Hutan Tanaman Industri Estimasi kandungan karbon tegakan akasia (acacia crassicarpa a. Cunn ex. Benth) dalam Hutan tanaman industri di lahan gambut bekas terbakar. Studi kasus di areal iuphhk-ht pt. Sba wood industries
- Kondisi lahan hutan tanaman, terutama yang menyangkut potenidaya
dukung lahan serta tingkat kesesuaiannya terhadap penerapan uatu sistem silvikultur hutan tanaman. Dalam hal ini yang diperhatikan anatara lain
tipe kelas lahan, tinkat kesuburan, kondisi fisiogeografi, hidrologi dan jenis tanah.
- Ketersediaan sumber daya manusia, sarana, dan teknologi pendukung.
Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. 88Kpts-II1996, sistem silvikultur yang dilaksanakan adalah tebang habis dengan permudaan buatan
THPB, disesuaikan dengan tujuan perusahaan, jenis tanaman pokok dan, rotasi tebangan, potensi standing stock dan pertumbuhan volume riap volume growth
increment. Adapun kondisi lahan dan ketersediaan saranateknologi merupakan
faktor-faktor yang berpengaruh yang dapat menghambatmemperlancar pelaksanaan sistem silvikulturnya. Kondisi edafis areal kerja sebagian besar
adalah hutan rawa gambut peat. Sehingga sistem silvikultur THPB juga harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Pada daerah peat tantangan utama yang dihadapi adalah menciptakan suatu sistem untuk mengatur keseimbangan tinggi muka air tanah water level
agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memiliki sistem perakaran yang maksimal. Teknik tersebut dikenal dengan Water Management System melalui
pembuatan zona-zona air melalui kanalisasi. Tantangan lain adalah kondisi tanah yang cenderung masam dan memiliki tingkat kesuburan rendah.
Tujuan utama pembangunan hutan tanaman adalah untuk menghasilkan kayu sebagai bahan baku industri pulp. Kayu yang sesuai sebagai bahan baku pulp
mempunyai persyaratan sebagai berikut: a.
Pertumbuhan cepat, kulminasi riap pada umur muda, batang relatif lurus, dapat ditanam dengan mudah dan murah.
b. Mempunyai kadar selulosa tinggi, berserat panjang, mempunyai kadar
lignin rendah, warna cerah dan zat ekstraktif rendah. Berdasarkan hal tersebut maka jenis tanaman disesuaikan dengan daya
saing, nilai jual dan daya tumbuh serta peningkatan kesejahteraan masyarakat
maka ditetapkan kebijakan pemilihan jenis tanaman sebagai berikut: a.
Tanaman pokok adalah Acacia crassicarpa dan Acacia mangium. Pemilihan ini berdasarkan hasil percobaan dan pengalaman, penanaman
kedua jenis tersebut memperlihatkan pertumbuhan yang memuaskan dan cukup resisten terhadap lahan yang tingkat keasamannya tinggi. Jarak
tanam yang ditentukan adalah 3m x 2m. b.
Tanaman unggulan adalah Meranti Shorea sp. dan Bintangur
Calophyllum sp. dengan jarak tanaman 4m x 4m. Meranti merupakan pohon yang kayunya dapat digunakan sebagai baahan baku industri pulp,
sedangkan bintangur merupakan tumbuhan bergetah yang bijinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biofuel. Menurut Dr.Soebagus Fakultas
Farmasi UGM terdapat tiga jenis bintangur yang mempunyai khasiat, yaitu Calophyllum lanigerum berkhasiat sebagai anti virus HIV serta
Calophyllum cannum dan Calophyllum dioscorii keduanya berkhasiat untuk anti kanker.
c. Tanaman kehidupan adalah Acacia crassicarpa dan Acacia mangium
ditanam dengan jarak tanam 4m x 4m. Jenis ini ditanam untuk tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri No.41 tanaman kehidupan dapat berupa tanaman pokok yang menghasilkan hasil hutan kayu.