arus perubahan perilaku dalam proses transformasi dari tradisional menjadi pertanian yang berwawasan pasar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka seorang
penyuluh dituntut kemampuannya untuk dapat memadukan tingkat sosial petani dan mengimplementasikannya dengan kemajuan petani diwilayah binaannya
terhadap teknologi baru yang akan diinformasikan. Tingkat profesionalitas penyuluh diukur dari kemampuan kerja penyuluh
tersebut. Dalam hal peningkatan mutu kerja, motivasi merupakan salah satu faktor yang mendorong penyuluh untuk melakukan pekerjaan. Secara eksternal motivasi
kerja penyuluh dapat terbangun dari tuntutan dinamika masyarakat tani-nelayan yang semakin kompleks serta karakteristik wilayah yang berbeda. Sedangkan dari
segi internal motivasi penyuluh antara lain ditentukan dari kondisi kelembagaan penyuluhan yang dapat mengakomodir kepentingan penyuluh secara holistik.
Tingkat motivasi penyuluh dapat dilihat dari kinerja penyuluh terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
Tabel 20. Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Pelalawan, Kampar dan kota Pekanbaru Tahun 2008
No Aspek Uraian Kampar
Pekanbaru Pelalawan
a. Disiplin mematuhi jam kerja jamminggu
36,7 30,5
32,2
b. Frekuensi Kunjungan ke kelompok tani
Setiap hari 41
6 26
Seminggu sekali 53
44 49
1 minggu 6
50 25
c. Ketepatan dalam menyelesaikan administrasi dan pelaporan
Tepat 87
65 66
Tidak tepat
13 35
34 Keterangan: Angka dalam tabel adalah persentase pernyataan responden
Penyuluh Dari tabel 20 dapat diketahui bahwa disiplin mematuhi jam kerja per
minggu rata-rata 33 jamminggu . Motivasi kerja dan disiplin mematuhi jam kerja
sangat erat kaitannya dengan aturan main yang diterapkan oleh unit kerja dimana penyuluh bersatminkal. Adanya kewajiban bagi penyuluh lapangan untuk
melakukan kunjungan secara terjadual kepada kelompok tani binaanya harus diiringi dengan pengawasan dan monitoring dari pejabat yang berwenang.
Frekuensi kunjungan ke kelompok tani untuk Kabupaten Kampar cukup tinggi, dimana kunjungan kepada setiap kelompok dilakukan seminggu sekali. Hal
ini antara lain disebabkan karena adanya pengawasan yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten sampai ke Kecamatan dan WKPP
Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian. Dilihat dari ketepatan dalam menyelesaikan administrasi dan pelaporan, Kabupaten Kampar relatif lebih tepat dibanding
kabupaten lain. Hal ini disebabkan karena penyuluh di Kabupaten Kampar dan tidak dibebankan dengan pekerjaan lain diluar tugas pokoknya seperti pekerjaan
keproyekan dan lain-lain sehingga mereka cukup bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan fungsinya.
5.3.3. Karakteristik Petani
Umur dan pengalaman dalam suatu pekerjaan dapat digunakan untuk mengindikasi seberapa lama seseorang telah menekuni pekerjaan tersebut.
Menurut Suriatna,S 1998, proses adopsi suatu inovasi pada kelompok umur produktif 25 – 45 tahun akan berjalan cukup baik dibanding kelompok usia
yang lebih muda atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada usia muda nilai tanggung jawab masih rendah terhadap beban hidup sedangkan pada kelompok
umur yang lebih tua telah terjadi pembakuan model atau pola hidup yang kaku
sebagai hasil dari suatu endapan pengalaman yang dijadikan patokan hidup.
Berdasarkan kelompok umur, lebih dari 50 petani berusia produktif 25 – 55 tahun dengan pengalaman kerja 10 – 20 tahun . Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan petani dalam melakukan usahatani sudah dapat dikatakan cukup baik. Namun bila dihubungkan dengan tingkat pendidikan petani yang pada
umumnya masih setingkat SD Sekolah Dasar hal ini akan berkaitan dengan kemampuan dalam penerapan teknologi inovasi. Pendidikan menggambarkan
tingkat pengetahuan, wawasan, pandangan seseorang yang dalam bidang pertanian diartikan sebagai cara seseorang merespon suatu inovasi pertanian dan
membangun gagasan dalam perencanaan usahatani. Pengukuran tingkat pendidikan baik formal maupun non formal sangat bermanfaat dalam
memprediksi kondisi wawasan pengetahuan petani dan arah pemahaman petani terhadap inovasi dan proses adopsi yang menyertai inovasi tersebut. Dari
pengamatan dilapangan terlihat bahwa angkatan muda yang berusia kurang dari 25 tahun, kurang tertarik melaksanakan pekerjaan usahatani. Kendati pendidikan
formal petani masih rendah, peningkatan wawasan petani khususnya pengetahuan dan informasi teknologi pertanian dapat dilakukan melalui pelatihan – pelatihan
yang diberikan kepada petani. Jenis dan bentuk pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan petani. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa tidak semua
petani memperoleh kesempatan dalam mengikuti diklat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik yang diadakan oleh pemerintah maupun fihak
lain.
Tabel 21 . Karakteristik Petani di Kabupaten Pelalawan, Kampar dan Kota Pekanbaru Tahun 2008
No Aspek Uraian
Pelalawa n
Kampar Pekanbaru a.
Umur thn
25 17 7
9 25 – 55
39 55
31 55 44
38 60
b. Pendidikan