Ketepatan metode penyuluhan Pembuatan perencanaan kel.tani Frekuensi LatihanPertemuan yang diikuti penyuluh di BPP

melakukan pembinaan kepada kelompok tani kondisi ini semakin dipersulit dengan tidak bermukimnya penyuluh di wilayah kerjanya. Mengingat jumlah penyuluh yang terbatas dan cukup luasnya wilayah binaan, maka pendekatan WKPP berdasarkan hamparan dan domisili petani perlu ditinjau kembali. Mengkombinasikan luas hamparan dan domisili melalui kesamaan unit produksi dan kesamaan jenis komoditas hasil pertanian unggulan spesifik lokalita merupakan salah satu alternatif pendekatan yang perlu dipertimbangkan. Tabel 18. Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Pelalawan, Kampar dan Kota Pekanbaru Tahun 2008. No Aspek Uraian Pelalawa n Kampar Pekanbaru a. Intensitas LAKU ke kel.tani binaan Setiap hari 26 41 6 Seminggu sekali 49 53 44 1 minggu 25 6 50 b. Kesesuaian materi pertemuan penyuluhan dengan urgensi masalah yg dihadapi petani Sesuai 71 78 67 Kurang sesuai 22 19 29 Tidak sesuai 7 3 4

c. Ketepatan metode penyuluhan

Tepat 71 81 79 Kurang tepat 20 15 16 Tdk tepat 9 4 5

d. Pembuatan perencanaan kel.tani

Ada 61 79 47 Tidak ada 39 21 53

e. Frekuensi LatihanPertemuan yang diikuti penyuluh di BPP

2 minggu sekali 96 52 Sebulan sekali 91 4 48 1 bulan 9 f. Kemampuan BPP dlm memecahkan masalah penyuluh dan petani Mampu 61 76 60 Kurang mampu 34 22 35 Tidak mampu 5 2 5 g Kesesuaian materi pertemuan BPP dg urgensi masalah yang dihadapi PPLptn Sesuai 63 75 60 Kurang sesuai 28 22 31 Tidak sesuai 9 3 9 h. Ketersediaan sumber informasi teknologi di BPP Tersedia 67 86 65 Kurang tersedia 29 12 26 Tidak tersedia 4 2 9 Keterangan: Angka dalam tabel adalah persentase pernyataan responden Penyuluh Kurangnya tingkat kesesuaian materi penyuluhan dengan urgensi masalah yang dihadapi petani disebabkan karena terbatasnya wawasan pengetahuan Penyuluh Pertanian Lapangan akibat kurangnya informasi iptek yang dikuasainya. Mempertemukan penyuluh dengan sumber teknologi mutlak diperlukan. Tim Komisi Teknologi yang beranggotakan Dinas lingkup sub sektor Pertanian, Balai Penelitian Teknologi Pertanian dan Perguruan Tinggi yang pada masa lalu diketuai oleh Kanwil Deptan, kiranya keberadaanya perlu dihidupkan kembali. Karena dari lembaga inilah rekomendasi teknologi dihasilkan. Teknologi yang akan direkomendasikan kepada petani sebelumnya telah dilakukan uji spesifik lokalitanya dan selanjutnya diinformasikan kepada penyuluh pertanian dilapangan. Dalam melakukan diseminasi hasil-hasil penelitian kepada penyuluh pertanian dilapangan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau selaku sumber informasi teknologi inovasi merasa kesulitan dalam memberikan informasi teknologi kepada penyuluh khususnya Kabupaten yang tidak mempunyai lembaga penyuluhan. Sering bahan hasil – hasil penelitian yang dikirimkan ke Dinas sub sektor pertanian tidak sampai lagi kepada penyuluh dilapangan dan tertumpuk di kantor unit kerja Kabupaten. Tidak terdistribusinya bahan- bahan informasi pertanian ini antara lain karena tidak berfungsinya BPP yang biasanya dimanfaakan untuk pertemuan penyuluh dan petani yang dilakukan setiap 2 minggu sekali. Metode penyuluhan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur apakah informasi teknologi yang disampaikan oleh penyuluh dapat diterima oleh petani. Ketepatan metode penyuluhan harus disesuaikan dengan karakteristik petani binaan. Metode diskusi dan praktek langsung dilapangan harus dilakukan secara seimbang sehingga informasi teknologi yang disampaikan dapat dicerna oleh petani. Uji coba yang dilakukan Penyuluh di lahan usahatani serta sekolah lapang SL yang langsung melibatkan petani secara partisipatif merupakan salah satu cara yang efektif dalam memberikan informasi teknologi kepada petani. Selain itu diklat untuk petani seperti pola pembinaan P4K dengan pendekatan kebutuhan petani sesuai dengan potensi wilayah dapat dijadikan salah satu metode penyuluhan karena petani merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan usaha yang mereka rencanakan bersama-sama kelompoknya. Pembuatan perencanaan kelompok tani merpakan tolok ukur dalam menentukan eksistensi manajemen kelompok tani. Dibeberapa Kabupaten yang diamati, perencanaan kelompok tani bervariasi . Ada penyuluh yang membuat perencanaan kelompok tani dan ada pula yang tidak membuatnya tergantung dari kewajiban yang diminta oleh unit kerjanya. Rendahnya persentase kemampuan kelompoktani dalam menyusun Rencana Definitif Kelompok RDK dan Rencana Definitif Kerja Kelompok RDKK mengindikasikan bahwa dalam menyusun perencanaan usahatani ditingkat petani, kemampuan petani masih rendah. Petani belum terbiasa menyusun perencanaan kelompok sendiri tanpa di bantu oleh Petugas. Hal ini antara lain disebabkan karena pembinaan yang dilakukan selama ini mengacu kepada kepentingan sepihak top down, sehingga petani kurang terdidik untuk lebih aspiratif. Bagi Kabupaten yang memiliki institusi penyuluhan sendiri, aktifitas petermuan di BPP cukup tinggi, hal ini terlihat di Kabupaten Kampar, dimana frekuensi latihan pertemuan di BPP dilakukan 2 kali sebulan. Sedangkan di Kabupaten lainnya, hampir tidak terlihat lagi aktifitas BPP. Kondisi BPP saat ini yang dapat dikemukakan adalah bahwa telah terjadi perubahan fungsi BPP dari yang semula sentra kegiatan penyuluhan di Kecamatan sekarang hanya menjadi penunjang kegiatan penyuluhan. Mengaktifkan kembali peranan dan fungsi BPP sebagai sarana komunikasi, informasi dan pertemuan petani dengan petugas dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani, perlu dilakukan jika kita menghendaki perubahan dan peningkatan kesejahteraan petani. Oleh karena itu perlu kiranya melakukan revitalisasi penyuluhan termasuk kelembagaannya sehingga kepentingan petani sebagai garda utama pembangunan pertanian tetap dapat dipertahankan. Tingkat kemampuan BPP dalam memecahkan masalah penyuluh dan petani berkaitan dengan aksesibilitas BPP dalam menerima kegiatan dan program Dinas lingkup sub sektor pertanian. Ketersediaan sumber informasi teknologi di BPP sangat erat kaitannya dengan aktifitas BPP dalam mencari informasi ke berbagai sumber informasi. Informasi teknologi inovasi selain diperoleh dari Balai Penelitian dan Pusat Penelitian dapat juga diperoleh dari berbagai media lainnya seperti media elektronik dan media cetak. Dalam menjembatani arus informasi teknologi inovasi dari sumber teknologi kepada petani, peranan penyuluh sangat diperlukan karena penyuluh tidak hanya sebagai pemberi informasi secara langsung kepada petani tetapi juga pengawal teknologi yang akan diterapkan oleh petani. Berkaitan dengan hal tersebut perlu ditumbuhkan kembali jaringan informasi yang mengakomodir kerjasama petani, penyuluh dan peneliti dalam merancang usahatani- nelayan yang responsif terhadap kemampuan wilayah dan permintaan pasar. Melalui wadah ini diharapkan penyuluh pertanian mempunyai kemapuan dan wawasan dalam memperoleh informasi teknologi baru.

