Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan pelagis meliputi spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies Ikan Lainnya pada kondisi aktual belum mengalami kelebihan tangkap atau overfishing baik secara biologi maupun ekonomi padahal pada pendekatan bioekonomi spesies tunggal dikatakan bahwa pengelolaan spesies tunggal Lemuru telah mengalami overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. 2. Pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali pada kondisi aktual rata-rata masih berada dibawah nilai optimal baik produksi maupun upaya penangkapan. Oleh karena itu pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan pelagis di perairan Selat Bali masih dapat ditingkatkan. 3. Target penangkapan alat tangkap purse seine dua perahu di Perairan Selat Bali tidak hanya spesies Lemuru melainkan terdapat spesies lainnya yaitu Kembung, spesies Ikan Lainnya, Tongkol dan spesies Layang. Kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis dibuat secara komprehensif dan berorientasi pada multispesies karena pada saat tidak musim spesies Lemuru kegiatan penangkapan dapat tetap dilakukan dan diarahkan pada penangkapan spesies yang lainnya selain spesies Lemuru.

7.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai musim berbagai jenis ikan multispesies yang dapat ditangkap dengan alat tangkap purse seine. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai migrasi berbagai jenis ikan baik secara horizonta maupun vertikal 3. Peninjauan kembali Surat Keputusan Bersama SKB antara Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Bali mengingat SKB tersebut diperbaharui 18 tahun yang lalu Tahun1992 dan dilengkapi dengan enforcement yang kuat. 4. Perlu pengawasan yang lebih baik oleh stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali. 5. Perlu kepastian pasar atau menciptakan pasar untuk spesies lainnya selain Lemuru DAFTAR PUSTAKA Ache, F. 1994. A System Approach to The Demand For Salmon in The European Union Technical Report. Centre for Research in Economic and Business Administration, European Union. . Anderson, K., dan Ursin, E. 1977. A Multispecies Extension to the Beverton and Holt Theory of Fishing, With Account of Phosporus Circulation and Primary Production. The Danish Institute of Fisheries and Marine Research. Danmarks. Fiskeri-og Havuldersgelser, N.S., 7: 319-435. Anderson, L. G dan Carlos, S.J. 2010. Bioeconomics of Fisheries Management. Willey Blackwell, Oxford. Aziz, K.A., M. Boer, J. Widodo, N. Namin, M.H. Amarullah, B. Hasyim, A. Djamali dan B. E. Priyono. 1998. Potensi, Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bachmura, F. 1971. The Economics of Vanishing Species. Natural Resouces Journal, 114: 674-692. Baskoro, M., R.I.Wahyu, A. Effendy. Migrasi dan Distribusi Ikan. Buku Ajar Tingkah Laku Ikan Lanjutan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Baumgartner, S., H. Dyckhoff, M. Faber, J. Proops, and J. Schiller. 2001. The Concept of Joint Production and Ecological Economics. Ecological Economics, 36: 365-372. Begon, M., J. Harper, and C.Townsend. 1996. Ecology. Third Edition. Oxford Blackwell Science, Oxford. Bird, P. 1986. Econometric Estimation of World Salmon Demand. Marine Resource Economics, 3: 169-182. Bromley, D.W. 1991. Environment and Economy : Property Rights and Public Policy. Basil Blackwell, Inc., Cambridge. Brown, B., J.Brennan, M.Grosslein, E. Heyerdahl, and R. Hennemuth. 1976. The Effect of Fishing on the Marine Finfish Biomass in the Northwest Atlantic from the Gulf of Marine to Cape Hatteras. Int. Comm. Northwest. Atl. Fish. Res. Bull, 12: 49-68. 249 Burhanuddin dan D.P. Praseno. 1982. Lingkungan Perairan Selat Bali. Prosiding Seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi 18-21 Januari 1982. Pros. No. 2SPL82: 27-32. Chaudhuri, K. 1986. A Bioeconomic Model of Harvesting a Multispecies Fishery. Ecological Modelling, 32 : 267-279. Clark, C. 1973. Profit Maximisation and the Extinction of Animal Species. Journal of Political Economy, Vancouver. Clark, C. 1985. Bioeconomic Modelling and Fisheries Management. John Wiley and Son, Inc., Vancouver. Clark, C. 1990. Mathematical Bioeconomic: The Optimal Management of Renewable Resources. Wiley Interscience, New York. Clark, C. and G.R. Munro. 1975. The Economic of Fishing and Modern Capital Theory : A Simplified Approach. Journal of Environmental Economics and Management, 22: 92-106. Clark, C., F. Clarke, and G. Munro. 1979. The Optimal Exploitation of Renewable Resource Stocks : Problem of Irreversible Investment. Econometrica, 471 : 25-47 Clark, J. R. 1992. Integrated Management of Coastal Zones. FAO Fisheries Technical Paper. No. 327. Rome. Cunningham, G.M., M.R. Dunn, and D. Whitmarsh. 