Persepsi petani tentang Sistim LAKU Latihan dan Kunjungan dapat menggambarkan sejauh mana pandangan petani tentang sistem kerja yang
diterapkan oleh Penyuluh Pertanian dalam upaya perbaikan kualitas petani dan usahataninya sehingga model dan metode penyuluhan dapat disesuaikan dengan
perkembangan petani disuatu wilayah. Dari Tabel 22 yaitu persepsi petani tentang sistem LAKU menjelaskan
bahwa ; a. Lebih dari 50 petani menyatakan bahwa sistem LAKU mempercepat proses
adopsi teknologi; sekitar 30 petani menyatakan bahwa adopsi teknologi tidak hanya dari pembinaan penyuluh tetapi diperoleh dari sumber-sumber
lain ; seperti pengujian yang dilakukan oleh agen-agen tertentu dalam rangka mempromosikan produknya, dari pertukaran informasi antar petani dan dari
media lainnya seperti televisi dan media cetak. Sekitar 7 petani menyatakan tidak setuju karena tidak sampainya pembinaan oleh penyuluh kepada mereka.
b. Lebih dari 50 petani menyatakan bahwa sistem LAKU memperbaiki manajemen usahatani. Sekitar 25 petani menyatakan bahwa perbaikan
manajemen usahatani tidak hanya dari sistem LAKU tetapi dari tukar pengalaman dengan kelompok tani lainnya atau pembinaan yang dilakukan
oleh lembaga lainnya seperti BPTP, LSM ,dll.
Tabel 22. Persepsi Petani tentang Sistem LAKU Latihan dan Kunjungan dan Tingkat Penerapan Teknologi
No Aspek Uraian Kampar
Pekanbaru Pelalawan
a.
Percepatan proses adopsi teknologi Setuju 70
65 71
Kurang setuju 28
28 20
Tidak setuju 2
7 9
b. Transfer teknologi baru
Setuju 81 79
75
Kurang setuju 16
19 19
Tidak setuju 3
2 6
c. Pembinaan manajemen usahatani
Setuju 72
59 66
Kurang setuju
12 30
19 Tidak
setuju 16
11 15
d. Peningkatan Pendapatan usahatani
Setuju 62
55 70
Kurang setuju
27 33
21 Tidak
setuju 11
12 9
e.
Fasilitator petani dengan pemerintah Setuju
81 69
81 Kurang
setuju 17
30 17
Tidak setuju
2 1
2
f. Tkt. Penerapan teknologi
usahatani Sesuai
anjuran 57
33 47
Kurang sesuai anjuran 39
56 39
Tidak sesuai anjuran 4
11 14
Keterangan: Angka dalam tabel adalah persentase pernyataan responden Petani
c. Lebih dari 50 petani menyatakan bahwa sistem LAKU meningkatkan pendapatan usahatani, karena informasi teknologi inovasi yang disampaikan
bila diterapkan oleh petani akan meningkatkan pendapatan petani.; Sekitar 30 petani menyatakan bahwa peningkatan pendapatan petani tidak hanya dari
pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh tetapi dari nilai produk yang dihargai dipasar, produktifitas yang dihasilkan dan biaya usahatani yang
dikeluarkan. d. Lebih dari 70 petani menyatakan bahwa sistem LAKU merupakan
fasilitator petani dengan pemerintah karena melalui penyuluh petani dapat melaksanakan program pemerintah yang di alokasikan kepada
petanikelompok tani. Sekitar 20 petani menyatakan bahwa fasilitator dengan pemerintah tidak hanya penyuluh tetapi dapat juga dilakukan oleh
kontak tani, Ketua kelompok tani atau aparat desa.
Pemberdayaan atau komptensi penyuluh dan petani dapat diwujudkan pada tingkat penerapan teknologi usaha tani. Tingkat penerapan teknologi
usahatani menggambarkan seberapa jauh petani telah menerapkan teknologi introduksi Ekalinda, 1999. Dilihat dari tingkat penerapan teknologi usahatani,
pada umumnya petani belum menerapkan teknologi sesuai introduksi, artinya hanya sebagian komponen teknologi usahatani yang diadopsi oleh petani.
