pendekatan WKPP berdasarkan hamparan dan domisili petani perlu ditinjau kembali. Mengkombinasikan luas hamparan dan domisili melalui kesamaan unit
produksi dan kesamaan jenis komoditas hasil pertanian unggulan spesifik lokalita merupakan salah satu alternatif pendekatan yang perlu dipertimbangkan.
Restruturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian telah menyebabkan perubahan terhadap sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian yaitu
perubahan terhadap mekanisme dan manajemen penyuluhan. Fungsi pelayanan dan fungsi pengaturan masih mendominasi sistim kerja penyuluhan. Berdasarkan
kondisi tersebut, terdapat dua hal penting yang perlu dipikirkan dan dilaksanakan dengan baik agar penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan
dimasa depan dapat berjalan dengan efektif secara berkelanjutan. Dua hal penting itu adalah : 1 dibangunnya sistem penyuluhan yang komprehensif, dan 2
diadopsinya pengembangan program-program penyuluhan yang berbasis penelitian dan ilmu pengetahuan.
5.3. Dampak Penyelenggaraan Penyuluhan Terhadap Kinerja Penyuluh dan Tingkat Penerapan Teknologi
5.3.1. Karakteristik Penyuluh.
Penyuluh pertanian memiliki umur berkisar antara 33 tahun sampai 41 tahun Tabel 19. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh masih cukup lama dapat
berkarir dan mengembangkan profesinya dibidang penyuluhan. Jika usia fungsional penyuluh sampai 60 tahun maka penyuluh masih dapat berkarya
sekitar 30 tahun lagi. Dilihat dari pendidikan formal penyuluh ternyata sekitar 50 penyuluh berpendidikan setingkat SLTA, 20 berpendidikan setingkat
Diploma 3 dan 30 berpendidikan S1. Cukup banyaknya penyuluh yang telah menempuh pendidikan S1 disebabkan adanya kualifikasi penyuluh dari Badan
Sumber Daya Pertanian yang menghendaki penyuluh berpendidikan dasar S1 dalam rangka peningkatan karir keprofesionalitasan. Sehubungan dengan hal
tersebut, Balai Pelatihan Pertanian telah membuka perkuliahan bagi penyuluh yang mau meningkatkan jenjang pendidikannya. Dari program tersebut yang telah
selesai dilaksanakan selama 7 terakhir, maka didapatkan lebih dari 50 penyuluh telah menamatkan pendidikan S1.
Pendidikan non formal yang diikuti oleh penyuluh, menunjukkan bahwa bahwa frekuensi latihan yang diikuti dalam 3 tahun terakhir berkisar dari 3 – 5
kali. Pendidikan non formal merupakan sarana bagi penyuluh dalam meningkatkan kualitas diri. Dari latihan – latihan yang diikuti oleh penyuluh akan
dapat menambah wawasan penyuluh terutama dalam menerima informasi teknologi baru yang akan di berikan kepada petani binaannya. Mengingat
tingginya aksesibilitas petani terhadap keterdedahan sumber informasi teknologi baru akibat modernisasi saat ini menyebabkan petani lebih mudah mencari
sumber-sumber informasi teknologi termasuk media elektronik dan media cetak. Berkaitan dengan hal tersebut maka penyuluh sebagai agen pembaharu bagi petani
dan ujung tombak dari pelaksanaan program pemerintah, memerlukan pembekalan yang cukup sehingga wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya
lebih luas dan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi petani dengan cepat dilapangan.
Bidang tanaman pangan merupakan bidang keahlian dominan yang dimiliki penyuluh di kabupaten Kampar dan Pelalawan. Penyuluh yang memiliki
latar belakang ilmu peternakan dan perikanan relatif lebih sedikit. Agar penyuluh memiliki pengetahuan yang memadai di luar bidang keahliannya, maka perlu
dilakukan pembekalan berupa latihan atau diklat sehingga wawasan dan pengetahuannya lebih meningkat. Hal ini perlu dilakukan karena petani sebagai
binaannya penyuluh tidak hanya melakukan satu cabang usahatani tetapi berbagai jenis usahatani baik pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Penyuluh yang memiliki jabatan fungsional Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan IIIb mencapai 30 persen , sedangkan penyuluh yang menduduki
jabatan fungsional Penyuluh Pertanian Madya IVa kurang dari 1 persen . Penyuluh mengemukakan bahwa kondisi ini disebabkan bahwa proses kenaikan
pangkat penyuluh cukup panjang dan rumit. Selain itu nilai angka kredit yang sangat kecil juga merupakan hambatan bagi penyuluh dalam pengumpulan angka
kredit. Oleh karena itu banyak diantara penyuluh yang kurang termotivasi dalam
meningkatkan jenjang jabatannya. Tabel 19. Karaktristik Penyuluh di Kabupaten Pelalawan, Kampar dan
Kota Pekanbaru Tahun 2008 No
Aspek Uraian Pelalawa
n Kampar Pekanbaru
a. Rataan Umur thn