KERANGKA PENDEKATAN STUDI Dr. Ir. Luky Adrianto, M. Sc

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Sumberdaya perikanan tropis seperti di Indonesia bersifat gabungan atau multipesies yang memiliki potensi sumberdaya perikanan pelagis yang cukup besar. Sumberdaya perikanan yang bersifat open access dan terjadinya ekspansi yang berlebihan pada industri perikanan merupakan gejala yang dapat mendorong kearah kerugian ekonomi atau mengakibatkan hilangnya rente ekonomi sebagaimana dikemukakan pertama kali oleh Gordon 1954. Model Gordon menyatakan bahwa didalam perikanan open access upaya penangkapan effort akan meningkat hingga ke tingkatan upaya penangkapan open access di mana total pendapatan sama dengan total biaya. Pada tingkat ini akan tercipta suatu keseimbangan pada usaha perikanan, dimana kekuatan ekonomi yang mempengaruhi nelayan dan kekuatan produktivitas biologi sumberdaya stabil keseimbangan bioekonomi. Pola pengelolaan perikanan Indonesia yang cenderung berorientasi pada produksi mengakibatkan produksi hasil perikanan diharapkan terus meningkat dari waktu ke waktu sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa produksi perikanan akan menuju atau melebihi titik Maximum Sustainable Yield MSY. Jika ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan atau tangkap lebih overfishing dan pada gilirannya akan mengakibatkan terkurasnya sumberdaya perikanan itu sendiri. Teori Gordon yang berkembang pada masyarakat perikanan juga menjelaskan apa yang disebut dengan overfishing Graham, 1952. Oleh karena sumberdaya perikanan bersifat unik maka sebelum melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu dilakukan analisis biologi. Pengusahaan sumberdaya perikanan pelagis dengan baik sehingga dapat tercapainya pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu kendala pokok yang terjadi dalam usaha pengembangan perikanan pelagis di Indonesia. Selain itu, pengusahaan sumberdaya perikanan pelagis secara berkelanjutan dapat memberikan keuntungan ekonomi secara berkesinambungan bagi setiap pelaku yang terlibat didalamnya. Potensi ekonomi yang dimiliki sumberdaya perikanan dan kelautan merupakan salah satu daya tarik untuk masuk ke dalam industri perikanan. Peningkatan jumlah nelayan serta pelaku ekonomi lainnya akan terus berjalan sehingga keuntungan ekonomi yang tersedia akan terbagi habis. Selain itu, sumberdaya perikanan pelagis adalah sumberdaya yang bersifat open access sehingga tidak terdapat batasan bagi seseorang untuk masuk atau keluar dari industri perikanan tangkap. Hal ini menyebabkan sumberdaya perikanan dan kelautan sangat potensial untuk dieksploitasi secara besar-besaran sehingga ancaman terhadap kelestarian sumberdaya perikanan cukup besar. Menurut penelitian Zulbainarni 2002, pada tahun 1997 di Perairan Selat Bali telah terjadi peningkatan usaha perikanan trip sampai dengan empat kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan usaha perikanan ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah alat tangkap purse seine yang beroperasi meskipun sebenarnya telah terdapat surat keputusan bersama terhadap pembatasan jumlah alat tangkap purse seine. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya pengawasan dan penyebab yang paling utama karena sumberdaya perikanan bersifat open access artinya siapa saja boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut. Pendekatan biologi saja tidak cukup dilakukan dalam menganalisis pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis karena sumberdaya perikanan memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga dikhawatirkan pendekatan biologi dapat bersifat tidak stabil dan dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu pendekatan single species pun tidak cukup karena dengan pendekatan single species terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis di Indonesia tidak bisa memberikan saran jangka menengah dan dapat terjadi salah kebijakan karena biasnya yang cukup tinggi. Sumberdaya perikanan tropis seperti di Indonesia umumnya bersifat gabungan atau multispesies dimana satu alat tangkap dapat menangkap beberapa spesies ikan pelagis. Contoh alat tangkap purse seine dapat menangkap beberapa spesies ikan pelagis yaitu ikan Lemuru, Layang, Tongkol, Kembung dan ikan lainnya. Penelitian Zulbainarni 2002 pada sumberdaya perikanan Lemuru di Perairan Selat Bali, mengindikasikan telah terjadinya tangkap lebih overfishing secara ekonomi karena cukup banyaknya jumlah alat tangkap purse seine yang beroperasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan single species, dimana meskipun ikan Lemuru adalah ikan yang dominan tertangkap oleh alat tangkap purse seine akan tetapi terdapat spesies lain yang juga tertangkap oleh alat tangkap ini yakni spesies Tongkol, Layang, Kembung dan ikan lainnya. Dengan demikian, indikasi overfishing dari pendekatan spesies tunggal yang digunakan belum dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya karena spesies lain tidak diperhitungkan. Pendekatan multispesies sudah sangat diperlukan agar kebijakan yang ditetapkan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis tidak hanya bersifat jangka pendek dan mendekati kebenaran atau kondisi riilnya. Sumberdaya perikanan berbeda dengan sumberdaya lainnya karena sumberdaya perikanan bersifat bergerak mobile yang dapat berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Tingkat