Menilik dari kondisi tersebut, maka implementasi penyuluhan yang dapat diterapkan oleh penyuluh dilapangan adalah memberikan informasi teknologi
inovasi yang lebih diarahkan pada metode praktek lapangan daripada teori, dimana petani yang telah cukup berpengalaman dengan tingkat pendidikan yang
masih rendah lebih mudah menerima melalui penglihatan dibanding mendengar. Uji coba hasil-hasil penelitian melalui petak-petak percontohan dan mengikut
sertakan petani secara partisipatif di lahan usaha taninya merupakan salah satu upaya yang efektif dalam memberikan informan teknologi baru kepada petani.
Peningkatkan efektifitas pembinaan kepada kelompok tani sasaran, maka jumlah kelompok binaan untuk setiap penyuluh diperkecil jumlahnya, idealnya
satu orang penyuluh membina 7 – 10 kelompok tani sehingga dalam satu bulan setiap kelompok tani dapat dikunjungi 3 - 4 kali. Fungsi penyuluh bagi petani
tidak hanya mengawal teknologi yang akan diadopsi tetapi juga merupakan nara sumber bagi petani terutama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
petani. Beberapa orang petani yang diwawancarai menginginkan agar kegiatan penyuluhan pertanian dapat dikembalikan seperti sebelum otonomi dahulu,
sehingga mereka lebih banyak dapat binaan dan bimbingan dari para penyuluh pertanian.
5.3.5. Ikhtisar
Perubahan terhadap kelembagaan akan berpengaruh terhadap kinerja penyuluh dan tingkat penerapan tekonologi oleh petani. Penyuluh Pertanian
Lapangan PPL sebagai personal yang langsung melaksanakan tugas-tugas penyuluhan sangat menentukan keberhasilan fungsi penyuluhan. Kinerja
penyuluh pada kelembagaan penyuluhan pertanian di kabupaten Kampar menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding penyuluh di kabupaten Pelalawan
dan kota Pekanbaru. Kondisi ini memberikan gambaran yang lebih baik terhadap tingkat penerapan teknologi usaha tani.
Implementasi penyuluhan yang dapat diterapkan oleh penyuluh dilapangan adalah memberikan informasi teknologi inovasi yang lebih diarahkan pada metode
praktek lapangan dibanding teori, dimana petani yang telah cukup berpengalaman dengan tingkat pendidikan yang masih rendah lebih mudah menerima melalui
penglihatan dibanding mendengar. Uji coba hasil-hasil penelitian melalui petak- petak percontohan dan mengikut sertakan petani secara partisipatif di lahan
usahataninya merupakan salah satu upaya yang efektif dalam memberikan informasi teknologi baru kepada petani.
Sistem LAKU mengindikasikan bahwa sistem LAKU yang merupakan sistem kerja penyuluh pertanian dapat mempercepat proses adopsi teknologi,
transfer teknologi baru, pembinaan manajemen usahatani, peningkatan pendapatan usahatani dan dapat menjembatani kepentingan petani untuk diakomodir oleh
pemerintah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penyuluh sebagai agen pembaharu di tingkat petani perlu di tingkatkan wawasan dan pengetahuannya
baik secara teknis yang berkaitan dengan komoditas usahatani yang menyangkut
informasi teknologi inovasi, inovasi kelembagaan dan program disetiap Dinas sub
sektor pertanian. 5.4.
Strategi Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian
Untuk menentukan alternatif strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan di Provinsi Riau digunakan analisis faktor internal dan eksternal yang
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT strenght, weakness, opportunities, threats dan untuk menentukan prioritas strategi
digunakan analisis quantitative strategic planning matrix QSPM.
5.4.1. Analisis Evaluasi Faktor Internal Eksternal Pengembangan
Kelembagaan Penyuluhan Pertanian.
