Persepsi Responden Terhadap Jumlah Hari Hujan
- Meninggikan Lantai
Berdasarkan Gambar 23 sebesar 6, 12, dan 12 atau sebanyak 3 orang, 6 orang, dan 6 orang pada masyarakat berpenghasilan rendah, menengah
dan tinggi melakukan adaptasi melalui peninggian lantai dasar rumah mereka. Strategi adaptasi berupa peninggian lantai dilakukan oleh beberapa responden
yang pernah terjadi banjir pada rumahnya saat terjadi hujan yang terus menerus serta deras. Hal tersebut dilakukan guna me ncegah air masuk kedalam rumah
mereka di lain waktu saat terjadi hujan yang terus menerus. Setelah dilakukan peninggian lantai tidak pernah terjadi banjir lagi pada rumah mereka.
Dalam tahun 2004-2013 terjadi beberapa kali hujan yang berdurasi lama dan kadang deras pula. Hal tersebut mengakibatkan air di kali menjadi lebih cepat
naik dan mengakibatkan banjir di rumah sekitarnya. Kejadian tersebut dialami oleh responden dalam penelitian ini. Responden berpendapat pada tahun 1994-
2003 belum terjadi perubahan curah hujan dan hari hujan sehingga belum pernah terjadi banjir pada rumah mereka. Pada penelitian dilapangan, peninggian lantai
yang dilakukan responden adalah berupa meninggikan lantai rumah secara keseluruhan atau hanya bagian depan rumah, serta hanya membuat tanggul
dibagian pintu masuk rumah. -
Menambah Lantai Strategi adaptasi menambah lantai rumah memiliki penyebab yang sama
dengan strategi meninggikan lantai. Sebanyak 3 orang dan 2 orang atau sebesar 6 dan 4 pada masyarakat berpenghasilan menengah dan tinggi melakukan
adaptasi melalui penambahan lantai tersebut. Seluruh responden yang melakukan adaptasi ini disebabkan oleh air genangan banjir yang masuk kerumah mereka
akibat hujan yang berdurasi lama sehingga kali atau selokan disekitar rumah mereka meluap.
Responden yang melakukan tindakan menambah lantai tidak sebanyak responden yang meninggikan lantai karena sebagian menurut mereka air yang
masuk kerumah mereka tidak terlalu tinggi, hanya sebatas mata kaki orang dewasa. Selain itu besarnya biaya untuk menambah lantai daripada meninggikan
lantai. Sedangkan responden yang melakukan penambahan lantai selain untuk
mencegah banjir juga sebagai alasan kenyaman dan kemudahan menyimpan barang jika mungkin suatu saat terjadi lagi banjir.
- Memperbaiki Atap
Gambar 21 menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan adaptasi melalui perbaikan atau penambahan bangunan rumah berupa perbaikan
atap, dengan persentase pada masyarakat berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi masing- masing sebesar 48, 66, dan 66 atau sebanyak 24 orang, 33
orang, dan 33 orang. Tindakan adaptasi yang dilakukan berupa perbaikan atap rumah dilakukan sebagian besar responden karena kondisi atap rumah yang rusak
maupun untuk pencegahan dari kerusakan di lain waktu. Hujan yang terus menerus serta semakin tidak terprediksi kedatangannya
dan kadang diselingi oleh panas terik menjadikan semakin mudahnya kondisi bangunan rumah mengalami kerusakan. Hal tersebut mengakibatkan responden
melakukan perbaikan pada atap rumah mereka. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden tindakan adaptasi yang dilakukan meliputi menambal atau
mennganti asbes yang bolong dan rusak, mengganti genteng baru, serta memperbaiki atau mengganti plafon yang rusak.
- Mengecat Tembok
Kondisi lain yang disebabkan oleh hal yang sama yaitu hujan dengan berdurasi lama dan kadang diselingi dengan panas terik adalah lunturnya cat
dinding rumah. Hal itu mengakibatkan responden pada masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah melakukan tindakan adaptasi melalui
mengecat tembok bagian depan rumah mereka. Tindakan adaptasi melalui pengecatan tembok dilakukan oleh 10, 18, dan 12 atau sebanyak 5 orang, 9
orang, dan 6 orang masing- masing masyarakat berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi.
Secara keseluruhan menurut responden perubahan curah hujan dan jumlah hari hujan sejalan dengan memberi dampak pada kondisi struktur rumah mereka.
