1999. Pengelolaan kawasan konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya adalah suatu keharusan, terutama perlindungan terhadap ekosistemnya, apabila mau
dikembangakan sebagai kawasan ekowisata.
5.2 Komunitas Ikan Karang di Kawasan Konservasi Pulau Biawak dan
Sekitarnya
Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung biota laut, termasuk bagi beragam jenis
ikan karang yang berasosiasi dengannya. Keanekaragaman biologi yang tinggi pada ekosistem ini tercermin dari beragamnya jenis hewan karang dan ikan karang
yang ada. Ikan merupakan organisme dengan jumlah yang terbanyak dan juga merupakan organisme besar yang mencolok serta dapat ditemui di sebuah
terumbu karang Nybakken 1997. Keanekaragaman dan kekayaan jenis dari kumpulan ikan karang adalah
dihubungkan dengan banyak variabel karang seperti kompleksitas bangunan architectural atau tutupan karang bercabang, keanekaragaman, kekayaan jenis,
kelimpahan, ukuran koloni, tutupan karang hidup, tutupan karang padat dan tutupan karang pipih merayap Chabanet et al. 1997. Komunitas ikan merupakan
salah satu komponen utama dalam ekosistem terumbu karang karena didapatkan dalam jumlah terbanyak dan mencolok. Karena jumlahnya yang besar dan
mengisi seluruh daerah di terumbu, maka terlihat dengan jelas bahwa mereka merupakan penyokong hubungan yang ada di dalam ekosistem terumbu
Nybakken 1997. Hampir seluruh ikan yang hidup di terumbu karang mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap ekosistem karang, baik dalam hal
perlindungan maupun makanan. Oleh karenanya jumlah individu, jumlah spesies dan komposisi jenisnya dipengaruhi oleh kondisi setempat. Sejumlah penelitian
telah membuktikan bahwa kepadatan ikan lebih besar di kawasan lindung Alcala 1988, Russ Alcala 1989, Alcala Russ 1990, Polunin Robert 1993, Watson
Ormond 1994. Komunitas ikan karang di Kawasan Konservasi Pulau Biawak dan
sekitarnya memiliki tingkat keragaman yang berkisar antara sedang sampai dengan rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa komunitas ikan karang di Pulau
Biawak dan sekitarnya cukup rentan terhadap perubahan lingkungan.
Komunitas ikan karang di Kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya didominasi oleh ikan mayor, persentase ikan mayor berkisar antara 81-97 .
Persentase ikan target berkisar antara 2-21 , persentase ikan indikator berkisar antara 1-8,7 . Rendahnya kepadatan dan biomassa kelompok ikan target ikan
yang menjadi target penangkapan umumnya dari famili Serranidae, Lutjanidae, Scaridae, dan Siganidae mengindikasikan bahwa kawasan tersebut telah
mengalami tangkap lebih. Ketiadaan data hasil tangkapan ikan di Kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya tidak dapat memberikan kesimpulan secara meyakinkan
bahwa rendahnya biomassa kelompok ikan target diakibatkan oleh tekanan dari upaya penangkapan. Namun, melihat rendahnya biomassa kelompok ikan target,
diduga upaya penangkapan ikan yang berlebihan berperan dalam hal tersebut. Kerusakan ekosistem terumbu karang akibat penggunaan cara
penangkapan yang merusak lingkungan, aktivitas labuh jangkar kapal dan juga pencemaran minyak bumi diduga turut berperan terhadap rendahnya kepadatan
dan biomassa ikan secara keseluruhan. McAllister 1988 menyatakan bahwa efek dari penangkapan yang
berlebihan, setelah kegiatan tersebut dihentikan, memerlukan waktu 10 tahun untuk mengembalikannya kepada keadaan semula. Namun jika kerusakan habitat
tersebut disebabkan oleh aktivitas pemboman dan penggunaan racun sianida, proses pemulihan memerlukan waktu yang lebih lama. Data dari Kawasan
Sumilon dan Apo, dua buah pulau di negara Phillippina yang mempunyai persentase tutupan karang dengan kategori sedang sampai dengan baik, upaya
pemulihan akibat penangkapan yang berlebihan memerlukan waktu 6 sampai dengan 8 tahun dengan pengelolaan kawasan yang baik dan tidak adanya praktek-
praktek perikanan yang merusak White 1989.
5.3 Pengelolaan Terumbu Karang dan Ikan Karang di Kawasan Konservasi