Penyuluhan dan Penyuluh Pertanian 1. Penyuluhan Pertanian

berkelanjutan dan menjamin redistribusi secara merata serta hak kepemilikan rakyat atas sumberdaya alam; 3 pemberdayaan keuangan untuk membuka akses pendanaan, 4 pemberdayaan kelembagaan untuk menguatkan institusi rakyat agar mampu mengorganisir diri dan komunitasnya dalam sebuah institusi yang berdaya dan berkelanjutan. 2.3. Penyuluhan dan Penyuluh Pertanian 2.3.1. Penyuluhan Pertanian Ilmu penyuluhan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana pola perilaku manusia dibentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau diubah, sehingga membawa pada perubahan kualitas kehidupan orang yang bersangkutan Slamet, 1992. Sebagai suatu disiplin ilmu, penyuluhan memulai proses perkembangannya dengan meminjam dan merangkum konsep-konsep ilmiah dari berbagai disiplin ilmu lain yang relevan, seperti ilmu pendidikan, psikologi, antropologi, sosiologi, psikologi sosial dan manajemen. Penyuluhan selalu menitik-beratkan pada perbaikan kualitas kehidupan manusia, lahir dan batin, sehingga kegiatan yang dilakukan akan selalu berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain seperti pertanian, kesehatan dan ilmu-ilmu kesejahteraan sosial lainnya. Jadi sebagai ilmu, penyuluhan bersifat interdisipliner. Hal ini berkaitan erat dengan praktek penyuluhan di lapangan yang menuntut pendekatan interdisipliner. Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia terjadi karena ditopang oleh penggunaan pendekatan interdisipliner ilmu-ilmu pertanian, ekonomi, sosiologi dan komunikasi seperti yang terangkum dalam ilmu penyuluhan Slamet, 1992 Ilmu penyuluhan pada awal kegiatannya disebut dan dikenal sebagai Penyuluhan Pertanian Agricultural Extension, terutama di Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Kemudian ternyata berkembang penggunaannya bidang- bidang lain maka berubah namanya menjadi “Extension Education”, dan di beberapa negara lain disebut “Development Communication”. Meskipun antara tiga istilah itu ada perbedaan, namun pada dasarnya semua mengacu pada disiplin ilmu yang sama. Penyuluhan sebagai proses pendidikan, maka penyuluh harus dapat membawa perubahan manusia dalam hal aspek-aspek perilaku baik pengetahuan maupun ketrampilannya. Penyuluhan sebagai proses demokrasi, maka penyuluhan harus mampu mengembangkan suasana bebas, untuk mengembangkan kemampuan masyarakat. Penyuluh harus mampu mengajak sasaran penyuluhan berfikir, berdiskusi, menyelesaikan masalahnya, merencanakan dan bertindak bersama-sama di bawah bimbingan orang-orang di antara mereka. Sebagai proses yang kontiniu, penyuluhan harus dimulai dari keadaan petani pada waktu itu ke arah tujuan yang mereka kehendaki berdasarkan kepada kebutuhan dan kepentingan yang senantiasa berkembang yang dirasakan oleh sasaran penyuluhan. Bila penyuluh melihat adanya kebutuhan, tetapi kebutuhan itu belum dirasakan oleh sasaran penyuluhan, padalah kebutuhan tersebut dinilai sangat vital dan mendesak, maka penyuluhan perlu berusaha terlebih dahulu untuk menyadarkan sasaran akan kebutuhan yang tersebut unfelt need menjadi kebutuhan yang dirasakan oleh sasaran felt need Menurut Mardikanto 1991, penyuluhan pertanian adalah suatu system pendidikan bagi masyarakat petani untuk membuat mereka tahu, mau dan mampu berswadaya melaksanakan upaya peningkatan produksi, pendapatankeuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga masyarakatnya. Sedangkan menurut AW.Van den Ban dan Hawkins 1999, penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. UU No. 162006, mendefenisikan bahwa penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama petani- nelayan serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestrasian fungsi lingkungan hidup. Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan agar dapat berlangsung efektif dan efisien, maka terlebih dahulu harus dipahami falsafah penyuluhan. Falsafah penyuluhan menurut Suhardiyono 1990 yang merupakan dasar dalam bekerja dilandasi oleh tiga hal yaitu : 1 penyuluhan merupakan suatu proses pendidikan, 2 penyuluhan merupakan proses demokrasi dan c penyuluhan merupakan proses yang terus menerus. Artinya, penyuluhan merupakan proses pendidikan yang membawa perubahan yang diharapkan oleh seseorang ataupun masyarakat, dengan cara tidak memaksakan sesuatu kepada masyarakat tani tersebut dan dilakukan secara terus menerus. Kemudian dalam melaksanakan penyuluhan, harus ada prinsip-prinsip yang menjadi pegangan kerja atau sebagai panduan dalam merencanakan pemecahan masalah secara efektif guna membantu masyarakat pedesaan. Prinsip- prinsip penyuluhan menurut Valera, dkk 1987 adalah : 1 penyuluhan bekerja dengan klien, bukan untuk klien, 2 penyuluhan harus bekerjasama dan melakukan koordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya, 3 penyuluhan adalah pertukaran informasi yang bersifat dua arah, 4 penyuluhan bekerja dengan kelompok-kelompok sasaran yang berbeda-beda di masyarakat, dan 5 masyarakat harus ikut serta dalam semua aspek-aspek kegiatan pendidikan dari penyuluhan. Menurut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto 1991, setidak- tidaknya ada 12 prinsip penyuluhan yang penting diperhatikan penyuluh dalam bertugas yaitu : 1 Minat dan Kebutuhan, artinya, penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat. 2 Organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluhan harus mampu menyentuh organisasi masyarakat sasaran, keluarga atau kerabatnya. 3 Keragaman budaya, artinya penyuluh harus menyadari adanya keragaman budaya memerlukan keragaman pendekatan. 4 Perubahan budaya, artinya kegiatan penyuluhan perlu dilaksanakan dengan bijak karena akan menimbulkan perubahan budaya. 5 Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan harus mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk bekerjasama dalam merencanakan dan melaksanakan program penyuluhan 6 Demokrasi dalam penerapan ilmu, penyuluhan harus selalu member kesempatan kepada masyarakat sasaran untuk ikut memutuskan tujuan, alternative pemecahan masalah dan metode apayang digunakan dalam penyuluhan. 7 Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluhan harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil bekerja atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan. 8 Penggunaan metoda yang sesuai, artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan metoda yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi dan social budaya 9 Kepemimpinan, kartinya penyuluhan harus mampu mengembangkan kepemimpinan, teutama mampu menumbuhkan pemimpin-pemimpin local untuk membantu kegiatan penyuluhan itu sendiri. 10 Spesialis yang terlatih, artinya penyuluh harus orang yang terlatih khusus dan benar-benar menguasai sesuatu yang sesuai dengan fungsi seorang penyuluh. 11 Segenap keluarga, artinya penyuluhan harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial. 12 Kepuasan, artinya penyuluhan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan. Kepuasan akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran pada program-program penyuluhan. Undang-undang No. 16 Tahun 2006 pasal 3 menyatakan bahwa penyuluhan bertujuan mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan. Namun lebih jauh, Tedjokoesoemo 1996 berpendapat penyelenggaraan penyuluhan pertanian pada dasarnya mempunyai keluaran output yang tidak sama pada berbagai tingkat yaitu lapangan, kecamatan, kabupatenkota, provinsi dan pusat serta untuk berbagai kategori petani nelayan. Kendati mempunyai keluaran yang berbeda, penyelenggaraan penyuluhan pertanian ditujukan untuk menolong petani nelayan agar mampu melakukan identifikasi dan analisis masalah, serta memecahkan berbagai masalah yang menyangkut