1985. Fisheries Economics : An Introduction. Mansell Publishing Limited, London. Cunningham, G.M. 1986. Total Catchment Management-Resource Management For The Future. Journal of Soil Conservation, 421: 4-5. Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah : Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Statistik Kelautan Perikanan Tahun 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1990. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1990. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1991. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1991. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. 250 Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1992. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1992. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1993. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1993. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1994. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1994. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1995. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1995. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1996. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1996. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1997. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1997. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1998. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1998. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 1999. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1999. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2000. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2000. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2001. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2001. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2002. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2002. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2003. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2003. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. 251 Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2004. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 1999. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2005. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2005. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2006. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2006. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2007. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2007. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2008. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2008. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. 2009. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2008. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Jembrana-Bali. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1990. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1990. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1991. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1991. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1992. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1992. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1993. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1993. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1994. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1994. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1995. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1995. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. 252 Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1996. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1996. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1997. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1997. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1998. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1998. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Bali. 1999. Pengelolaan Perikanan Lemuru di Bali. Paper Presented at The Workshop on The Fishery and Management of Bali Sardinella Sardinella lemuru in Bali Strait. Denpasar, Bali, Indonesia, 6- 8 April 1999. Denpasar, Bali. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 1999. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 1999. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Resort Muncar. 1999. Laporan Tahunan Resort Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Dinas Perikanan Resort Muncar, Muncar. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2000. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2000. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2001. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2001. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2002. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2002. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2003. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2003. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2004. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2004. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2005. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2005. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. 253 Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2006. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2006. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2007. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2007. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2008. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2008. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2009. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur Tahun 2008. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Muncar Banyuwangi, Surabaya. Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana. 2008. Informasi Kegiatan Bidang Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana Tahun 2008. Jembrana, Bali. Dinas Perikanan dan Kelautan Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi. 2008. Laporan Tahunan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Muncar-Banyuwangi Tahun 2008, Banyuwangi.. Dwiponggo, A. dan W. Subani. 1972. Masalah perikanan lemuru dan bagan di Selat Bali. Lembaga Penelitian Perikanan Laut, I71-PL.01972:92-122. Dwiponggo, A. 1982. Beberapa aspek biologi ikan lemuru, Sardinella spp. Prosiding Seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi 18-21 Januari 1982. Pros. O., 2SPL82:75-88. Fauzi, A. 1990. A Study of The Management of Competing User Groups in Tropical Fisheries : A Bioeconomic Model of The San Miguel Bay Fisheries, The Philippines. Magister Science Thesis. The University of Guelph, Vancouver. Fauzi, A. 1998. The Management of Competing Multi Species Fisheries : A Case Study of a Small Pelagic Fishery on The North Coast of Central Java. A Thesis Submitted in Partial Fullfilment of The Requirement for the Degree of Doctor of Philosophy. Department of Economics. Simon Fraser University, Canada. Fauzi, A. 2000. Mencari Penerimaan Negara Melalui Fishing Fee. Media Indonesia, Jakarta. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta. 254 Fauzi,A., S. Murtadi, K.A. Aziz, E. Eidman, I. Muchsin, M.P. Sobari, M. Boer, Diniah, dan B. Juanda . 2000. Studi Sistem Tarif Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Laut, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fauzi, A. and E. Buchary, 2002. A Socioeconomic Perspective of Environmental Degradation at Kepulauan Seribu Marine National Park, Indonesia. Journal of Coastal Management, 30: 167-181. Fox, W. 1975. Fitting the Generalized Stock Production Model by The Least Squares and Equilibrium Approximation. Fishery Bulletin 731 :23-37. Gause, G. F. 1935. La Theorie Matematique de La Lutte Pour La Vie. Paris.: Hermann. Gould, J. 1972. Extinction of a Fishery by Commercial Exploitation : A Note. Journal of Political Economy, 80: 1031-1039. Gordon, H. S. 1954. The Economic Theory of A Common Property Resource: The Fishery. J. Polit. Econ., 62:124-142. Gulland, J. 1974. The Management of Marine Fisheries. Univ. of Washington press., Seattle. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat , Metode dan Taktik Penangkapan Ikan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Graham, M. 1952. Overfishing and Optimal Fishing. Cons. Intern. Expl. Mer, Rapp. et Proc.-Verb. des Reunions, 132: 72-78. Hanneson, R. 1988. Ekonomi Perikanan Suatu Pengantar. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hanneson, R. 1993. Bioeconomic Analysis of Fisheries. Fishing News Books, London. Hardin, G. 1968. The Tragedy of The Commons Science, 162: 1243-1248. Hermann, M. and B. Lin. 1988. The Demand and Suplly of Norwegian Atlantic Salmon in The United States and The Europian Community. Canadian Journal of Agricultural Economics, 36 : 459-471. Hilborn, R. 1979. Comparison of Fisheries Control Systems That Utilize Catch and Effort. J. Fosh. Res. Board Can., 36 : 1477-1489. Hilborn, R. and C.Walters. 1992. Quantitative Fisheris Stock Assessment Choice, Dynamic and Uncertainty, Chapman and Hall, New York. 255 Hollowed, A. B., J. Ianelli, and P. Livingston. 2000. Including Predation Mortality in Stock Assessment : A Case Study For Gulf of Alaska Walleye Pollock. ICES Journal of Marine Science, 57: 707-719. Horan, R.D., and S.,S. James. 