5.2.4. Ikhtisar

Perubahan fungsi pranata sosial dan pengorganisasian kelembagaan penyuluhan pertanian akibat paradigama desentralisasi, mengakibatkan perbedaaan pada sistem penyuluhan, persepsi penyuluh terhadap keberadaan kelembagaan penyuluhan dan sistem kerja penyuluhan pertanian. Perbedaan ini muncul karena perbedaan interpretasi dalam memberikan wewenang kepada kepala satuan kerja lembaga penyuluhan regulative dan masalah yang dihadapi masing-masing daerah normative. Sistem kerja penyuluhan pertanian pada kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Kampar lebih baik pelaksanaanya dibanding kabupaten lainnya. Frekuensi LAKU belum sepenuhnya terlaksana, hal diakibatkan keterbatasan tenaga penyuluh juga karena kurangnya pengawasan. Mengingat jumlah penyuluh yang terbatas dan cukup luasnya wilayah binaan, maka pendekatan WKPP berdasarkan hamparan dan domisili petani perlu ditinjau kembali. Mengkombinasikan luas hamparan dan domisili melalui kesamaan unit produksi dan kesamaan jenis komoditas hasil pertanian unggulan spesifik lokalita merupakan salah satu alternatif pendekatan yang perlu dipertimbangkan. Restruturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian telah menyebabkan perubahan terhadap sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian yaitu perubahan terhadap mekanisme dan manajemen penyuluhan. Fungsi pelayanan dan fungsi pengaturan masih mendominasi sistim kerja penyuluhan. Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat dua hal penting yang perlu dipikirkan dan dilaksanakan dengan baik agar penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan dimasa depan dapat berjalan dengan efektif secara berkelanjutan. Dua hal penting itu adalah : 1 dibangunnya sistem penyuluhan yang komprehensif, dan 2 diadopsinya pengembangan program-program penyuluhan yang berbasis penelitian dan ilmu pengetahuan.

5.3. Dampak Penyelenggaraan Penyuluhan Terhadap Kinerja Penyuluh dan Tingkat Penerapan Teknologi