Pertanian Nasional yaitu terdiri dari para pakar danatau praktisi yang mempunyai keahlian dan kepedulian dalam bidang penyuluhan atau pembangunan pedesaan.
c. Kelembagaan di KabupatenKota
Kelembagaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di KabupatenKota berbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan. Untuk menetapkan kebijakan dan
strategi penyuluhan kabupatenkota, bupatiwalikota dibantu oleh Komisi Penyuluhan KabupatenKota yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
BupatiWalikota. Komisi Penyuluhan Pertanian KabupatenKota bertugas memberikan
masukan kepada BupatiWalikota sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi penyuluhan kabupatenkota. Keanggotaannya terdiri dari para pakar
danatau praktisi yang mempunyai keahlian dan kepedulian dalam bidang
penyuluhan atau pembangunan pedesaan. d.
Kelembagaan di Kecamatan
Kelembagaan penyuluhan pertanian di kecamatan adalah Balai Penyuluh Pertanian . BPP merupakan instalasisub ordinat dari kelembagaan penyuluhan
pertanian kabupatenkota. Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan pertanian BPP dibantu oleh Tim Penyuluh Pertanian.
Tim ini terdiri dari Penyuluh Pertanian PPL, Petani Pemandu, LSM, Mantri Tani, Mantri Kesehatan Hewan dan Teknisi pertanian lapangan lainnya.
e. Kelembagaan di Desa
Kelembagaan penyuluhan pada tingkat desakelurahan berbentuk pos penyuluhan desakelurahan yang bersifat non structural.
Amanat UU No.162006 menurut Slamet 2008 bertabrakan dengan PP 82003 tentang struktur pemerintah daerah yang membatasi jumlah institusidinas
di daerah, meskipun PP tersebut sudah diubah dengan PP 412007, tetap saja menyisakan kendala bagi dibentukanya Badan Koordinasi Penyuluhan di tingkat
propinsi, dan lahirnya Badan Pelaksana Penyuluhan di tingkat kabupatenkota. Selain kelembagaan penyuluhan pertanian, ada juga sektor lain yang memerlukan
adanya institusi tambahan di daerah. Dengan berlakunya otonomi daerah, penyelenggaraan penyuluhan
pertanian yang menyangkut aspek-aspek perencanaan, ketenagaan, program, manajemen, dan pembiayaan menjadi kewenangan bersama Pemerintah, provinsi,
Kabupatenkota, Petani dan Swasta. Kondisi ini memberi kewenangan yang lebih luas kepada Provinsi dan KabupatenKota untuk menyelenggarakan penyuluhan
pertanian sesuai dengan kebutuhan lokalita, sedangkan pemerintah mempunyai kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan koordinasi
penyelenggaraan penyuluhan pertanian Departemen Pertanian, 2006. Dengan kata lain, pelaksanaan kelembagaan penyuluhan dapat ditinjau dari aspek
perencanaan, ketenagaan, penyelenggaraan dan pendanaan. Kebijakan pembangunan pertanian pada era desentralisasi ini adalah
mewujudkan pertanian yang tangguh dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta
peningkatan kesejahteraan petani. Kebijakan ini menghendaki perubahan pendekatan penyuluhan pertanian dari pendekatan produksi ke pendekatan
agribisnis. Kebijakan ini juga mensyaratkan dikembangkannya jaringan
kerjasama di antara pelaku agribisnis, penyuluhan pertanian, peneliti, pendidikan dan pelatihan Hafsah, 2006
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, ada dua hal penting yang perlu dipikirkan dan dilaksanakan dengan baik agar penyuluhan di bidang pertanian,
perikanan dan kehutanan dimasa depan dapat berjalan dengan efektif secara berkelanjutan. Dua hal penting itu adalah : 1 dibangunnya sistem penyuluhan
yang komprehensif, dan 2 diadopsinya pengembangan program-program penyuluhan yang berbasis penelitian dan ilmu pengetahuan Slamet, 2008.
Pada UU No.162006 pasal 6 tercantum kebijakan system penyuluhan yaitu : 1 Kebijakan penyuluhan ditetapkan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan asas dan tujuan system penyuluhan; 2 Dalam menetapkan kebijakan penyuluhan sebagaimana
dimaksud pada point terdahulu, pemerintah dan pemerintah daerah memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a penyuluhan dilaksanakan secara
terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan; b penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama danatau
warga masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama, yang dilaksanakan secara terintegrasi
dengan program pada tiap-tiap tingkat admnistrasi pemerintah. Seyogyanya dalam konteks otonomi daerah, pemerintah mesti
melandaskan moral pembangunannya pada keberpihakan ekonomi rakyatnya. Pemberdayaan dilakukan dalam segala aspek yang selama ini dianggap kritis
dalam pengembangan ekonomi rakyat, meliputi 1 pemberdayaan sumberdaya manusia sebagai pelaku ekonomi rakyat; 2 pemberdayaan sumberdaya alam
berkelanjutan dan menjamin redistribusi secara merata serta hak kepemilikan rakyat atas sumberdaya alam; 3 pemberdayaan keuangan untuk membuka akses
pendanaan, 4 pemberdayaan kelembagaan untuk menguatkan institusi rakyat agar mampu mengorganisir diri dan komunitasnya dalam sebuah institusi yang berdaya
dan berkelanjutan.
2.3. Penyuluhan dan Penyuluh Pertanian 2.3.1. Penyuluhan Pertanian