usahataninya sebagai bagian dari sistem agribisnis sehingga menghasilkan perilaku professional dalam bentuk antara lain : 1 perilaku usahawan yang rasional dalam pengambilan keputusan usaha yang didasarkan atas permintaan pasar dan saluran pemasaran yang tepat; 2 pengelolaan usaha yang efisien disertai kemampuan bekerjasama di antara sesama petani nelayan atau antara petani nelayan dan pengusaha agroindustri serta sektor ekonomi pedesaan lainnya; 3 kepemimpinan yang berkembang secara mandiri ke arah berkembangnya sistem pengguna aktif berbagai peluang dan informasi usaha yang tersedia; 4 usaha yang berorientasi pelestarian sumberdaya alam sehingga mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan; 5 penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relative cepat melalui kemandirian dalam mencari, menganalisa, dan mengambil keputusan atas informasi yang tersedia, serta 6 kepedulian terhadap masalah ketahanan pangan di tingkat keluarga, masyarakat dan nasional. Misi pokok penyuluhan pertanian menurut Tedjokoesoemo 1996, hanya ada 2 dua hal yaitu 1 pengembangan sumberdaya manusia dan 2 alih teknologi. Kedua misi pokok ini merupakan peranan-peranan yang perlu dilaksanakan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan sektor pertanian. Pengembangan sumberdaya manusia berintikan pada pengembangan perilaku dan kemampuan serta pendayagunaan kemampuan-kemampuan yang telah dikembangkan ke dalam upaya peningkatan pendapatan, kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, kesehatan lingkungan serta kelangsungan pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan menurut Mardikanto 1991 dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku petani sasarannya, baik yang menyangkut : pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya. Yang kesemuanya itu dapat diamati pada : a. Perubahan-perubahan pelaksanaan kegiatan bertani yang mencakup macam dan jumlah sarana produksi, serta peralatanmesin yang digunakan, maupun cara- cara atau teknik bertaninya b. Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya c. Perubahan dalam pengelolaan usaha perorangan, kelompok, koperasi, serta pengelolaan pendapatan dari usaha taninya. Disamping itu, beberapa faktor atau kekuatan–kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan yang diupayakan melalui penyuluhan pertanian, dapat terjadi karena; 1 keadaan pribadi sasaran, 2 keadaan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan budaya masyarakat, 3 macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia untuk menunjang kegiatan penyuluhan. Menurut Hafsah 2006, bahwa efektivitas penyuluhan pertanian akan sangat ditentukan oleh seberapa jauh lembaga penyuluhan diperhatikan oleh subsistem yang lain, atau mampu mengembangkan dirinya menjadi suatu kegiatan strategis. Dalam banyak hal kasus, terlihat bahwa keberhasilan penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh perhatian pengusaha atau pimpinan wilayah setempat. Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja penyuluhan pertanian RPP IPB,2005 antara lain : 1 tersusunya programa penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan petani, 2 tersusunnya rencana kerja penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing, 3 tersedianya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pengwilayahan komoditas unggulan, 4 terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani, 5 tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, kelompok usahaasosiasi petani dan usaha formal seperti koperasi, 6 terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan, 7 terwujudnya akses petani ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi pertanian dan pemasaran, 8 meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja, dan 9 meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani dimasing-masing wilayah kerja.

