Upaya Penangkapan Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis

longiceps, Tongkol Euthynnus affinis, Layang Decapterus russelli, Kembung Rastrelliger sp dan spesies lainnya ikan sunglir, layur, dan lainnya yang digabungkan menjadi satu. Selain itu Perairan Selat Bali berada diantara dua Provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi-Muncar dan Bali Kabupaten Jembrana

6.1. Upaya Penangkapan Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis

Kegiatan penangkapan multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali tentu saja berdampak terhadap jumlah populasi multispesies sumberdayanya. Hasil tangkapan pada setiap waktu tergantung pada jumlah populasi ikan pada awal periode dan jumlah upaya penangkapan yang digunakan. Upaya penangkapan fishing effort dalam kegiatan penangkapan dapat dibagi menjadi dua yaitu upaya penangkapan nominal nominal fishing effort yang sering digunakan oleh ahli ekonomi dan upaya penangkapan efektif effective fishing effort yang sering digunakan oleh ahli biologi. Upaya penangkapan nominal dapat diukur dari jumlah tenaga kerja, jumlah kapal dan jumlah hari melaut atau trip. Sedangkan upaya penangkapan efektif dapat diukur dari logaritma negatif dari proporsi ikan yang bertahan dalam satu periode, misalnya jika kegiatan penangkapan mengurangi 60 persen rata-rata populasi sehingga populasi yang bertahan adalah 40 persen maka upaya penangkapan efektif adalah logaritma negatif dari 40 persen. Oleh karena hanya data jumlah hari melaut atau trip yang tersedia dalam bentuk time series dan lebih sering digunakan maka penelitian ini menggunakan data upaya penangkapan nominal. Sumberdaya perikanan di Perairan Selat Bali bersifat multispesies dimana satu alat tangkap dapat menangkap beberapa spesies ikan. Di Perairan Selat Bali alat tangkap yang dominan digunakan adalah pukat cincin purse seine yang dapat menangkap beberapa spesies ikan, dikelompokkan ke dalam lima spesies yaitu spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan kelompok spesies lainnya. Jenis-jenis ikan pelagis ini biasa berbentuk kelompok pelagic schooling species. Oleh karena alat tangkap purse seine adalah alat tangkap yang dominan digunakan di Perairan Selat Bali maka penelitian ini memilih alat tangkap purse seine sebagai objek penelitian. Berkembang pesatnya penggunaan alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali telah terjadi sejak tahun 1972. Jika perkembangan penggunaan alat tangkap tidak dapat diatur maka akan dapat menyebabkan kelestarian sumberdaya perikanan pelagis terancam. Oleh karenanya untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali, telah dikeluarkan Surat Keputusan Bersama SKB Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Bali Tanggal 14 November 1992 tentang pengaturan atau pengendalian penggunaan purse seine pukat cincin di Perairan Selat Bali. Izin operasi purse seine di Perairan Selat Bali ditetapkan sebanyak 273 unit, terdiri dari 190 unit untuk nelayan Provinsi Jawa Timur Jatim, dan 83 unit bagi nelayan Provinsi Bali. Ukuran perahu maksimal tiga puluh Gross Ton GT, ukuran panjang jaring maksimal 300.00 meter, lebar minimal 60.00 meter, serta ukuran mata jaring bagian kantong sebesar minimal 1.00 inchi. Ukuran panjang purse seine mengalami peningkatan dua kali lipat dari SKB sebelumnya tahun 1985. Nelayan Provinsi Jawa Timur dan Bali memasarkan hasil tangkapannya harus ke Tempat PelelanganPendaratan Ikan TPI dimana ijin diperoleh, tidak boleh memasarkan hasil tangkapannya di PPN Bali, begitu pula sebaliknya. Antar koperasi unit desa KUD Mina kedua daerah dapat mengadakan kerjasama saling menguntungkan di bidang pemasaran. Dari 83 unit purse seine untuk nelayan Bali, diatur lebih lanjut oleh Gubernur Bali yakni sebanyak 74 unit untuk nelayan Jembrana dan 9 unit untuk nelayan Denpasar. Berdasarkan SKB inilah jumlah purse seine yang dapat beroperasi dibatasi hingga saat ini. Alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali menggunakan tenaga kerja nelayan dengan posisi sebagai nakhoda juru mudi, juru bantu, juru mesin dan Anak Buah Kapal ABK. Jumlah tenaga kerja tiap unit armada purse seine yang beroperasi di Perairan Selat Bali berkisar antara 30-45 orang ABK. Tenaga kerja terdiri dari 1 orang nakhoda, 1 orang fishing master, 2 orang juru mudi, 4 orang juru mesin dan sisanya ABK. Nelayan yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan pelagis di Perairan Selat Bali