responden. Sementara itu responden juga diwawancara tentang persepsi mereka mengenai kerugian akibat adanya perubahan iklim. Berikut dijelaskan pada tabel.
Tabel 7. Persepsi Kerugian Masyarakat Akibat Perubahan Iklim Persepsi
Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Tidak Dirugikan
28 34
28 Ragu-Ragu
28 24
24 Dirugikan
26 38
34 Sangat Dirugikan
18 4
14
Total 100
100 100
Sumber: Data primer diolah Pada masyarakat berpenghasilan rendah responden terbanyak merasa tidak
dirugikan dan ragu-ragu, yaitu masing- masing sebanyak 14 orang 28. Kategori tidak dirugikan yang diberikan yang dimaksud yaitu persepsi ketidakrugian yang
dirasakan responden oleh terjadinya perubahan iklim sehari- hari atau perubahan iklim tidak memberi dampak kepada mereka.
Pada masyarakat berpenghasilan menengah responden terbanyak merasa dirugikan, yaitu sebanyak 19 orang 38. Kategori dirugikan yang diberikan
yang dimaksud yaitu persepsi kerugian yang dirasakan responden oleh perubahan iklim sehari-hari atau perubahan iklim memberi dampak kerugian kepada mereka.
6.1.5 Persepsi Responden Terhadap Suhu Udara
Perubahan iklim memberi pengaruh terhadap kondisi suhu udara. Dala m kurun waktu tahun 1900-2000 peningkatan suhu bumi mencapai 0.5
C akibat peningkatan gas rumah kaca di atmosfer IPCC dalam Murdiyarso 2003.
Peningkatan suhu juga terjadi di daerah lintang rendah atau daerah tropis contoh, Indonesia yang mengakibatkan kecenderungan pada daerah kering akan semakin
kering Murdiyarso 2003. Dalam penelitian ini hampir semua responden menyatakan bahwa suhu
udara di Kota Bogor beberapa tahun belakangan telah mengalami perubahan. Pada masyarakat berpenghasilan rendah menengah dan tinggi, masing- masing
sebesar 92, 90, dan 94 merasakan perubahan suhu yang semakin meningkat.
Sumber: Data Primer diolah Gambar 9. Persepsi Responden Terhadap Suhu Udara Di Kota Bogor
Kota dengan kecepatan pembangunan jumlah penduduk, kendaraan bermotor, dan industri lainnya yang begitu cepat akan menyebabkan kecepatan
kenaikan suhu meningkat. Pembangunan ini juga akan menyebabkan lahan kota semakin sempit, pengerasan lahan, debu-debu, dan polusi udara CO
2
, NO
2
, SO
2
yang dihasilkan oleh industri Mas’at 2010. Begitu pula yang terjadi di Kota
Bogor. Sebanyak 46 orang, 45 orang, dan 47 orang masyarakat berpenghasilan
rendah, menengah, dan tinggi berpendapat bahwa suhu udara di Kota Bogor telah meningkat. Waktu awal terjadinya peningkatan tersebut sangat beragam yang
mereka sadari. Pada masyarakat berpenghasilan rendah 46 orang yang berpendapat bahwa suhu naik, 9 orang atau 20 diantaranya berpendapat
kenaikan tersebut mulai terasa saat tahun 2005. Pada masyarakat berpenghasilan menengah 10 orang atau 22 diantaranya berpendapat kenaikan tersebut mulai
terasa saat tahun 2009. Pada masyarakat berpenghasilan tinggi 10 orang atau 21 diantaranya berpendapat kenaikan tersebut mulai terasa saat tahun 2007.
Berdasarkan persepsi selama tahun 2004-2013 awal kenaikan suhu udara paling banyak dirasakan mulai tahun 2007 dan 2009. Jika melihat sebagian besar
masyarakat berpendapat bahwa suhu udara di Kota Bogor mengalami peningkatan maka hal ini relatif sesuai dengan data dari BMKG Kota Bogor yang menjelaskan
bahwa suhu udara di Kota Bogor memang mengalami peningkatan.