2.3.2. Penyuluh Pertanian

Penyuluh adalah seorang pendidik dan pembimbing masyarakat tani. Sebagai seorang mubaligh atau seorang missionair, seorang penyuluh pertanian harus mempunyai panggilan terhadap pekerjaannya, harus mempunyai cita-cita atau ideology Mardikanto, 1991. Sedangkan menurut UU No. 162006, penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Lebih lanjut, penyuluh dipilah menjadi tiga kategori yaitu : 1 Penyuluh pegawai negeri yang selanjutnya disebut Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan; 2 Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha danatau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan; dan 3 Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Penyuluh pertanian dalam memberdayakan masyarakat tani menurut Suhardiyono 1990, berperan sebagai : 1 pembimbing petani, 2 Organisator dan dinamisator petani, 3 teknisi dan 4 penghubung antara lembaga penelitian dengan petani. Kemudian Harun 1996, menyatakan peran penyuluh sebagai : 1 sumber informasi bagi petani, 2 penghubung petani kepada sumber-sumber informasi, 3 katalisator atau dinamisator di dalam mengarahkan dinamika petani atau kelompok tani untuk menciptakan suasana belajar yang diinginkan dan 4 pendidik, yang menyampaikan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya di bidang pertanian kepada petani. Sedangkan Samsudin 1987 menyatakan bahwa penyuluh berperan sebagai pemimpin, pengajar dan penasehat. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas mempunyai kesamaan dan saling melengkapi mengenai pengertian dan peranan penyuluh pertanian lapangan dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai “ujung tombak” dalam membina petani dan kelompok tani dengan baik menuju kondisi penerapan pembangunan pertanian yang lebih baik. Dalam menyampaikan informasi kepada sasaran, penyuluh hendaknya mampu melaksanakan proses belajar mengajar, selain sebagai seorang guru, hendaknya menempatkan diri sebagai teman sasaran dalam mengambil keputusan. Dalam kaitan ini penyuluh dituntut mampu berperan ganda, antara lain dengan menjalankan fungsi sebagai komunikator, pendidik dan motivator, bagi terjadinya perubahan perilaku sasaran, karena penyuluh mengkomunikasikan pesan-pesan penyuluhan kepada sasaran, dengan metode yang syarat nilai pendidikan, sehingga bertindak sebagai pendidik dengan berperan sebagai motivator bagi peningkatan kesadaran masyarakat kearah pencapaian tujuan yang diinginkan, dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu. Selain itu, penyuluh juga harus mampu melakukan pengamatan terhadap keadaan sumberdaya yang terdapat di pedesaan, memberikan contoh pemecahan masalah dari berbagai kebutuhan pokok yang dihadapi masyarakat, serta menganalisa pemecahan masalah tersebut Departemen Pertanian, 2002. Kegiatan penyuluhan akan menjadi kegiatan yang mendapat apresiasi petani bila sang penyuluh dapat memberikan informasi-informasi segar dan bermanfaat serta memberikan pencerahan dalam setiap problem usaha tani yang dilakukan oleh para petani sebagai sasaran dari penyuluhannya. Standarisasi kualitas sumberdaya manusia seorang penyuluh pertanian mutlak menjadi main point dalam perekrutan dan penempatan PPL di lapangan. Trampil memahami masalah, mengetahui kebutuhan, dan dapat memberikan solusi pada setiap permasalahan yang dialami dan ditemui oleh petani merupakan kebutuhan ideal yang harus dapat distandarkan bagi setiap PPL di lapangan Tohir, 2005 Menurut Hafsah 2006, perubahan yang paling mendasar pada penyuluhan paradigma baru adalah perubahan pengambilan keputusan sentralisasi menjadi desentralisasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program penyuluhan sebagai konsekuensi dari konsep penyuluhan desentralisasi Tabel 2. Tabel. 