beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Porites: bentuk koloni ada yang flat foliaceous atau encrusting,
masif atau bercabang; Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat. Koloni masif yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau dome-shaped,
dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m; Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam terbenam pada badan koloni dengan lebar Calice kurang dari 2 mm;
Tentakel umumnya keluar pada malam hari. Hudson et al. 1982; Supriharyono 1987 1986 in Supriharyono 2004 menjelaskan bahwa Porites lutea
merupakan salah satu karang yang umum ditemukan di Indonesia dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap sedimentasi dan perairan yang keruh.
Sedangkan genus Acropora memiliki jumlah spesies terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada
perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun
sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Karakteristik bentuk rangka kapur genus Acropora antara lain ialah: Koloni biasanya
bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif; Koralit dua tipe, axial dan Gambar 4 Jumlah individu masing-masing genus di bagian barat Pulau Biawak.
radial; Septa umumnya mempunyai dua lingkaran; Columella tidak ada; Dinding koralit dan coenosteum rapuh; Tentakel umumnya keluar pada malam hari
Suharsono 1996. Pada kedalaman 10 m, Turbinaria sp. merupakan jumlah genus yang
tebanyak ditemukan. Turbinaria merupakan koloni berbentuk lembaran atau daun. Umum dijumpai ditempat yang agak dalam di lereng terumbu Suharsono 2004.
b. Bagian selatan Pulau Biawak
Pada lokasi bagian selatan Pulau Biawak pada kedalaman 3 m, persentase kategori bentuk pertumbuhan karang massive dan acropora branching
mempunyai persentase tutupan yang lebih besar dibandingkan dengan kategori bentuk pertumbuhan lainnya, sedangkan pada kedalaman 10 m bentuk
pertumbuhan karang massive mempunyai persentase tutupan karang hidup lebih besar bila dibandingkan bentuk pertumbuhan karang lainnya.
Gambar 5 Persentase tutupan karang hidup berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan karang di bagian selatan Pulau Biawak.
Porites sp. dan Acropora sp. merupakan genus karang yang ditemukan
dengan jumlah terbanyak ditemukan di lokasi bagian selatan Pulau Biawak pada kedalaman 3 m. Pada kedalaman 10 m, karang massive ditemukan banyak
terdapat di lokasi ini, Porites dan Diploastrea merupakan genus karang yang mempunyai bentuk pertumbuhan massive, biasa ditemukan di daerah rataan
terumbu sampai dengan daerah tubir. c. Bagian utara Pulau Biawak
Pada kedalaman 3 m, bentuk pertumbuhan karang massive dan acropora tabulate
mempunyai persentase tutupan karang hidup lebih besar bila dibandingkan bentuk pertumbuhan karang lainnya, sedangkan pada kedalaman 10
Gambar 7 Persentase tutupan karang hidup berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan karang di
bagian utara Pulau Biawak. Gambar 6 Jumlah individu masing-masing genus di bagian selatan Pulau Biawak.
m, pada lokasi ini, bentuk pertumbuhan karang massive mempunyai persentase tutupan karang hidup lebih besar bila dibandingkan bentuk pertumbuhan karang
lainnya.
Acropora merupakan genus karang yang ditemukan dengan jumlah
terbanyak ditemukan di lokasi bagian selatan Pulau Biawak pada kedalaman 3 m. Karang jenis Acropora biasanya terdapat pada perairan yang relatif tenang. Pada
kedalaman 10 m, Acropora dan Fungia banyak ditemukan. Fungia merupakan karang yang biasanya hidup soliter, bentuk bulat sampai oval, umumnya
berbentuk massive. Sebaran di seluruh Indonesia pada kedalaman satu sampai 20 m. Biasa ditemukan di daerah tubir dan lereng terumbu. Banyaknya jumlah
Acropora di lokasi ini dapat mengindikasikan bahwa lokasi ini relatif lebih cerah dengan tingkat sedimentasi yang relatif lebih kecil.
Gambar 8 Jumlah individu masing-masing genus di bagian utara Pulau Biawak.
d. Pulau Candikian
Pada kedalaman 3 m, bentuk pertumbuhan karang massive mempunyai persentase tutupan karang hidup lebih besar bila dibandingkan bentuk
pertumbuhan karang lainnya, sedangkan pada kedalaman 10 m, bentuk pertumbuhan karang massive, foliose dan submassive merupakan bentuk
pertumbuhan karang yang banyak dijumpai pada kedalaman ini.
