Kepadatan dan Biomassa Ikan

Tabel 7 Ringkasan komunitas ikan karang di Pulau Biawak dan sekitarnya, kekayaan jenis, indeks keanekaragaman H’, keseragaman E No. Lokasi Kedalaman Jumlah Famili Jumlah Jenis H E 1 Barat Pulau Biawak 3 m 8 25 1,1 0,3 10 m 8 30 2,4 0,7 2 Selatan Pulau Biawak 3 m 10 18 1,8 0,6 10 m 8 19 1,6 0,6 3 Utara Pulau Biawak 3 m 10 26 2,9 0,9 10 m 9 31 2,7 0,8 4 Pulau Candikian 3 m 8 26 1,6 0,5 10 m 8 23 1,6 0,5 5 Pulau Gosong 3 m 7 26 2,0 0,6 10 m 8 29 2,2 0,6 Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengukur kelimpahan komunitas berdasarkan jumlah jenis spesies dan jumlah individu dari setiap spesies pada suatu lokasi. Semakin banyak jumlah jenis spesies, semakin beragam komunitasnya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman H’ dan indeks keseragaman E untuk lokasi bagian utara Pulau biawak pada kedalaman 3 m memiliki spesies yang lebih beragam dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini dilihat dari besaran nilai H’ dan E yang lebih besar bila dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini berlaku juga dengan lokasi lainnya. Nilai indeks keanekaragaman H’ pada dua kedalaman yang berbeda relatif sama. Secara umum Kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki tingkat keanekaragaman yang berkisar antara sedang sampai dengan rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa komunitas ikan karang di Pulau Biawak dan sekitarnya cukup rentan terhadap perubahan lingkungan. Perbedaan nilai indeks dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap komunitas ikan karang Chabanet et al. 1995.