Identifikasi masalah dari hasil pengamatan, kuesioner dan wawancara dengan responden di lapangan, diperoleh beberapa faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di provinsi Riau dapat dituangkan dalam sebuah matriks IFEEFE yang dapat
membantu sebagai solusi alternatif strategi yang akan dibuat dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian. Penilaian keterkaitan
identifikasi pada matriks IFEEFE ini dilakukan dengan cara pembobotan, pemberian rating dan adanya skor nilai yang berpengaruh kepada kekuatan,
kelemahan, peluang ataupun ancaman yang terdapat pada kajian ini.
Tabel 23. Matriks IFE Internal Factor Evaluation Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Riau
No Faktor Internal
Bobot Rating
Bobot x Rating
Kekuatan Strengths 1.666
2. PERDA Kelembagaan
Penyuluhan 0.076 4 0.304
2. Lembaga Peneliti dan
Pelatihan Pertanian 0.098 3 0.294
3. Penghargaan terhadap
penyuluh berpretasi 0.119 3 0.357
4. Insentif yang memadai bagi
pegawai penyuluh 0.119 3 0.357
5. Tersedianya sarana
komunikasi bagi penyuluh dan stake holder PEDA
0.118 3 0.0354
Kelemahan 1.567
1. Koordinasi antar
subsektor lemah
0.095 3 0.285 2.
Kuantitas dan Kualitas PPL terbatas
0.102 3 0.306 3.
Sarana dan prasarana PPL terbatas
0.116 3 0.348 4.
Anggaran APBD terbatas 0.085
4 0.340
5. Perbedaan persepsi
keberadaan kelembagaan penyuluhan
0.072 4 0.288
J u m l a h 1.00
3.233
Sumber : Data Primer diolah Hasil akhir analisis matriks IFE Tabel 23 untuk elemen kekuatan dan
kelemahan diperoleh dari indeks akumulatif skor kekuatan sebesar 1.666, sedangkan nilai akhir bobot internal adalah sebesar 3.233. Hal ini menunjukkan
bahwa responden memberikan pandangan yang cukup tinggi pada faktor kekuatan dan respon yang relatif kecil untuk faktor kelemahan. Sedangkan untuk total nilai
bobot skor faktor strategis internal sebesar 3.233. Melihat hasil tersebut, menunjukkan pengembangan kelembagaan penyuluhan di Provinsi Riau diatas
rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhannya, maka dapat dikatakan bahwa pengembangan kelembagaan penyuluhan di Provinsi Riau mampu
memanfaatkan kekuatan yang dimiki dan mampu mengatasi kelemahan yang ada. Matriks EFE External Factor Evaluation menggambarkan apa dan
bagaimana faktor eksternal yang terdapat pada sebuah organisasi, sehingga dapat membuat keputusan alternatif strategi solusi agar organisasi dapat berjalan
dengan baik. Matriks EFE mempunyai nilai yang dibobot antara nilai 0,0 tidak
penting sampai dengan 1,0 terpenting, bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar dapat berhasil dalam organisasi dengan baik. Nilai
ratingperingkat dalam EFE antara nilai 1 ancaman utama sampai dengan nilai 4 peluang utama dengan jumlah skor 2,5.
Hasil akhir analisis matriks EFE Tabel 24 untuk elemen peluang diperoleh dari nilai indeks kumulatif skor sebesar 1.543, sedangkan nilai akhir
bobot skor untuk elemen ancaman sebesar 1.258. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang cukup tinggi pada faktor peluang dan respon
yang lebih kecil terhadap faktor ancaman. Untuk total nilai bobot skor untuk faktor strategis eksternal sebesar 2.801. Melihat hasil analisis tersebut, dengan
nilai bobot skor untuk elemen peluang lebih besar dari bobot skor elemen ancaman, maka pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi
Riau sangat prospektif sekali karena mampu memanfaatkan peluang sebaik mungkin. Hal ini, menunjukkan bahwa dalam kajian ini kekuatan eksternal ini
memiliki posisi yang kuat karena dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan pengaruh negatif dari kekuatan eksternal.