2. Perubahan Penyuluhan Paradigma Baru dalam Penyuluhan Pertanian. No. UNSUR PENYULUHAN LALU PENYULUHAN MASA DEPAN 1. Manajemen Sentralisasi Desentralis mengadopsi 2. Tujuan Memaksimal produksi Meningkatkan pendapatan dan kesejateraan petani 3. Pendekatan Top down Bottom Up 4. Metodologi Teknologi umum Teknologi spesifik lokasi 5. Sistem Penyuluhan Menyampaikan rekomendasi dan mengadopsi teknologi Pemberdayaan petani, petani memilih yang terbaik 6. Pola Penyuluhan - Umum - Seragam - Berorientasi sumberdaya dan sistem sosial budaya lokal - Spesifik lokasi 7. Fokus Komoditi nasional Komoditi unggulan daerah 8. Sumber Informasi - Lembaga penelitian - Lembaga pendidikan - - Petani - Sektor swasta - Lembaga pendidikan - Media informasi 9. Peran Penyuluh Pengajar Pemandu dan Pendamping 10. Kedudukan Petani Penerima pesan dan pengguna teknologi Mitra aktif dalam penyuluhan dan pengkajian teknologi 11. Program Penyuluhan Berorientasi sektoral Berorientasi kebutuhan petani dan terpadu 12. Materi Penyuluhan Paket teknologi, rekomendasi pemerintah Prinsip-prinsip, metoda informasi 13. Metoda Belajar Kuliah, demonstrasi Belajar melalui pengalaman dan penemuan 14. Pendidikan Penyuluh Berpendidikan Pertanian SPMA sederajat SMU Berpendidikan Strata Satu S1 Sumber : Hafsah 2006 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian ini menelaah diskripsi kebijaksanaan otonomi daerah dan pengaruhnya terhadap sistem penyuluhan pertanian seperti : kelembagaan penyuluhan, sIstem kerja penyuluhan pertanian, kinerja pelaku penyuluhan pertanian, tingkat penerapan teknologi petani dan produktifitas usahatani. Selain itu juga dicermati permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh akibat restrukturisasi sIstem penyuluhan pertanian serta pemecahan masalahnya secara partisipatif. Otonomi daerah mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah memiliki kekuasaan yang memadai dalam perumusan permasalahan yang dihadapi, kebutuhan serta tujuan pembangunan daerahnya. Pelaksanaan otonomi dan desentralisasi ini diharapkan akan mampu menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembangunan sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan pembagunan daerah. Gagasan paradigma pembangunan pertanian ternyata telah menimbulkan pergeseran dalam struktur kelembagaan penyuluhan pertanian. Implementasi reorientasi dan restrukturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian direspon daerah sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan daerah. Ada daerah yang masih mempertahankan pranata kelembagaan penyuluhan pertanian sebelum otonomi daerah dan ada yang memformulasikannya dalam bentuk yang baru. Apapun model kelembagaan penyuluhan pertanian yang dikembangkan, tujuan akhirnya adalah percepatan proses alih teknologi inovasi dari penyuluh sebagai agen pembaharu change agent kepada petani sebagai pelaku utama usahatani. Pendekatan alih teknologi atau pendekatan penyuluhan extention approach diartikan sebagai suatu model aksi yang terdapat dalam sebuah sistem tertentu, yang menyangkut aspek struktur, kepemimpinan, program, sumber daya serta keterkaitan. Secara operasional sebuah pendekatan penyuluhan mempersoalkan bagaimana pemilihan petani yang akan dijadikan target audience, bagaimana pemenuhan sumberdaya sekaligus alokasinya, metodologi sistem kerja apa yang dipilih serta perkiraan hasil dan dampak kegiatan penyuluhan itu sendiri nantinya. Keefektifan dan keberlanjutan interaksi antara pengambil kebijakan, penyuluh dan petani dipengaruhi beberapa variabel seperti : 1 kelembagaan, 2 ketenagaan, 3 penyelenggaraan dan 4 pendanaan . Sejalan dengan keragaman bentuk kelembagaan penyuluhan pertanian, ternyata telah ikut merubah sistem kerja penyuluhan pertanian dan kinerja petugas penyuluh pertanian didaerah. Kinerja penyuluh merupakan kemampuan penyuluh mematuhi jam kerja dan ketepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Sehingga kondisi ini mempengaruhi kompetensi dan pemberdayaan petani yang dapat dilihat dari tingkat adopsi teknologi dan inovasi, yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas dan pendapatan yang diterima oleh petani Gambar 1 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Kelembagaan Penyuluhan di Provinsi Riau Keterangan : tidak dibahas dalam penelitan KEBIJAKSANAAN OTDA KELEMBAGAAN PENYULUHAN SISTEM PENYULUHAN SISTEM KERJA PENYULUHAN KINERJA PENYULUHAN KOMPETENSI DAN PEMBERDAYAAN PETANI PRODUKTIFITAS DAN PENDAPATAN PETANI

III. METODOLOGI KAJIAN