Pada kedalaman 3 m, karang massive ditemukan banyak terdapat di lokasi ini, Porites dan Diploastrea merupakan genus karang yang mempunyai bentuk
pertumbuhan massive, biasa ditemukan di daerah rataan terumbu sampai dengan daerah tubir. Porites merupakan genus karang yang ditemukan dengan jumlah
Gambar 9 Persentase tutupan karang hidup berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan karang di Pulau Candikian.
Gambar 10 Jumlah individu masing-masing genus di Pulau Candikian.
terbanyak ditemukan. Hudson et al, 1982; Supriharyono, 1986,1987 in Supriharyono 2004 menjelaskan bahwa Porites lutea merupakan salah satu karang
yang umum ditemukan di Indonesia dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap sedimentasi dan perairan yang keruh. Pada kedalaman 10 m, Porites sp. juga
memiliki jumlah yang terbanyak dibandingkan genus yang lainnya di lokasi ini. e. Pulau Gosong
Pada lokasi ini, kategori bentuk pertumbuhan karang yang terdapat pada kedalaman 3 dan 10 m relatif sama. Karang branching, foliose, dan encrusting,
karang massive dan submassive mempunyai persentase tutupan karang hidup relatif sama banyak bila dibandingkan bentuk pertumbuhan karang acropora
branching . Kategori bentuk pertumbuhan non-Acropora yang mendominasi
biasanya terdapat pada perairan yang relatif keruh dan tingkat sedimentasi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan aktivitas terdahulu yang terdapat di Pulau Gosong,
dimana daerah tersebut merupakan bekas penambangan pasir laut. Penambangan tersebut menyebabkan kekeruhan dan sedimentasi perairan sehingga untuk karang
dengan bentuk pertumbuhan acropora branching tidak dapat tumbuh secara optimal.
Gambar 11 Persentase tutupan karang hidup berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan karang di Pulau Gosong.
Porites sp. dan Pocillopora sp. merupakan genus karang dengan jumlah
individu terbanyak ditemukan di lokasi ini. Pocillopora merupakan koloni karang yang bentuknya bercabang dan submassive. Mudah dijumpai pada perairan yang
relatif berarus dan berombak. Porites merupakan salah satu karang yang umum ditemukan di Indonesia dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap sedimentasi
dan perairan yang keruh serta arus yang kuat. Secara umum, kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya lebih banyak
dijumpai koloni karang non acropora dibandingkan dengan acropora, dimana bentuk massive persentasenya lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Jenis
karang yang dominan di suatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat tempat karang itu hidup. Pada suatu habitat, jenis karang yang hidup dapat
didominasi oleh suatu jenis karang tertentu. Pada daerah rataan terumbu biasanya didominasi karang-karang kecil yang umumnya berbentuk masif dan submasif.
Lereng terumbu biasanya ditumbuhi oleh karang-karang bercabang. Karang masif lebih banyak tumbuh di terumbu terluar dengan perairan berarus. Karakteristik
kondisi perairan di Pulau Biawak dan sekitarnya yang relatif berarus dengan beberapa bagian yang terlindung serta tingkat sedimentasi yang tinggi
memberikan pengaruh terhadap sebaran terumbu karang di daerah tersebut. Morton 1990 menyatakan bahwa pola penyebaran biota karang di
kawasan Indo-Pasifik secara umum hampir sama. Pada daerah dimana energi gelombang paling besar diterima oleh terumbu dan kondisi turbulen besar,
Gambar 12 Jumlah individu masing-masing genus di Pulau Gosong.
didominasi oleh Pocillopora spp yang berasosiasi dengan karang api Millepora sp.. Pada lereng terumbu paling luar dimana pergerakan airnya kecil, kecepatan
arus dan kekuatan gelombang berkurang didominasi oleh Acropora spp. Dengan beberapa Pocillopora dan Millepora sebagai selingan. Bentuk utama Acropora
yang mendominasi daerah ini adalah bentuk tabulate meja dan branching bercabang. Pada daerah rataan terumbu, daerah antara tenang, Porites sp.
merupakan jenis karang yang paling banyak terdapat dan biasanya berasosiasi dengan Pavona sp. atau Acropora sp. bila terdapat pergerakan air. Sejalan dengan
itu, Stoddart 1971 menyatakan bahwa komunitas Acropora banyak terdapat di terumbu yang menghadap angin windward reef dan komunitas Porites banyak
terdapat di terumbu yang terlindung dan di selat.
4.4 Komunitas Ikan Karang di Pulau Biawak dan Sekitarnya