Tabel 24 . Matriks EFE External Factor Evaluation Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Riau
No Faktor Eksternal
Bobot Rating
Bobot x Rating
Peluang Opportunities 1.543
1. UU N0.16 Tahun 2006 tentang
Penyuluhan Pertanian 0.079 4 0.316
2. PP 41 Tahun 2007 tentang
Struktur Organisasi Daerah 0.097 3 0.291
3. Permenpan No.
PER02MENPAN22008 Tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya serta adanya
0.076 3 0.228
Peningkatan Kompetensi Profesionalisme PPL
4. Penghargaan terhadap
penyuluh berprestasi di tk. Nasional
0.111 3 0.333
5. Tersedianya sarana
komunikasi bagi penyuluh dan stake holder tingkat Nasional
PENAS 0.125 3 0.375
Ancaman Threats 1.258
1. Alih fungsi profesi penyuluh
0.125 3
0.375 2. Inkonsistensi
peraturan perundangan
0.109 3 0.327 3.
Tumpang tindih program intansi terkait
0.134 2 0.268 4. Rendahnya
minat masyarakat
terhadap sektor pertanian 0.144 2 0.288
J u m l a h 1.00
2.801
5.4.2. Analisis SWOT Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian
Pada strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian ditemukan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
berpengaruh terhadap peran dan perkembangan pelaksanaan kegiatan. Berikut ini adalah rumusan strategi yang dihasilkan dari analisis internal dan eksternal, yaitu :
a. Strategi S-O Strengths – Opportunities Kekuatan yang dimiliki untuk pengembangan kelembagaan penyuluhan
pertanian adalah adanya PERDA kelembagaan penyuluhan, adanya lembaga penelitian dan pelatihan pertanian, penghargaan terhadap penyuluh berprestasi,
terdapatnya insentif yang memadai bagi pegawaipenyuluh, serta tersedianya sarana komunikasi bagi penyuluh dan stakeholder PEDA.
Peluang yang dimiliki dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian adalah adanya UU No. 16 2006 tentang sistem penyuluhan, adanya PP
42 2007 tentang SOTK daerah, adanya Permenpan No. PER02MENPAN2 2008 tentang jabatan fungsional PPL dan kompetensi serta profesionalisme.
Selain itu terdapatnya penghargaan terhadap aparat yang berjasa dalam pembangunan penyuluhan didaerah, serta tersedianya sarana komunikasi bagi
penyuluh dan stake holder di tingkat nasional PENAS. b. Strategi W-O Weaknesses – Opportunities
Kelemahan yang ada pada pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi Riau adalah koordinasi antar subsektor yang masih lemah,
kuantitas dan kualitas PPL terbatas, sarana dan prasarana PPL terbatas, anggaran APBD terbatas serta perbedaaan persepsi keberadaan kelembagaan penyuluhan.
Sedangkan peluang yang dimiliki dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian adalah adanya UU No. 16 2006 tentang sistem
penyuluhan, adanya PP 42 2007 tentang SOTK daerah, adanya Permenpan No. PER02MENPAN2 2008 tentang jabatan fungsional PPL dan kompetensi serta
profesionalisme. Selain itu terdapatnya penghargaan terhadap aparat yang berjasa dalam pembangunan penyuluhan didaerah, serta tersedianya sarana komunikasi
