Iklim dan Hidrologi Estimasi kandungan karbon tegakan akasia (acacia crassicarpa a. Cunn ex. Benth) dalam Hutan tanaman industri di lahan gambut bekas terbakar. Studi kasus di areal iuphhk-ht pt. Sba wood industries

laut ini mencapai kawasan sejauh 2 sampai 10 km dari laut, seperti daerah aliran Sungai Sugihan, Sungai Batang, Sungai Pedada dan Sungai Riding atau Kuala Dua Belas, yang terletak di bagian utara sampai selatan areal konsesi. Namun areal kerja PT. SBA WI sebenarnya terletak dalam 7 DAS, yaitu DAS Batang, DAS Koyan, DAS Lumpur, DAS Pulau Dalem, DAS Riding, DAS Teluk Daun, DAS Teluk Pulai.

4.4. Topografi, Geologi dan Tanah

Kondisi alami areal pengelolaan PT SBA WI merupakan kawasan pasang surut yang memiliki topografi datar kelerengan 0-8 , sebagian areal yang berhubungan dengan bibir pantai berupa lahan basah dan sebagian lagi berupa tanah kering. Terletak pada ketinggian antara 0–18 m dpl yang secara keseluruhan merupakan areal rawa gambut dengan kemiringan lereng 0-3 . Tanah mineral di areal PT.SBA WI mempunyai bahan induk pasir halus dan lempung setempat yang membentuk tiga group formasi geologi yaitu marin, endapan rawa swamp deposit, dan aluvial. Di atas formasi ini terbentuk tanah gambut dengan berbagai ketebalan. Berdasarkan revisi RK UPHHK HTI Jangka Waktu 10 Tahun periode 2009-2018 PT. SBA WI, jenis tanah hasil pengamatan di lapangan terdiri dari jenis organosol, gleysol, alluvial, podsolik, dengan pH tanah 4-6. Terdiri dari grup kubah gambut 47,02, grup aluvial 27,26, grup marin 24,15, grup dataran 1,57. Tabel 1. Jenis tanah pada areal kerja PT. SBA Wood Industries No. Jenis Tanah Luas ha 1. Gleisol Hidrik Hydraquents Gleisol Distrik Tropaquepts 41,637.4 25,618.3 29.67 18.26 2. Aluvial Distrik Fluvaquents 5,022.3 3.58 3. Organosol Saprik Tropasaprist Organosol Hemik Tropohemist Organosol Hemik Sulfihemist 48,627.3 10,813.2 6,539.3 34.66 7.71 4.66 4. Podsolik Merah Kuning Kanhapludults 2,058.9 1.47 Sumber: Revisi RK UPHHK-HTI Periode 2009-2018 Berdasarkan revisi RK UPHHK HTI Jangka Waktu 10 Tahun periode 2009-2018 PT. SBA WI, pengukuran yang dilakukan oleh tim analisis kesuburan tanah UNSRI, menunjukkan bahwa kedalaman air tanah bervariasi antara 15-150 cm. Bahan gambut mempunyai warna antara cokelat kekuningan gelap 10YR36, kelabu sangat gelap 10YR31 yang berarti bahwa bahan ini sebagian besar mempunyai taraf dekomposisi hemik, sedikit saprik, dan sedikit fibrik. Tanah mineral umumnya mempunyai warna gley yaitu antara kelabu NG- kelabu kehijauan 5G51 tanpa warna karatan yang berarti bahwa tanah ini selalu jenuh air dan berdrainaseaerasi buruk. Berdasarkan revisi RK UPHHK HTI Jangka Waktu 10 Tahun periode 2009-2018 PT. SBA WI, pengamatan yang dilakukan oleh tim analisis kesuburan tanah UNSRI, tanah di areal ini selalu jenuh air tergenang sepanjang tahun, penurunan kedalaman air tanah hanya terjadi dimusin kemarau, yaitu antara awal bulan juni-akhir bulan Juli 2 bulan. Pada musim hujan kenaikan air tanah bervariasi antara 0,5-1,0 m tergantung tinggi muka permukaan laut. Kondisi ini umumnya kembali seperti semula setelah kurang dari 10 jam. Ini berarti areal ini mempunyai sistem drainase yang buruk – agak buruk dengan permeabilitas lambat dan agak lambat. Dilihat dari sifat fisik air, suhu air di sungai berkisar 23,0-31,5 C. Nilai padatan tersuspensi berkisar 2-77 mgl dan warna air pada semua sungai berwarna cokelat dan tidak berbau. Sedangkan sifat kimia air nilai pH berkisar 4,3–7,0 tergolong tanah masam sampai normal, kandungan O 2 terlarut di dalam air berada dalam kisaran 3,28–3,84 mgl dan kandungan CO 2 bebas di air di wilayah studi berkisar 10,99 – 32,92 mgl. Faktor lingkungan tanaman adalah seluruh faktor di luar tanaman yang diusahakan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Di antaranya faktor lingkungan tanaman adalah faktor tanah dan air. Tanah memiliki sifat fisika seperti struktur, permeabilitas, poroisitas dan ketebalan gambut. Sifat kimia tanah bersifat dinamis yang mudah dipengaruhi oleh faktor pengelolaan tanah sehingga dapat dijadikan indikator pemantauan lingkungan Hillel, 1982; Evangelou, 1998.