1999. Optimal Management of Multiple Renewable Resource Stocks : An Aplication to Minke Whales. Netherlands, Environmental and Resource Economics, 453-458. ICES. 1988. Report of The Multispecies Assesment Working Group, Copenhagen, 1-8 June 1988. ICES CM 1988Assess:23. ICES. 1989. Report of The Multispecies Assesment Working Group, Copenhagen, 7-16 June 1989. ICES CM 1989Assess:20. ICES. 1994. Report of The Multispecies Assesment Working Group, Copenhagen. ICES CM 1994Assess:9. ICES. 1997. Multispecies Consideration in The Development and Provision of Precautionary Advice- Report from The 1997 meeting of The Multispecies Assesment Working Group. Prepared by J. Rice. ICES CM 1997V:2. Larkin, P. 1963. Interspecific Competition and Exploitation. J. Fish. Board. Can, 20: 647-678 Laurec, A., A. Biseau, and A.Charuau. 1991. Modelling Technical Interactions. ICES Mar. Sci. Symp., 193: 225-236. Lotka, A. 1925. Elements of Physical Biology. William and Wilkins Corp., Baltimore. May, R., J. Beddington, C. Clark, S. Holt, and R. Laws. 1979. Management of Multispesies Fisheries Science, 205 : 267-277. Merta, I.G.S., A. Ghofar, J. Widodo, S. Salim, and C.P. Mathews. 1997. Assessment of small pelagic resources in Indonesian waters. In : S.C. Venema ed.. Report of the IndonesiaFAODANIDA workshop on the assessment of the potensials of marine fisheries resources of Indonesia. GCPINT575DEN Rep. On Activity, 15 : 143-167 Merta, I.G.S., S. Nurhakim, dan J. Widodo. 1998. Sumberdaya perikanan pelagis kecil. In: Potensi dan penyebaran sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stock Sumberdaya Ikan Laut, Jakarta. Merta, I. G. S., K. Widana, Yunizal, dan R. Basuki. 1999. Status Perikanan Lemuru di Selat Bali : Perkembangan dan Prospeknya. FAO-Balitkanlut- Dirjen Perikanan, Jakarta. 256 Mesnil, B. and J.G. Shepherd. 1990. A Hybrid Age- and Length- Structured Model for Assessing Regulatory Measures in Multiple-Spesies, Multiple- Fleet Fisheries. J. Cons. Int. Explor. Mer., 472: 115-132. Milner-Guilland, E. and R. Mace. 1998. Conservation of Biological Resources. Blackwell Science, Oxford. Ministry of Agriculture, Forestry and Fishery, 1991-2001, Annual Report on Fisheries And Aquaculture Production Statistics, Tokyo. Mitchell, B. 1990. Integrated Water Management. In: Mitchell, B., editor. Integrated Water Management: International Experiences and Perspective. London, Belhaven pr; 1985.: 1-21. Nikolsky, K. V. 1970. The Ecology of Fishes. Academic Press., London. Panayotou, T. 1985. Small-Scale Fisheries in asia : A Socio Economic Analysis and Policy. IDRC, Ottawa. Pascoe, S. 1997. Bycatch Management and The Economics of Discarding. FAO Fisheries Technical Paper, 370. FAO. Rome, 137 pp. Paulik, G., A. Hourston, and P. Larkin. 1967. Exploitation of Multiple Stocks by a Common Fishery. J. Fish. Res. Board. Can., 34: 2527-2537. Pauly, D. 1979. Theory and Management of Tropical Multispecies Stocks : A review with emphasis on the Southeast Asia Demersal Fishery, ICLARM Stud. Review 1. Pearse, P.H. 1981. Conflict and Opportunity : Towards a New Policy for Canada’s Pasific Fisheries. Govt. of Canada Comm.on Pasific Fisheries Policy, Vancouver. Pimm. S. 1991. The Balance of Nature? Ecological Issues in the Conservation of Species and Communities. Chicago: The University of Chicago Press, Chicago. Placenti, V., G. Rizzo, and M. Spagnolo. 1992. A Bioeconomic Model For the Optimization of a Multispecies, Multigear Fishery : The Italian Case. Marine Resource Economics, 7: 275-295. Pope, J. G. 1979. Stock Assessment in Multispecies Fisheries, With Special Reference to The Trawl Fishery in The Gulf of Thailand. South China Sea Fish, Develop, Coop, Programme SCSDEV7919 Pope, J.G. 1991. The ICES multispesies assessment working group : evolution, insight, and future problems. ICES Mar. Sci. Symp., 193 : 22-33. 257 Purwaka, T. 2000. Sistem Hukum dan Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan. Pelatihan Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu Integrated Coastal Zone Management. Kerjasama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, LP IPB, Inspektorat Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri, Bogor. Purwanto. 2008. Resource Rent Generated in the Bali Strait Sardine Fishery in a Fluctuating Environment. A Report of a Case Study submitted to the FAOWorld Bank PROFISH. Ralston, S., and J.J. Polovina. 1982. A Multispecies Analysis of the Commercial Deep-Sea Handline Fishery in Hawaii. Fisheries Bulletin, 80 : 435-448. Rijnsdorp, A. D., V. M. P. L. Broekman, and E. G. Visser. 2000. Competitive Interactions among Beam Trawlers Exploiting Local Patches of Flatfish in The North Sea. ICES J. Mar. Sci., 57: 894-902. Robinson, S. 1992. Horses for Courses are Galloping along in WA. Catchment Matters 5, September : 4-6. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Binacipta, Bogor. Schaefer, M. B. 1954. Some Aspect of Dynamics of Population Important to The Management of Commercial Marine Fisheries. Bull. Inter. Amer. Trop. Tuna Comm., 1 : 25-56. Smith, V. 1969. On Models of Commercial Fishing. Journal of Political Economy, 77: 181-198 Sujastani, T. dan Nurhakim. 