bagi penyuluh dan stakeholder di tingkat nasional PENASTabel.25
Tabel 25 . Matriks SWOT Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats
IFE Internal Factor Evaluation
EFE External Factor
Evaluation
KEKUATAN S
1. PERDA kelembagaan Penyuluhan.
2. Lembaga Peneliti dan Pelatihan Pertanian
3. Penghargaan terhadap penyuluh berprestasi
4. Insentif yang memadai bagi pegawai
penyuluh 5. Tersedianya sarana
komunikasi bagi
KELEMAHAN W
1. Koordinasi antar subsektor lemah
2. Kuantitas dan kualitas PPL terbatas
3. Sarana dan prasarana PPL terbatas
4. Anggaran APBD terbatas
5. Perbedaan persepsi keberadaan
kelembagaan
penyuluh dan stakeholder
penyuluhan
PELUANG O
1.UU No.162006 Ttg Sistem Penyuluhan
2.PP 412007 Ttg SOTK daerah
3.Permenpan No. PER02 MENPAN22008 ttg
jabatan fungsional PPl dan Kompetensi serta
Profesionalisme
4.Penghargaan terhadap penyuluh berprestasi di
tk. Nasional 5.Tersedianya sarana
komunikasi bagi penyuluh dan stake
holder tingkat Nasional PENAS
STRATEGI S-O
1. Memaksimalkan keberadaan PERDA
dengan dukungkan UU No.162006 serta PP
422007 S1, O1, O2, O3
2. Peningkatan kinerja kepala daerah untuk
memaksimalkan PERDA kelembagaan
di daerahnya S1, S2, O4
STRATEGI W-O
1. Peningkatan koordinasi antar
subsektor W1, O1, O2, O5
2. Penghargaan yang diberikan pemerintah
pusat terhadap aparatur akan mampu
mendorong aparatur di daerah untuk lebih
peduli terhadap penyuluhan W1, W2,
W5, O4, 05
ANCAMAN T
1. Alih fungsi profesi penyuluh 2. Inkonsistensi peraturan
perundangan 3. Tumpang tindih program
intansi terkait 4. Rendahnya minat masyarakat
terhadap sektor pertanian
STRATEGI S-T
1. Perkuat PERDA untuk mengatasi terjadinya alih
fungsi profesi penyuluh S1, T1,T2,T3
2. Mensosialisasikan PERDA kepada masyarakat luas
S5, T4, T1
STRATEGI W - T
1. Pembentukan badan sendiri
yang spesifik menaungi penyuluhan pertanian W1,
W2,W3, W5, T1, T2, T3.
2. Peningkatan koordinasi dan
kerjasama antar instansi terkait W1, W5, T2, T3
c. Strategi S-T Strengths – Threats Kekuatan yang dimiliki untuk pengembangan kelembagaan penyuluhan
pertanian adalah adanya PERDA kelembagaan penyuluhan, adanya lembaga penelitian dan pelatihan pertanian, penghargaan terhadap penyuluh berprestasi,
terdapatnya insentif yang memadai bagi pegawaipenyuluh, serta tersedianya sarana komunikasi bagi penyuluh dan stakeholder PEDA.
Ancaman yang terdapat pada pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian adalah alih fungsi penyuluh pertanian, inkonsistensi peraturan
perundangan, tumpang tindih program instansi terkait, dan rendahnya minat masyarakat terhadap sektor pertanian.
d. Strategi WT Weaknesses- Threats Kelemahan yang ada pada pengembangan kelembagaan penyuluhan
pertanian di Provinsi Riau adalah koordinasi antar subsektor yang masih lemah, kuantitas dan kualitas PPL terbatas, sarana dan prasarana PPL terbatas, anggaran
APBD terbatas serta perbedaaan persepsi keberadaan kelembagaan penyuluhan. Ancaman yang terdapat pada pengembangan kelembagaan penyuluhan
pertanian adalah alih fungsi penyuluh pertanian, inkonsistensi peraturan perundangan , tumpang tindih program instansi terkait, dan rendahnya minat
masyarakat terhadap sektor pertanian. Pada tabel 25 terlihat bahwa strategi yang berguna untuk menggambarkan
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi Riau adalah sebagai berikut :
1. Memaksimalkan keberadaan PERDA dengan dukungkan UU No.162006 serta PP 422007
2. Peningkatan kinerja kepala daerah untuk memaksimalkan PERDA kelembagaan di daerahnya.
3. Perkuat PERDA untuk mengatasi terjadinya alih fungsi profesi penyuluh 4. Mensosialisasikan PERDA kepada masyarakat luas
5. Peningkatan koordinasi antar subsektor
6. Penghargaan yang diberikan pemerintah pusat terhadap aparatur akan mampu mendorong aparatur di daerah untuk lebih peduli terhadap penyuluhan
7. Pembentukan badan sendiri yang spesifik menaungi penyuluhan pertanian 8. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait.