dapat digolongkan sebagai nelayan penuh dimana hampir seluruh waktunya diarahkan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengusahaan sumberdaya perikanan. Waktu kerja per hari lebih kurang 12 jam, setara dengan waktu operasi armada purse seine untuk melakukan kegiatan penangkapan dalam sehari one day trip. Dalam satu bulan operasi armada purse seine umumnya hanya 20 hari saja. Waktu senggang selama 10 hari diluar kegiatan operasi penangkapan ikan, digunakan untuk melakukan perbaikan kapal dan alat tangkap. Perahu purse seine yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan di Perairan Selat Bali umumnya adalah tipe Madura yang menggunakan tenaga penggerak outboard motor dan tipe BK atau biasanya disebut sebagai perahu Tubanan yang menggunakan inboard motor. Perahu tersebut mempunyai ukuran yang hampir sama yaitu panjang rata-rata 16.80 meter, lebar 3.10 meter dan draf 2.30 meter dengan daya mesin 30 PK untuk outboard motor, 200 PK untuk inboard motor dan 22 PK untuk generator listrik. Sesuai prinsip kerja jaring purse seine yaitu dengan melingkari gerombolan ikan, maka umumnya satu unit armada penangkapan purse seine di Perairan Selat Bali terdiri atas dua perahu. Perahu utama digunakan untuk membawa jaring dan melingkarkan jaring pada waktu operasi penangkapan serta untuk menarik tali kolor purse line. Sedangkan perahu kedua digunakan untuk memuat dan mengangkut hasil tangkapan. Daerah penangkapan ditentukan oleh juragan fishing master, berdasarkan kemungkinan tempat gerombolan ikan yang dipantau dari tiang perahu dengan hanya menggunakan mengandalkan indera penglihatan. Apabila gerombolan ikan telah terpusat maka setting dilakukan, pada saat itu perahu jaring bergerak untuk melingkar jaring. Setelah itu tali kolor ditarik menggunakan perahu penarik, kemudian dilakukan pengangkatan hauling jaring dan hasil tangkapan. Alat tangkap ini mampu mengurung ikan dengan bentangan dinding jaring mulai dari permukaan hingga bagian bawah jaring yang bisa dikerucutkan yang berarti bisa mencegah ikan-ikan agar tidak dapat melarikan diri dari bagian sebelah bawah jaring. Dinding jaring yang membentang mulai dari permukaan hingga kedalaman sesuai dengan tinggi jaring tidak dimaksudkan untuk menjerat ikan melainkan sebagai dinding pembatas agar ikan-ikan terkurung dan tidak melarikan diri Ayodhyoa, 1973; Nomura, 1981; Sainsbury, 1986; Gunarso, 1985; Gunarso, 1991 dan Nomura, 1991. Armada purse seine dengan menggunakan dua perahu di Perairan Selat Bali disajikan pada Gambar 5 dan alat tangkap purse seine serta teknik pengoperasiannya disajikan pada Lampiran 1. Sumber : Data Primer, 2009 Gambar 5. Armada Purse Seine yang Beroperasi di Perairan Selat Bali Sejak dikeluarkannya surat keputusan bersama antara pemerintah daerah Provinsi Bali dan Jawa Timur masih belum menyebabkan pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis menjadi efisien dan efektif. Hal ini terjadi karena penggunaan kapal purse seine yang tidak terkontrol dengan baik. Berdasarkan data tahun 1990-2009 rata-rata jumlah purse seine yang melakukan kegiatan penangkapan di Perairan Selat Bali adalah 258 unit, berasal dari Jawa Timur sebanyak 186 unit dan Bali sebanyak 72 unit. Jika melihat angka ini terlihat bahwa jumlah armada purse seine yang masuk ke Perairan Selat Bali masih kurang sebanyak enam unit dari quota purse seine yang telah ditetapkan untuk Jawa Timur dan Bali khususnya Kabupaten Jembrana. Meskipun jumlah alat tangkap yang digunakan hampir sama setiap tahunnya, akan tetapi jumlah hari melaut berbeda-beda setiap tahunnya. Jumlah hari melaut trip bervariasi setiap tahunnya, adakalanya meningkat atau pun menurun. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa upaya penangkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah upaya penangkapan nominal yang diukur dari jumlah hari melaut atau trip. Umumnya nelayan di Perairan Selat Bali jumlah hari melautnya adalah satu hari one day trip. Upaya penangkapan yang dilakukan untuk mengeksploitasi atau menangkap multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali Tahun 1990-2009 berfluktuasi. Secara rinci perkembangan upaya tangkap trip multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali disajikan pada Gambar 6. Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, 1990-2009 diolah. Gambar

6. Grafik Perkembangan Upaya Tangkap Multispesies

Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali Tahun 1990-2009