1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas Smith 1978;
Salm Kenchington 1984; Munro Williams 1985; Clark et al. 1989; Spurgeon 1992. Keanekaragaman terumbu karang memiliki potensi yang besar baik secara
ekonomis maupun ekologis. Ekosistem terumbu karang dihuni oleh beranekaragam biota baik hewan maupun tumbuhan laut. Keanekaragaman
terumbu karang dengan warna-warni dari berbagai jenis karang merupakan hal yang menarik yang dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Terumbu karang
merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan dan tumbuhan karang. Peran ekologis yang dimainkan terumbu karang adalah sebagai daerah penyedia makanan, daerah
asuhan, daerah pertumbuhan dan daerah perlindungan bagi biota-biota lain yang berasosiasi dengan terumbu karang.
Telah banyak kajian ilmiah mengenai upaya untuk melindungi dan mengelola sumberdaya terumbu karang melalui penetapan suatu kawasan
konservasi Bohnsack 1990; Polunin 1990; Roberts Polunin 1991; Rowley 1994. Terdapat berbagai aktivitas pada area kawasan konservasi dan area
sekitarnya selain upaya perlindungan itu sendiri, diantaranya pariwisata serta kegiatan perikanan. Sangatlah penting untuk menyeimbangkan berbagai aktivitas
yang terdapat di suatu kawasan konservasi dan memecahkan konflik yang mungkin timbul antara upaya konservasi dan ekploitasi sumberdaya untuk
menjaga menjaga pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan Stoddart 1984. Peningkatan jumlah luasan kawasan konservasi di seluruh dunia saat ini
berkembang pesat, sebesar 5,2 dalam dua dekade terakhir, yang telah dideklarasikan dengan berbagai tujuan. Sekitar 2,2 juta km
2
yang sebanding dengan 0,6 luas perairan laut dunia telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.
Kawasan konservasi dikampanyekan ke seluruh dunia sebagai cara yang optimal dalam melindungi ekosistem perairan Martinez 2008. Kawasan konservasi
perairan yang terlindungi dengan baik, secara ekologis akan mengakibatkan beberapa hal sebagai berikut terkait dengan perikanan: 1 habitat yang lebih
cocok dan tidak terganggu untuk pemijahan indukan ikan; 2 meningkatnya jumlah stok induk; 3 ukuran individu stok induk yang lebih besar; dan 4 larva
dan rekrutan hasil reproduksi lebih banyak. Sebagai akibatnya, terjadi kepastian dan keberhasilan pemijahan pada wilayah kawasan konservasi. Keberhasilan
pemijahan di dalam wilayah kawasan konservasi perairan dibuktikan memberikan dampak langsung pada perbaikan stok sumberdaya perikanan di luar wilayah
kawasan konservasi laut PISCO 2002. Pembuktian ilmiah sudah cukup kuat menyatakan bahwa kawasan
konservasi perairan, dengan suatu kawasan ‘larang-ambil’ yang terdapat di dalamnya, menyebabkan peningkatan biomassa ikan, ukuran ikan yang lebih
besar, dan komposisi spesies yang lebih alami Roberts Hawkins 2000. Indramayu merupakan kabupaten di Pantai Utara Jawa Barat yang
memiliki luas daratan ±204.000 ha dengan garis pantai sepanjang 114 km.. Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada 107
o
52’-108
o
36’ Bujur Timur dan 6
o
15’-6
o
40’ Lintang Selatan. Wilayah pesisir Indramayu mencakup 12 kecamatan dari 31 kecamatan yang terdapat di Indramayu dengan 32 desa pesisir dan
memiliki gugusan pulau-pulau kecil yaitu: Pulau Biawak, Pulau Gosong, dan Pulau Candikian.
Sebagai wilayah yang berada di pesisir pantai, Indramayu merupakan
salah satu kabupaten penghasil ikan. Produksi ikan laut segar selama tahun 2008 mencapai 80.685 ton. Menurut data kependudukan tahun 2007, masyarakat pesisir
Indramayu yang menggantungkan hidupnya dari sumberdaya pesisir dan laut berjumlah
34.830 orang nelayan, 17.226 orang petambak, 1.307 orang pengolah ikan tradisional dan 718 bakul ikan, serta sejumlah pemanfaat langsung
sumberdaya pesisir Indramayu, antara lain: pengobor kepiting, pencari rebonbahan terasi, pemilik baganrumpon Indramayu dalam angka 2008.