Responden berpendapat beberapa tahun belakangan curah hujan dan jumlah hari hujan maskin menignkat sehingga hal tersebut menjadi penyebab utama mereka
perlu melakukan suatu strategi adaptasi melalui penyesuaian kondisi bangunan rumah mereka.
Perubahan curah hujan dan jumlah hari hujan terkadang juga membuat masyarakat melakukan adaptasi melalui penyesuaian bangunan rumah. Sebagian
responden merasa bahwa perlu melakukan penyesuaian menggunakan barang rumahtangga yang mereka miliki. Berikut dijelaskan oleh gambar.
Sumber: Data primer diolah Gambar 21.
Strategi Adaptasi Masyarakat Melalui Penggunaan Barang Rumahtangga
- Penggunaan Penghangat Ruangan
Penggunaan penghangat ruangan sebagai barang untuk adaptasi ketika suhu terasa dingin hampir tidak dilakukan oleh semua responden. Hanya sebesar
2 atau sebanyak 1 orang responden pada masyarakat berpenghasilan menengah yang melakukan adaptasi tersebut. Responden berpendapat bahwa hujan kini
makin tidak terprediksi serta terkadang terjadi secara terus menerus serta deras mengakibatkan suhu udara menjadi tidak stabil dan cenderung mengakibatkan
suhu menjadi lebih dingin dari biasanya. Alasan tersebut bagi responden perlu menggunakan barang atau perlengkapan yang bisa menghangatkan ruangan dan
tubuh mereka termasuk penggunaan penghangat ruangan. Akan tetapi penggunaan penghangat ruangan mungkin tidak terlalu efektif melihat sangat sedikit
responden yang melakukan adaptasi menggunakan barang tersebut. -
Penggunaan Selimut, JaketSweater,dan Kaos Kaki Responden yang menggunakan selimut, jaket dan kaos kaki sebagai
barang atau pakaianyang digunakan untuk beradaptasi memiliki alasan yang hampir sama dengan penggunaan penghangat ruangan. Suhu kadang terasa lebih
dingin akibat hujan yang berdurasi lama bahkan kadang suhu dingin terjadi sore ataupun malam hari dengan sendirinya tanpa diawali dengan hujan. Hal tersebut
yang membuat sebagian responden perlu menggunakan pakaian tersebut untuk adaptasi.
Sebanyak 17 orang, 24 orang dan 19 orang atau sekitar 34, 48, dan 38 responden pada masyarakat berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi
melakukan adaptasi terhadap suhu dingin menggunakan selimut. Kemudian 18 orang, 25 orang, dan 22 orang atau 36, 50, dan 44 responden pada
masyarakat berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi adaptasi menggunakan jaketsweater. Pada penggunaan kaos kaki untuk adaptasi terhadap suhu dingin
dilakukan oleh 2 orang, 5 orang, dan 4 orang pada masyarakat berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi atau masing- masing sebesar 4, 10, dan 8.
Berdasarkan penelitian dilapang penggunaan selimut lebih sering digunakan oleh responden dibanding menggunakan jaket saat didalam rumah.
Penggunaan selimut yang lebih mudah dan nyaman dibanding jaket ketika didalam rumah menjadi salah satu alasan mereka lebih memilih jaket dibanding
selimut. Akan tetapi ketika berada diluar rumah sebagian responden lain lebih memilih menggunakan jaket. Beberapa hal yang berhubungan dengan
kenyamanan tersebut yang menjadi pembeda antara penggunaan selimut dan jaketsweater ketika terjadi suhu yang lebih dingin dari biasanya.
Responden yang menggunakan kaos kaki sebagai barang adaptasi tidak sebanyak yang menggunakan selimut atau jaket. Hal tersebut diduga disebabkan
penggunaan selimut atau jaket didalam rumah sudah dirasa cukup oleh mereka. Selain itu akibat suhu dingin yang dirasakan oleh mereka lebih membutuhkan
untuk menghangatkan tubuh. Dalam penelitian ini responden yang menggunakan selimut, jaket, dan kaos kaki sebagai kebiasaan sehari-hari tentu tidak dijadikan
sebagai acuan dalam penelitian karena tidak berhubungan dengan adaptasi. -
Penggunaan Payung Berdasarkan
penelitian menunjukan
bahwa pada
masyarakat berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi paling banyak melakukan adaptasi
saat terjadi perubahan curah hujan dan jumlah hari hujan menggunakan barang yaitu berupa pencegahan dengan menggunakan payung, yaitu masing- masing