4.4.2 Kepadatan dan Biomassa Ikan

Kepadatan ikan pada lokasi tertentu dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kompleksitas dan jenis habitat, kedalaman, jarak dengan pantai, musim dan tingkat eksploitasi merupakan parameter yang dapat mempengaruhi. Berikut adalah grafik kepadatan dan biomassa ikan untuk semua famili berdasarkan hasil pengamatan. Kedalaman 3 m mempunyai nilai kepadatan dan biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan lokasi kedalaman 10 m. Nilai kepadatan terbesar didapatkan pada lokasi pengamatan Pulau Candikian pada kedalaman 10 m sedangkan nilai terendah diperoleh di lokasi bagian utara Pulau Biawak pada kedalaman 3 m. Sedangkan biomassa ikan terbesar di peroleh di lokasi Pulau Candikian pada kedalaman 10 m. Di lokasi ini teramati keberadaan sekelompok ikan Bolbometopon muricatum yang berjumlah 3 ekor dengan ukuran lebih dari Gambar 13 Kepadatan ikan hasil pengamatan di Pulau Biawak dan sekitarnya. Gambar 14 Biomassa ikan hasil pengamatan di Pulau Biawak dan sekitarnya. 40 cm. Bolbometopon muricatum yang mempunyai nama lain Green Humphead Parrotfish berasal dari family Scaridae, atau dikenal juga sebagai ikan kakatua, satu-satunya anggota dari genus Bolbometopon yang merupakan ikan kakatua terbesar yang dapat tumbuh sampai 1,3 m dan berat 46 kg, mempunyai benjolan di kepala dan menggunakannya sebagai pemecah karang. Ikan ini merupakan pemakan karang, dan mengkonsumsi karang sebanyak 5 ton dalam setahun. Ikan ini menurut IUCN, statusnya vurnerable terancam punah. Peran Bolbometopon muricatum pada ekosistem terumbu karang sangatlah kompleks. Spesies ini merupakan komponen alami terumbu karang yang terdapat di kawasan Asia Pasifik. Ikan ini bukan merupakan ancaman terhadap ekosistem terumbu karang, tidak seperti A. Planci dan siput Drupella, B. Muricatum tidak menyebabkan kerusakan yang serius terhadap komunitas karang. Faktanya, pada ekosistem terumbu karang yang relatif tidak terekploitasi, rata-rata jumlah total konsumsi karang ikan tersebut dapat mengindikasikan rata-rata laju pertumbuhan karang. Spesies ini juga cenderung memakan karang yang pertumbuhannya cepat seperti Acropora dan Pocillopora dan berperan penting sebagai agen perubahan dalam memelihara keanekaragaman. Disamping sebagai pemakan karang, ikan ini mempunyai peranan dalam resilience ekosistem terumbu karang dengan menyediakan tempat untuk koloni baru coralline algae dan karang. Bellwood et al. 2003 in Green Bellwood 2009. Berikut adalah kepadatan dan biomassa ikan berdasarkan pengelompokan ikan ke dalam kelompok ikan mayor, kelompok ikan target, dan kelompok ikan indikator. Kelompok ikan mayor ditemukan berlimpah bila dibandingkan dengan kelompok ikan target dan ikan indikator. Nilai kepadatan kelompok ikan mayor berkisar antara 4.733-36.033 indha. Nilai kepadatan kelompok ikan target berkisar antara 433-2.000 indha. Nilai kepadatan ikan indikator berkisar antara 166-533 indha. Nilai biomassa kelompok ikan mayor berkisar antara 29-156 kgha. Nilai biomassa kelompok ikan target berkisar antara 36-408 kgha. Nilai biomassa kelompok ikan indikator berkisar antara 0,6-7 kgha. Secara umum, nilai Gambar 15 Kepadatan kelompok ikan di Pulau Biawak dan sekitarnya. Gambar 16 Biomassa kelompok ikan di Pulau Biawak dan sekitarnya. kepadatan yang besar yang diikuti dengan nilai biomassa yang rendah menandakan bahwa lebih banyak ikan-ikan yang berukuran kecil dan sedikitnya jumlah ikan berukuran besar. Kawasan konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya didominasi oleh kelompok ikan mayor, terutama dari famili Pomacentridae yang berkisar antara 75-95 dari keseluruhan populasi. Persentase ikan target famili Serranidae, Lutjanidae, Lethiridae, Caesionidae, Siganidae, Scarridae, Nemipteridae berkisar antara 4-21. Persentase ikan indikator berkisar antara 1-5 dari keseluruhan individu yang teramati. Untuk kelompok ikan mayor, famili Pomacentridae dan Labridae menempati peringkat teratas dalam jumlah jenis maupun kepadatan. Hal ini dapat dimengerti mengingat kedua famili ini memiliki jumlah jenis yang tinggi untuk kelompok ikan karang dan menempati hampir semua habitat di terumbu karang. Pomacentridae pada tingkatan trofik dapat bersifat herbivor, carnivor, dan omnivor. Banyaknya jenis yang memiliki tingkatan trofik yang berbeda menyebabkan ikan famili ini dapat berasosiasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ikan kepe-kepe dari famili Chaetodontidae yang dijadikan sebagai ikan indikator, pada penelitian ini jumlahnya relatif sedikit. Hal ini diduga terkait dengan rendahnya persentase tutupan karang di kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya. Berikut ini adalah gambaran biomassa ikan di Kawasan Konservasi Karimun Jawa Ardiwijaya et al 2008 dengan Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Biawak. Gambar 17 Gambaran biomassa ikan antara Kawasan Konservasi Karimun Jawa Ardiwijaya et al. 2008 dan Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Biawak dan sekitarnya. Dalam publikasinya, Ardiwijaya et al. 2008 menyatakan bahwa dengan nilai biomassa tersebut, Kawasan Karimun Jawa telah mengalami tangkap lebih dan usaha penangkapan di kawasan tersebut tidak berjalan secara lestari. Dari gambaran tersebut, dimana nilai biomassa ikan di Kawasan Konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan kawasan konservasi Karimun Jawa, diduga bahwa kawasan Pulau Biawak juga telah mengalami tangkap lebih, namun hal ini perlu penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan keterwakilan musim disertai data persentase tutupan karang dan komunitas ikan karang dan hasil tangkapan secara berkala di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya. 5 PEMBAHASAN

5.1 Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Pulau Biawak dan Sekitarnya