Kegiatan perikanan merupakan tulang punggung kegiatan yang ada di Pesisir Kabupaten Indramayu sebab sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai nelayan. Daerah penangkapan ikan Indramayu terutama berada di perairan sekitar Pulau Biawak, namun demikian nelayan Indramayu juga
banyak yang menangkap ikan sampai ke perairan di sekitar Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Alat tangkap yang umum digunakan nelayan Indramayu untuk
memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan diantaranya adalah payang, lampara, dogol, pukat pantai, pukat cincin, jaring klitik, trammel net, pancing,
sero, jala, bagan, bubu dan j
aring ingsan. Sedangkan alat tangkap untuk menangkap jenis-jenis ikan karang atau ikan yang berasosiasi dengan perairan
karang diantaranya adalah pancing, bubu dan jaring ingsang. Selain sektor perikanan, daerah Indramayu juga merupakan salah satu
daerah penghasil migas di Indonesia. Bukan hanya itu, bahkan seluruh kegiatan sektor migas dari hulu sampai hilir ada di Indramayu. Di sektor hulu, di
Indramayu terdapat beberapa lapangan yang cukup dikenal di industri migas, antara lain lapangan Jatibarang dan lapangan Cemara. Tingginya aktivitas industri
dan ekonomi di wilayah Kabupaten Indramayu, disamping memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian masyarakat, juga memberikan tekanan yang
besar terhadap lingkungan sekitarnya, khususnya lingkungan perairan. Ditemukannya gumpalan hitam yang kemungkinan merupakan minyak mentah
terbawa arus, menepi di kepulauan Biawak dan sekitarnya. Gumpalan tersebut menepi dan terdampar di terumbu karang, mangrove serta pantai pasir Harian
Umum Pikiran Rakyat 19 Mei 2005. Pemerintah Kabupaten Indramayu telah melakukan upaya-upaya dalam rangka menekan laju degradasi lingkungan yang
terjadi, salah satunya dengan menetapkan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi.
Keputusan Bupati Indramayu nomor 556Kep.528-Diskanla2004 yang dikeluarkan pada tanggal 7 April 2004 tentang Penetapan Pulau Biawak dan
Sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata Laut antara lain memutuskan dan menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1 Pulau Biawak dan Sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata Laut 2 Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Biawak dan Sekitarnya KWL
Pulau Biawak dan Sekitarnya mengemban visi konservasi dan misi pelestarian, pendidikan dan ekonomi
3 Penataan Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Biawak dan Sekitarnya dibagi menjadi dua zona dengan kategori sebagai berikut:
- Internal Zone yang merupakan kawasan perlindungan habitat dan populasi sumberdaya hayati
- External Zone yang merupakan perlindungan dan pemanfaatan wisata 4 Menugaskan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu untuk
mempersiapkan rencana pengelolaan Kawasan Konservasi dan Wisata laut Pulau Biawak dan Sekitarnya dan mengkoordinasikan serta mensosialisasikan
dengan pihak terkait. Kawasan konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya mempunyai fungsi
utama sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna serta pemanfaatan yang lestari. Kawasan
ini juga dapat dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan, budidaya dan wisata bahari. Selain fungsi diatas, kawasan perairan kawasan konservasi Pulau Biawak
dan sekitarnya tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengembangan ekonomi produktif dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pemanfaatan yang
ramah lingkungan dan lestari. Penetapan kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan
konservasi diharapkan dapat mempertahankan kondisi lingkungan dan memberikan dampak positif terhadap sumberdaya kelautan di wilayah perairan
Indramayu baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi tutupan terumbu karang serta komunitas ikan
karang di Pulau Biawak dan sekitarnya dengan mempelajari keragaman spesies, kelimpahan dan biomasa ikan dan struktur komunitas di Pulau Biawak dan
sekitarnya pasca penetapan sebagai kawasan konservasi.
1.2 Perumusan Masalah