ketidakstabilannya sumberdaya perikanan cukup tinggi tidak seperti sumberdaya pertanian yang lebih bersifat menetap dan selain itu, sumberdaya perikanan yang bersifat gabungan atau multispesies. Pengelolaan sumberdaya multispesies perikanan di Indonesia adalah pendekatan yang sulit karena situasi yang kompleks dan adanya ketidakpastian hubungan antara ekologi biologi dan ekonomi. Selain itu, informasi biologi dan ekonomi sumberdaya perikanan pelagis secara umum kurang komplit dan data di lapangan pun memiliki format yang berbeda sehingga agak sulit mengelompokkan spesies yang akan diteliti. Oleh karena itu, pada penelitian multispesies permulaan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang konprehensif. Model-model multispesies diarahkan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam bidang industri perikanan. Pokok motivasi dari segala model yang muncul dalam bidang perikanan dan kelautan, baik spesies tunggal maupun multispesies, adalah untuk memahami dan memberitahukan para pengambil keputusan, akan konsekwensi yang mungkin terjadi dari kegiatan-kegiatan penangkapan. Akhir-akhir ini, perhatian lebih diarahkan pada efek-efek penangkapan pada ekosistem yang lebih luas. Efek-efek penangkapan terhadap ekosistem telah ditinjau oleh sebagian kelompok-kelompok kerja yang tergabung dalam International Council For the Exploration of The Sea ICES, ICES, 1988, 1989, 1994, 1997. Paling tidak terdapat dua tipe efek penangkapan terhadap ekosistem : 1 mortalitas langsung pada spesies target dan mortalitas tambahan pada biota lainnya; dan 2 efek-efek tidak langsung yang berkaitan dengan perubahan-perubahan aliran energi disepanjang ekosistem. Model-model dari spesies tunggal dapat memberikan petunjuk pada efek yang pertama, sedangkan model-model dari multispesies akan memberikan petunjuk pada efek yang kedua. Menurut Hollowed et al., 2000 model-model multispesies dapat memperjelas pemahaman kita paling tidak dalam dua cara: 1 melalui perlakuan yang lebih realistis terhadap ketidakpastian dan kemampuan berubah-ubah dalam parameter populasi seperti mortalitas alam dari spesies target, atau 2 dengan menggambarkan spesies non-target tambahan dan hubungan ekologis antar spesies seperti independent, predator-mangsa dan kompetisi yang satu atau lainnya dapat berubah akibat kegiatan penangkapan. Sejak dulu Indonesia sudah dikenal sebagai negara maritim atau sering disebut bahwa nenek moyangku adalah seorang pelaut dengan potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar yakni dua pertiga dari luas wilayah Indonesia. Besarnya potensi sumberdaya perikanan Indonesia jika tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan terjadinya overfishing. Jika kebijakan sudah diterapkan maka perlunya mendapatkan legitimasi melalui komitmen politis, undang-undang, dukungan finansial dan administrasi. Sesungguhnya legitimasi sumberdaya perikanan di Indonesia sudah cukup banyak akan tetapi pelaksanaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya karena kurang berfungsinya kelembagaan dan kurangnya koordinasi antar lembaga. Efektivitas implementasi kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan akan sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap hal tersebut, juga oleh budaya organisasi. Pada penelitian ini penentuan kebijakan dibuat berdasarkan region atau wilayah yang membatasi daerah penangkapan sumberdaya perikanan pelagis yaitu Perairan Selat Bali yang berada di antara dua provinsi, Provinsi Bali dan Jawa Timur. Penelitian ini menganalisis pengelolaan optimal sumberdaya perikanan dan kelautan agar terjaga kelestariannya baik secara biologi ekologi dan ekonomi dengan aplikasi model multispesies dengan mempertimbangkan ketergantungan antar spesies seperti spesies independent, predator-mangsa dan kompetisi. Dalam menggunakan manajemen strategi yang optimal , menyatukan dinamika kendala biologi dan ekonomi sebagai suatu strategi yang baik dalam mengatasi masalah optimalisasi. Walters 1978 dan Hilborn 1979 menyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah masalah optimalisasi. Meskipun sudah banyak penelitian sumberdaya perikanan di Perairan Selat Bali, belum satupun penelitian dengan pendekatan multispesies dengan teknik optimalisasi. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan simulasi model dalam pengelolaan sumberdaya multispesies perikanan. Simulasi model dilakukan untuk tujuan mengetahui dampak pengelolaan strategik dari komponen-komponen sistem perikanan dengan beberapa skenario. Pada Penelitian ini, simulasi model dilakukan dengan melihat dampak perubahan harga dan biaya penangkapan terhadap keseimbangan bioekonomi. Secara skematik kerangka pendekatan penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pendekatan Studi Potensi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis PemanfaatanEksploitasi Analisis Proses Produksi Alamiah : • Instinsic Growth Rate Kondisi Lingkungan : • Carrying Capacity • Ketergantungan Antar Spesies Analisis Ekonomi Market : • Harga • Biaya • Suku Bunga Aktivitas Ekonomi Multiregional : • Propinsi Jawa Timur • Propinsi Bali Analisis Bioekonomi : • Bioekonomi Multispesies Kompetisi Maximum Sustainable Yield Maximum Economic Yield Optimal Open Access Aktual Kelestarian Multispesies Sumberdaya Keuntungan Maksimum Optimasi : • Multispesies Kompetisi • Multiregional Simulasi Model Implikasi Kebijakan

IV. METODE PENELITIAN