kesesuaian anjuran penerapan teknologi oleh petani.. Penyuluh pada lembaga penyuluhan di Kabupaten Kampar menyelenggarakan penyuluhan yang baik
dibanding pada penyuluh yang berada di Kabupaten Pelalawan dan Kota Pekanbaru.
4. Rumusan strategi dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi Riau adalah membentuk badan sendiri yang spesifik menaungi
penyuluhan pertanian. Program yang dapat mewujudkan pembentukan lembaga penyuluhan pertanian tersendiri di provinsi Riau adalah : a Program
Penataan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, b Program Peningkatan Ketenagaan Penyuluh Pertanian, c Program Peningkatan Mutu
Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian.
6.2. Rekomendasi Kebijakan
Saran rekomendasi kebijakan yang dapat diusulkan dalam pengembangan kelembagaaan penyuluhan pertanian adalah :
1. Penyatuan penyuluh pada satu lembaga yang dapat mengakomodasi kepentingan penyuluh pertanian dan petani, mendesak untuk dilaksanakan
sebagai wujud implementasi dari Undang-Undang No.16 Tahun 2006. 2. Untuk mendukung peranan dan tanggung jawab Penyuluh Pertanian
terhadap tugas dan tanggungjawabnya, kelembagaan yang ada saat ini diharapkan membuat program unggulan yang disertai target-target tertentu
sesuai kondisi wilayah. Sehingga dengan demikian penyuluh pertanian akan mempunyai kegiatan yang lebih terarah dan memiliki rasa tanggung jawab
yang lebih jelas terhadap pekerjaanya.
3. Sistem Latihan dan Kunjungan LAKU yang merupakan sistem kerja penyuluhan pertanian saat ini masih dibutuhkan oleh petani. Implikasi
kebijakan di bidang Penyuluhan yang perlu diterapkan adalah meningkat intensitas kunjungan petani kepada kelompok tani binaannya secara
terjadual dan teratur serta pengawasan yang intensif dari pejabat yang berwenang agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Untuk
meningkatkan efektifitas pembinaan kepada kelompok tani sasaran, maka jumlah kelompok binaan untuk setiap penyuluh diperkecil jumlahnya,
idealnya satu orang penyuluh membina 7 - 10 kelompok tani sehingga dalam satu bulan setiap kelompok tani dapat dikunjungi 3 - 4 kali.
4. Penyusunan dan pembuatan programa penyuluhan sebagai acuan dan tolok ukur terhadap pekerjaan penyuluh, perlu kembali dibuat secara rutin dan
terjadual mulai dari tingkat BPP dan Kabupaten, sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh penyuluh lebih jelas dan terarah. Oleh sebab itu fungsi dan
peranan BPP Balai Penyuluhan Pertanian yang berada di tingkat Kecamatan, perlu dihidupkan kembali karena lembaga ini merupakan home
base tempat bertemunya petani dan penyuluh dalam upaya memperoleh informasi teknologi dan memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh
petani dalam mensukseskan program pembangunan pertanian yang tujuannya untuk meningkatkan pendapataan petani.
5. Kebijakan otonomi daerah dalam menetapkan struktur kelembagaan penyuluhan pertanian harus mampu mencerminkan : 1 kerjasama petani –
penyuluh dan peneliti dalam merancang usahatani nelayan yang responsif terhadap kemampuan wilayah dan permintaan pasar; 2 mengefektifkan
kembali fungsi dan peranan BPP sebagai home base dan pusat kegiatan pata petani, penyuluh dan peneliti untuk mengembangkan usahatani nelayan
berdasarkan prinsip-prinsip agribisnis ; 3 membangun dan mengoperasionalkan jaringan kelembagaan komunikasi, informasi dan
penyuluhan yang mampu memberikan dorongan bagi berkembangnya profesionalisme petani, nelayan dan penyuluh; 4 mengorientasikan para
petugas terutama para administrator terdepan dan penyuluh pertanian sehingga mereka mampu menjadi mitra kerja , fasilitator, motivator dan
konsultan bagi para petani-nelayan dan 5 mengatur pendanaan sehingga berbagai kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan daerah otonom
dengan biaya memadai, berdaya guna dan berhasil guna.
DAFTAR PUSTAKA
Amanah, S. 2006. Peran Strategis Penyuluhan Pembangunan.: Tinjauan dari Sisi Akademis. Institut Pertanian Bogor.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta.
BPS Kabupaten Kampar. 2006. Kampar Dalam Angka 2005. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar dengan Badan
Pusat Statistik BPS Kabupaten Kampar. Bangkinang. BPS Kabupaten Pelalawan . 2006. Pelalawan Dalam Angka 2005. Kerjasama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan dengan Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Pelalawan. Pangkalan Kerinci
BPS Kota Pekanbaru. 2006. Pekanbaru Dalam Angka 2005. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Kota Pekanbaru dengan Badan Pusat Statistik
BPS Kota Pekanbaru. Pekanbaru BPS Provinsi Riau.. 2006. Riau Dalam Angka 2005. Kerjasama Badan
Perencanaan Pembangunan Provinsi Riau dengan Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Riau. Pekanbaru
Badan Ketahanan Pangan Riau. 2008. Evaluasi Pembangunan Ketahanan Pangan Tahun 2004 – 2007. Pekanbaru.