5.4.3. Tahap Keputusan Strategi
Untuk menentukan prioritas strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi Riau digunakan analisis Quantitative Strategic Planning
Matrix QSPM. QSPM adalah alat untuk memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif, berdasarkan pada faktor-fakot
kritis untuk sukses ekternal dan internal. Secara konsep QSPM menentukan daya tarik dari berbagai strategi berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor secara
kritis eksternal dan internal dimanfaatkan atau diperbaiki.
Analisis QSPM merupakan lanjutan dari analisis SWOT sebagai tahapan pengambilan keputusan untuk perumusan prioritas strategi. Dari rumusan strategi
yang diperoleh dari analisis SWOT kemudian dilakukan analisa dengan cara memberikan nilai kemenarikan relatif Attractive Score = AS pada masing-
masing faktor internal maupun eksternal. Strategi yang mempunyai total nilai kemarikan relatif Total Attractive Score = TAS yang tertinggi adalah merupakan
prioritas strategi. Setelah dilakukan perhitungan dan analisis, maka diperoleh hasil analisis QSPM dalam perumusan prioritas strategi pengembangan
kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 26.
Dari tabel 26 terlihat bahwa total nilai tertinggi pada strategi 7 membentuk badan sendiri yang spesifik menaungi penyuluhan pertanian dengan total nilai
6.347, kermudian diikuti dengan 1 Memaksimalkan keberadaan PERDA dengan dukungkan UU No.162006 serta PP 422007 dengan total nilai 5.855, 3
Penghargaan yang diberikan pemerintah pusat terhadap aparatur akan mampu mendorong aparatur di daerah untuk lebih peduli terhadap penyuluhan, 2
Penghargaan terhadap aparatur yang berjasa dalam pembangunan penyuluhan didaerah akan mendorong kepala daerah untuk memaksimalkan PERDA
kelembagaan di daerahnya .
Tabel 26. Hasil Analisis QSPM Dalam Perumusan Prioritas Stategi Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi
Riau
Alternatif Strategi Skor Peringkat
1. Memaksimalkan keberadaan PERDA dengan dukungkan UU No.162006 serta PP 412007
5.855
2
2. Peningkatan kinerja kepala daerah untuk memaksimalkan PERDA kelembagaan di daerahnya
5.389
4
3. Perkuat PERDA untuk mengatasi terjadinya alih fungsi profesi penyuluh
4.886
7
4. Mensosialisasikan PERDA kepada masyarakat luas 5.202
5
5. Peningkatan koordinasi antar subsektor 4.769
8
6. Penghargaan yang diberikan pemerintah pusat terhadap aparatur akan mampu mendorong aparatur di daerah
untuk lebih peduli terhadap penyuluhan 5.424
3
7. Pembentukan badan sendiri yang spesifik menaungi penyuluhan pertanian
6.347
1
8. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait
5.159
6
Sumber : Data Olahan 2008.
Apabila dicermati lebih lanjut bahwa dari 8 alternatif strategi tersebut dengan memperhatikan kondisi yang ada saat ini maka dapat diambil 3 tiga
prioritas strategi tertinggi dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan
pertanian di Provinsi Riau adalah: 1 membentuk badan sendiri yang spesifik menaungi penyuluhan pertanian dengan total nilai 6.347, 2 Memaksimalkan
keberadaan PERDA dengan dukungkan UU No.162006 serta PP 422007 dengan total nilai 5.855, 3 Penghargaan yang diberikan pemerintah pusat
terhadap aparatur akan mampu mendorong aparatur di daerah untuk lebih peduli terhadap penyuluhan .
5.5. Strategi dan Program Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan