KERANGKA PENDEKATAN STUDI Grafik Perkembangan Upaya Tangkap Multispesies

perikanan bersifat open access artinya siapa saja boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut. Pendekatan biologi saja tidak cukup dilakukan dalam menganalisis pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis karena sumberdaya perikanan memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga dikhawatirkan pendekatan biologi dapat bersifat tidak stabil dan dapat berubah sewaktu-waktu. Selain itu pendekatan single species pun tidak cukup karena dengan pendekatan single species terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis di Indonesia tidak bisa memberikan saran jangka menengah dan dapat terjadi salah kebijakan karena biasnya yang cukup tinggi. Sumberdaya perikanan tropis seperti di Indonesia umumnya bersifat gabungan atau multispesies dimana satu alat tangkap dapat menangkap beberapa spesies ikan pelagis. Contoh alat tangkap purse seine dapat menangkap beberapa spesies ikan pelagis yaitu ikan Lemuru, Layang, Tongkol, Kembung dan ikan lainnya. Penelitian Zulbainarni 2002 pada sumberdaya perikanan Lemuru di Perairan Selat Bali, mengindikasikan telah terjadinya tangkap lebih overfishing secara ekonomi karena cukup banyaknya jumlah alat tangkap purse seine yang beroperasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan single species, dimana meskipun ikan Lemuru adalah ikan yang dominan tertangkap oleh alat tangkap purse seine akan tetapi terdapat spesies lain yang juga tertangkap oleh alat tangkap ini yakni spesies Tongkol, Layang, Kembung dan ikan lainnya. Dengan demikian, indikasi overfishing dari pendekatan spesies tunggal yang digunakan belum dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya karena spesies lain tidak diperhitungkan. Pendekatan multispesies sudah sangat diperlukan agar kebijakan yang ditetapkan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis tidak hanya bersifat jangka pendek dan mendekati kebenaran atau kondisi riilnya. Sumberdaya perikanan berbeda dengan sumberdaya lainnya karena sumberdaya perikanan bersifat bergerak mobile yang dapat berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Tingkat ketidakstabilannya sumberdaya perikanan cukup tinggi tidak seperti sumberdaya pertanian yang lebih bersifat menetap dan selain itu, sumberdaya perikanan yang bersifat gabungan atau multispesies. Pengelolaan sumberdaya multispesies perikanan di Indonesia adalah pendekatan yang sulit karena situasi yang kompleks dan adanya ketidakpastian hubungan antara ekologi biologi dan ekonomi. Selain itu, informasi biologi dan ekonomi sumberdaya perikanan pelagis secara umum kurang komplit dan data di lapangan pun memiliki format yang berbeda sehingga agak sulit mengelompokkan spesies yang akan diteliti. Oleh karena itu, pada penelitian multispesies permulaan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang konprehensif. Model-model multispesies diarahkan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam bidang industri perikanan. Pokok motivasi dari segala model yang muncul dalam bidang perikanan dan kelautan, baik spesies tunggal maupun multispesies, adalah untuk memahami dan memberitahukan para pengambil keputusan, akan konsekwensi yang mungkin terjadi dari kegiatan-kegiatan penangkapan. Akhir-akhir ini, perhatian lebih diarahkan pada efek-efek penangkapan pada ekosistem yang lebih luas. Efek-efek penangkapan terhadap ekosistem telah ditinjau oleh sebagian kelompok-kelompok kerja yang tergabung dalam International Council For the Exploration of The Sea ICES, ICES, 1988, 1989, 1994, 1997. Paling tidak terdapat dua tipe efek penangkapan terhadap ekosistem : 1 mortalitas langsung pada spesies target dan mortalitas tambahan pada biota lainnya; dan 2 efek-efek tidak langsung