Topografi, Geologi dan Tanah

Berdasarkan revisi RK UPHHK HTI Jangka Waktu 10 Tahun periode 2009-2018 PT. SBA WI, pengukuran yang dilakukan oleh tim analisis kesuburan tanah UNSRI, menunjukkan bahwa kedalaman air tanah bervariasi antara 15-150 cm. Bahan gambut mempunyai warna antara cokelat kekuningan gelap 10YR36, kelabu sangat gelap 10YR31 yang berarti bahwa bahan ini sebagian besar mempunyai taraf dekomposisi hemik, sedikit saprik, dan sedikit fibrik. Tanah mineral umumnya mempunyai warna gley yaitu antara kelabu NG- kelabu kehijauan 5G51 tanpa warna karatan yang berarti bahwa tanah ini selalu jenuh air dan berdrainaseaerasi buruk. Berdasarkan revisi RK UPHHK HTI Jangka Waktu 10 Tahun periode 2009-2018 PT. SBA WI, pengamatan yang dilakukan oleh tim analisis kesuburan tanah UNSRI, tanah di areal ini selalu jenuh air tergenang sepanjang tahun, penurunan kedalaman air tanah hanya terjadi dimusin kemarau, yaitu antara awal bulan juni-akhir bulan Juli 2 bulan. Pada musim hujan kenaikan air tanah bervariasi antara 0,5-1,0 m tergantung tinggi muka permukaan laut. Kondisi ini umumnya kembali seperti semula setelah kurang dari 10 jam. Ini berarti areal ini mempunyai sistem drainase yang buruk – agak buruk dengan permeabilitas lambat dan agak lambat. Dilihat dari sifat fisik air, suhu air di sungai berkisar 23,0-31,5 C. Nilai padatan tersuspensi berkisar 2-77 mgl dan warna air pada semua sungai berwarna cokelat dan tidak berbau. Sedangkan sifat kimia air nilai pH berkisar 4,3–7,0 tergolong tanah masam sampai normal, kandungan O 2 terlarut di dalam air berada dalam kisaran 3,28–3,84 mgl dan kandungan CO 2 bebas di air di wilayah studi berkisar 10,99 – 32,92 mgl. Faktor lingkungan tanaman adalah seluruh faktor di luar tanaman yang diusahakan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Di antaranya faktor lingkungan tanaman adalah faktor tanah dan air. Tanah memiliki sifat fisika seperti struktur, permeabilitas, poroisitas dan ketebalan gambut. Sifat kimia tanah bersifat dinamis yang mudah dipengaruhi oleh faktor pengelolaan tanah sehingga dapat dijadikan indikator pemantauan lingkungan Hillel, 1982; Evangelou, 1998.

4.5. Keadaaan Hutan

Areal Hutan Tanaman PT. SBA Wood Industries pada awalnya merupakan areal HPH PT. INWIHCO yang masa pengelolaannya berakhir pada tahun 1991 dan tidak diperpanjang lagi oleh pemerintah. Sehubungan SK HPH PT. INWIHCO dicabut pada tahun 1991, selanjutnya sejak 1992 pengelolaan areal dipercayakan kepada PT. SBA Wood Industries berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 253Kpts-II1998 tanggal 15 Juli 1992 dengan luas 134.200 Ha. Areal tersebut mengalami dua kali bencana kebakaran yaitu pada tahun 19921992 dan pada tahun 19971998 sehingga menyebabkan kondisi hutan rusak dan tidak produktif. Mempertimbangkan kondisi areal yang demikian maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mengelola hutan dengan sistem hutan tanaman. Berdasarkan revisi RK UPHHK HTI Jangka Waktu 10 Tahun periode 2009- 2018 PT. SBA WI, keadaan hutan di wilayah ini terbagi menjadi sebagai berikut: a. Tumbuhan yang dipertahankan sebagai hutan alam Strukturtegakan hutan terdiri dari jenis-jenis tumbuhan seperti ramin, terentang, katio, simpur, milas, dan lain-lain. Jenis dominan juga terdiri dari jenis ramin, terentang, katio simpur dan milas. Tumbuhan jenis malam-malam memiliki INP terbesar dari jenis lainnya untuk setiap tingkat pertumbuhan. Nilai indeks keragaman jenis H’ untuk berbagai jenis tingkat semai 2,04, pancang 1,44, tiang 1,5 dan pohon 2,55. Jenis yang dilindungi di areal ini adalah jelutung Dyera lowii. Adapun jenis-jenis pohon yang memiliki nilai ekologis yaitu nyatoh Palaquium sp, asam kandisTamarindus indica, jambu Eugenia, dan manggis Garcinia sp. b. Pada areal efektif untuk unit produksi yang belum dibuka Strukturpotensi tegakan terbagi menjadi jenis komersial dan non komersial. Jenis pohon yang dilindungi adalah jelutung Dyera lowii. Jenis pohon yang memiliki nilai ekonomis yaitu asam kandis Tamarindus indica, jambu Eugenia, dan manggis Garcinia sp. c. Tegakan HPHTI 1. Hasil Hutan Nir Kayu Beberapa jenis yang berhasil diidentifikasi sebagai penghasil hutan nir kayu adalah palm merah tanaman hias. 2. Satwa liar Kekayaan jenis satwa liar yang berjumlah 29 jenis dari kelas reptilia, mamalia, dan aves dengan total jumlah 130 individu. Dari jumlah tersebut jumlah satwa yang dilindungi meliputi 45 individu 12 spesies dan yang tidak dilindungi 85 individu 17 spesies. - Jenis satwa liar dari kelas reptilia yang dilindungi hanya jenis biawak Varanus Sp. dengan jumlah hanya 2 individu. Reptilia yang ditemui ada 5 spesies dengan jumlah individu terdiri dari 16 individu. - Jenis satwa liar kelas mamalia yang dilindungi ada 9 spesies, yakni gajah Elepahas maximus, rusa Cervus unicolor, kijang Muntiacus munjtak, beruang madu Helarctos malayanus, harimau sumatera Panthera tigris sumatrae, kancil Tragulus javanicus, napu Tragulus napu, landak Hystrix brachyura, trenggiling Manis javanica, dengan jumlah 34 individu di mana mamalia yang teramati seluruhnya berjumlah 57 individu yang terdiri dari 13 spesies. - Jenis satwa liar kelas aves yang dilindungi ada 2 spesies yakni rangkong dan burung hantu dengan jumlah 9 individu. Jumlah keseluruhan satwa liar kelas aves yang ditemui ada 57 individu yang terdiri dari 11 spesies. 3. Biota Air Plankton, benthos, dan nektos merupakan organisme bagian dari biota perairan. Parameter yang digunakan dalam mengkaji plankton dan benthos adalah keragaman dan kelimpahannya. Sedangkan untuk ikannektos adalah keberadaanhilangnya jenis tertentu akibat lingkungan yang berubah.