Budiono, P, 2008. Dilematika Penyuluh Kehutanan dalam Paradigma Good Governance. dalam Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang
Bermartabat. Pustaka Bangsa Press. Medan. David, F. R. 2002. Manajemen Strategis Konsep, Edisi Ketujuh, Pearson
Education Asia Pte. Ltd dan PT. Prenhallindo, Jakarta Daryanto A, 2004. Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Sebagai Modal Sosial Pembangunan. Agrimedia. Volume 9 No.1. Departemen Pertanian. 2002. Kebijaksanaan Penyelenggaraan Penyuluhan
Pertanian. Badan Pengembangan SDM Departemen Pertanian, Jakarta. Departemen Pertanian.
Departemen Pertanian. 2005. Strategi dan Kebijakan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian . Badan Pengembangan SDM Departemen Pertanian, Jakarta.
Departemen Pertanian. Departemen Pertanian. 2006. Rencana Strategis Departemen Pertanian 2005 –
2009. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2007. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Badan Pengembangan SDM Departemen Pertanian, Jakarta. Departemen
Pertanian. Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau. 2007. Data Statistik Tanaman Pangan
dan Hortikultura Tahun 2006. Ekalinda,O, 1999, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi, BPTP
Riau 2000, Yogyakarta. Hafsah, J. 2006. Kedaulatan Pangan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Harun,R, 1996, Kebutuhan Revitalisasi dalam Penyuluhan Pertanian, Ekstensia,
Volume II,Pusat Penyuluhan Pertanian, Jakarta. Hasmosoewignjo dan Attila Garnadi, 1962. Penjuluhan Kepada Rakjat Tani.
Djawatan Pertanian. Djakarta. Indaryanti Y. 2003. Analisis Strategi Ketahanan Pangan Komunitas Petani
Studi Kasus di desa Sidajaya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Koentjaraningrat. 1997. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Mardikanto, T. 2008. Refleksi dan Rekomendasi Implementasi Penyuluhan Pembangunan Pertanian . dalam Pemberdayaan Manusia Pembangunan
yang Bermartabat. Pustaka Bangsa Press. Medan. Mardikanto, T. 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Sebelas
Maret University Press. Mustopadidjaja, AR. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi,
Implementasi dan Evaluasi Kinerja. Jakarta. LAN Lembaga Administrasi Nasional.
Nasdian, Fredian Tonny. 2008. Kelembagaan dan Tata-Pemerintahan Kecamatan : Review Implementasi dan Rekomendasi. Project Working
Paper Series No.02. Kerjasama Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat , Institut
Pertanian Bogor dengan Democratic Reform Support Program, United States Agency for International Development.
Natsir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Nugroho, R. 2008. Public Policy. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.
Pemerintah Provinsi Riau. 2008. Merekat Kebersamaan Membangun Negeri. Pekanbaru
RPP IPB. 2005. Strategi dan Kebijakan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Badan Ketahanan Pangan . Departemen Pertanian.
Suryana, A. 2003. Kapita Selekta : Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE-Yogyakarta
Suhardiyono, L. 1990. Penyuluhan : Petunjuk bagi Penyuluhan Pertanian. Penerbit Erlangga. Jakarta
Syamsudin S, U. 1977. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bandung. Binacipta.
Slamet, M, 2008. Menuju Pembangunan Berkelanjutan Melalui Implementasi UU No. 162006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
Kehutanan, dalam Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat. Pustaka Bangsa Press. Medan.
Tony NF dan Utomo BS. 2004. Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial. Modul Kuliah Magister Profesional Pengembanan Masyarakat Departemen
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Tedjokoesoemo, H. 1996. Uapaya Pemahaman Tugas dan Fungsi Penyuluhan
Pertanian makalah disampaikan pada kegiatan Apresiasi Manajemen dan Metodologi Penyuluhan bagi Peneliti. Bogor, 15-19 Januari 1996. Jakarta.
Pusat Penyuluhan Pertanian Departemen Pertanian.
Tohir, W. 2005. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian Ditinjau dari Aspek Teknis Operasional. Disampaikan dalam Konsultansi Publik ’ Revitalisasi
Pertanian ” Badan Pengembangan SDM Pertanian dan Biro Hukum dan Humas Deptan serta Tabloid Sinar Tani. Ciawi Bogor, 30 Agustus 2005.
Yasin, F. 2007. Perspektif Penyuluhan Pertanian. Riau Mandiri. Kamis 27 Sepetember 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006. 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta. Badan
Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian. Van den Ben, AW dan Hawkins, HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius. Valera, J.B., V.A.Martinez dan R.F.Plopino. 1987. An Introduction to Extension
Delivery System. Island Publishing House, Inc. Manila. Vitalaya S.Hubeis, Aida et.al. 1992. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia,
Jakarta. PT. Pustaka Pembangunan Nusantara.
Vitalaya S.Hubeis, Aida. 1992. Strategi Penyuluhan Pertanian Sebagai Salah Satu Upaya Menswadayakan Petani-Nelayan. Makalah Seminar Sehari
dalam rangka Ulang Tahun V Perhiptani, Tanggal 1 Desember 1992. Jakarta.
KUESIONER NARASUMBER ANALISA KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN
DI PROVINSI RIAU
Nama : Unit Kerja :
Pangkat
: Jabatan :
N i l a i No.
FAKTOR STRATEGIS INTERNAL 1 2 3 4
I. Kekuatan