yang berkaitan dengan perubahan-perubahan aliran energi disepanjang ekosistem. Model-model dari spesies tunggal dapat memberikan petunjuk pada efek yang pertama, sedangkan model-model dari multispesies akan memberikan petunjuk pada efek yang kedua. Menurut Hollowed et al., 2000 model-model multispesies dapat memperjelas pemahaman kita paling tidak dalam dua cara: 1 melalui perlakuan yang lebih realistis terhadap ketidakpastian dan kemampuan berubah-ubah dalam parameter populasi seperti mortalitas alam dari spesies target, atau 2 dengan menggambarkan spesies non-target tambahan dan hubungan ekologis antar spesies seperti independent, predator-mangsa dan kompetisi yang satu atau lainnya dapat berubah akibat kegiatan penangkapan. Sejak dulu Indonesia sudah dikenal sebagai negara maritim atau sering disebut bahwa nenek moyangku adalah seorang pelaut dengan potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar yakni dua pertiga dari luas wilayah Indonesia. Besarnya potensi sumberdaya perikanan Indonesia jika tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan terjadinya overfishing. Jika kebijakan sudah diterapkan maka perlunya mendapatkan legitimasi melalui komitmen politis, undang-undang, dukungan finansial dan administrasi. Sesungguhnya legitimasi sumberdaya perikanan di Indonesia sudah cukup banyak akan tetapi pelaksanaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya karena kurang berfungsinya kelembagaan dan kurangnya koordinasi antar lembaga. Efektivitas implementasi kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan akan sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap hal tersebut, juga oleh budaya organisasi. Pada penelitian ini penentuan kebijakan dibuat berdasarkan region atau wilayah yang membatasi daerah penangkapan sumberdaya perikanan pelagis yaitu Perairan Selat Bali yang berada di antara dua provinsi, Provinsi Bali dan Jawa Timur. Penelitian ini menganalisis pengelolaan optimal sumberdaya perikanan dan kelautan agar terjaga kelestariannya baik secara biologi ekologi dan ekonomi dengan aplikasi model multispesies dengan mempertimbangkan ketergantungan antar spesies seperti spesies independent, predator-mangsa dan kompetisi. Dalam menggunakan manajemen strategi yang optimal , menyatukan dinamika kendala biologi dan ekonomi sebagai suatu strategi yang baik dalam mengatasi masalah optimalisasi. Walters 1978 dan Hilborn 1979 menyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah masalah optimalisasi. Meskipun sudah banyak penelitian sumberdaya perikanan di Perairan Selat Bali, belum satupun penelitian dengan pendekatan multispesies dengan teknik optimalisasi. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan simulasi model dalam pengelolaan sumberdaya multispesies perikanan. Simulasi model dilakukan untuk tujuan mengetahui dampak pengelolaan strategik dari komponen-komponen sistem perikanan dengan beberapa skenario. Pada Penelitian ini, simulasi model dilakukan dengan melihat dampak perubahan harga dan biaya penangkapan terhadap keseimbangan bioekonomi. Secara skematik kerangka pendekatan penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pendekatan Studi Potensi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis PemanfaatanEksploitasi Analisis Proses Produksi Alamiah : • Instinsic Growth Rate Kondisi Lingkungan : • Carrying Capacity • Ketergantungan Antar Spesies Analisis Ekonomi Market : • Harga • Biaya • Suku Bunga Aktivitas Ekonomi Multiregional : • Propinsi Jawa Timur • Propinsi Bali Analisis Bioekonomi : • Bioekonomi Multispesies Kompetisi Maximum Sustainable Yield Maximum Economic Yield Optimal Open Access Aktual Kelestarian Multispesies Sumberdaya Keuntungan Maksimum Optimasi : • Multispesies Kompetisi • Multiregional Simulasi Model Implikasi Kebijakan

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Perairan Selat Bali karena pada perairan yang sempit terdapat potensi multispesies sumberdaya perikanan pelagis yang sangat besar dengan tingkat kesuburan perairan yang tinggi. Perairan Selat Bali berada diantara dua Provinsi yaitu Provinsi Bali dan Jawa Timur. Spesies ikan pelagis yang banyak terdapat di Perairan Selat Bali adalah spesies Lemuru Sardinella longiceps, Layang Decapterus spp, Tongkol Euthynnus spp, Kembung Rastrellinger spp, dan spesies ikan lainnya. Purse seine dengan menggunakan dua perahu adalah alat tangkap utama atau yang paling banyak digunakan oleh nelayan di Perairan Selat Bali baik oeh nelayan yang berasal dari Provinsi Jawa Timur maupun Provinsi Bali. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan kontribusi terbesar yang diberikan oleh kabupaten yang terdapat di dua provinsi tersebut, yaitu Kabupaten Banyuwangi-Muncar, Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan responden terpilih yang menggunakan daftar pertanyaan. Perairan Selat Bali adalah perairan yang sempit dan subur dimana banyak terdapat sumberdaya perikanan pelagis. Alat tangkap yang dominan di Perairan Selat Bali adalah purse seine dengan dua perahu boat yang menangkap spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies lainnya, yang dipilih sebagai subjek atau upaya tangkap effort dalam penelitian ini. Effort yang digunakan dalam penelitian ini adalah nominal fishing effort yang diukur dari trip atau jumlah hari melaut. Untuk membangun model bioekonomi multispesies digunakan data sekunder hasil tangkapan per spesies ikan yang dikelompokkan kedalam lima spesies yaitu spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies ikan lainnya merupakan gabungan dari beberapa spesies yang ditangkap dalam jumlah yang sangat kecil atau tidak sengaja tertangkap dan tidak selalu ada setiap tahunnya dengan upaya tangkap purse seine yang dikumpulkan berupa data time series selama 20 tahun Tahun 1990-2009. Data diperoleh dari unit pelaksana teknis Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Muncar-Banyuwangi dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kabupaten Jembrana. Sumber lainnya adalah instansi atau lembaga yang terkait, seperti : 1. Departemen Perikanan dan Kelautan DKP Provinsi Bali 2. Dinas Pertanian, Kelautan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana 3. DKP Kabupaten Banyuwangi Muncar 4. Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Bali 5. BPS Provinsi Jawa Timur 6. Literatur-literatur yang berkaitan Sementara itu, biaya penangkapan adalah data primer diambil dari hasil survey lapangan dan wawancara dengan nelayan purse seine dengan dua perahu yang melakukan kegiatan penangkapan di Perairan Selat Bali. Teknik pengambilan sample atau contoh yang dilakukan pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sampling yang tidak acak dimana responden sengaja diambil berdasarkan tujuan tertentu penelitian dan telah diketahui pula karakteristik respondennya. Jumlah contoh yang diambil pada penelitian ini adalah 31 orang dimana 13 orang nelayan dari Kabupaten Jembrana Provinsi Bali dan 18 orang nelayan dari Kabupaten Banyuwangi-Muncar Provinsi Jawa Timur.

4.3. Analisis Data

Di dalam penelitian ini dilakukan analisis model bioekonomi eksploitasi multispesies sumberdaya perikanan pelagis. Model bioekonomi diturunkan dari dua pendekatan model yaitu pendekatan model biologi dan pendekatan model ekonomi. Pendekatan model biologi menjelaskan populasi dinamik dari stok multispesies sumberdaya perikanan pelagis dan dapat pula dilihat bagaimana ketergantungan antar spesies atau kaitan antar spesies seperti apakah antar spesies saling independent bebas, predator-mangsa dan berkompetisi terhadap pengusahaan perikanan di Perairan Selat Bali. Pendekatan model ekonomi menjelaskan tentang bagaimana permintaan terhadap multispesies sumberdaya perikanan pelagis dan keuntungan dari kegiatan perikanan tersebut. Kedua pendekatan model tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

4.3.1. Pendekatan Model Biologi

Model biologi yang umumnya dikembangkan dalam perikanan adalah dengan menggunakan spesies tunggal. Dalam model ini biasanya hanya