1982. Potensi Sumberdaya Perikanan Lemuru di Selat Bali. Prosiding Sem. Perikanan Lemuru. Banyuwangi 18-21 Januari 1982. Pros., 2:1-11. Tai, S.,Y. 1993. Management if Small Pelagic Fisheries on The Northwest Coast of Peninsular Malaysia : A Bio-Socioeconomic Simulation Analysis. PhD Thesis. Departement of Economic. Simon Fraser University. Tambunan, M. 2002. The Extraction and Preservation of Natural Resources. Lecture Materials for Graduate School of Economics, University of Indonesia, Jakarta. Tetard, A., M. Boon, D. Bennet, P. Berthou, S. Bossy, J. Casey, R. De Clerck, J.P. Delpech, C. Dintheer, M. Giret, P. Large, D. Latroite, M. Lemoine, R. Milner, Y. Morizr, S. Ozanne, D. Palmer, M. Pawson, G. Pickett, and M. Vince. 1995. Catalogue International des Activities des Flottilles de la Manche : Approche des Interaction Technique. OFREMER, Brest, 337 pp. 258 Tietenberg, T. 1992. Environmental and Natural Resource Economics. Third Edition. Harper Collins Publisher, New York. Volterra, V. 1926. Variazioni e Fluctuazioni del numero deindividui in specie animali conviventi. Reale Accademia Nazionale dei Lincei Series, VI 2: 31-113. Walters, C. and R. Hilborn. 1976. Adaptive control of fishing system. J. Fish. Res. Board. Can., 33: 145-159. Walters, C. J. 1978. Some Dynamic Programming Applications in Fisheries Management. Dynamaic Programming and its Application Academic Press Inc., New York. Wessells, C. and J. Wilen. 1993. Economic Analysis of Japanese Household Demand For Salmon. Journal of The World Aquaculture Society, 24 : 361- 378. Whitehead, P.J.P. 1985. FAO Species Catalogue. Vol. 7. Clupeid fishes of the world. An annotated and illustrated catalogue of the Herrings, Sardines, Pilchards, Sprats, Anchovies, and Wolf Herrings. Part 1. Chirocentridae, Clupeidae and Pristigasteridae. FAO Fish. Synop., 725. World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. Oxford and New York, Oxford University Press. Zulbainarni, N., M. Tambunan, and A. Fauzi, 2002. Economic Analysis of Optimal Management For Lemuru Fishery Sardinella longiceps in Bali Strait, Indonesia. Paper Presented at International Socio-Economics Fisheries Symposium on The 5 th JSPS Seminar Bogor, Bogor. Lampiran 1. Alat Tangkap Purse Seine Dua Perahu dan Teknik Pengoperasiannya Lampiran 2. Proporsi Upaya Penangkapan Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis dengan Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine di Provinsi Jawa Timur dan Bali Trip Tahun Proporsi Upaya Penangkapan Jawa Timur Total Proporsi Upaya Penangkapan Bali Total Lemuru Tongkol Layang Kembung Lainnya Lemuru Tongkol Layang Kembung Lainnya 1990 10.512 50 191 29 48 10.830 5.850 633 90 13 548 7.134 1991 10.692 52 740 26 990 12.500 6.308 129 83 12 3 6.534 1992 17.182 103 1.084 235 2.065 20.670 3.973 356 175 218 228 4.950 1993 10.048 179 361 41 10 10.639 4.309 185 401 10 838 5.742 1994 178 66 159 26 4.325 4.753 6.947 246 95 13 203 7.505 1995 2.913 291 306 5 38 3.552 3.509 1.242 611 63 54 5.478 1996 470 234 92 8 361 1.165 4.950 780 111 16 2.933 8.789 1997 6.759 75 227 9 15 7.085 5.934 243 44 3 134 6.358 1998 15.033 397 547 16 45 16.039 6.972 463 19 - 320 7.774 1999 750 1.611 340 165 282 3.148 2.151 4.365 1 46 344 6.907 2000 1.574 538 372 61 604 3.148 3.942 1.582 5 50 474 6.052 2001 2.833 769 1.096 142 1.000 5.840 2.325 1.115 870 26 122 4.458 2002 3.441 419 296 24 146 4.327 5.851 344 - 1 307 6.503 2003 2.755 90 435 25 44 3.350 6.229 - 3 32 2.616 8.880 2004 14.437 640 3.934 194 226 19.431 18.878 1.056 35 70 1.031 21.070 2005 5.570 44 385 15 58 6.072 12.046 451 418 - 405 13.320 2006 9.465 131 440 6 66 10.108 12.427 33 125 - 735 13.320 2007 46.682 822 1.439 7 75 49.025 8.309 62 65 - 204 8.640 2008 37.160 2.722 3.622 - 896 44.400 15.544 320 18 1 438 16.320 2009 36.600 1.328 1.373 85 2.795 42.180 15.417 136 305 - 7 15.865 Rata- rata 11.753 528 872 56 704 13.913 7.594 687 174 29 597 9.080 Lampiran 3. Produksi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis dengan Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine di Provinsi Jawa Timur, Bali dan Perairan Selat Bali Ton Tahun Produksi Multispesies Perikanan Pelagis Multiregional Lemuru Jatim Lemuru Bali Lemuru PSB Tongkol Jatim Tongk ol Bali Tongk ol PSB Layang Jatim Layang Bali Layang PSB Kembung Jatim Kembung Bali Kembung PSB Lainnya Jatim Lainnya Bali Lainnya PSB Total Produksi Jatim Total Produksi Bali Total PSB 1990 20 670 22 557 43 227 98 2 441 2 539 375 348 723 58 49 107 95 2 113 2 208 21 296 27 508 48 804 1991 27 837 25 034 52 871 136 511 647 1927 328 2 255 67 46 113 2 577 12 2 589 32 544 25 931 58 475 1992 25 416 23 195 48 611 152 2 076 2 228 1 604 1,022 2 626 348 1 273 1 621 3 055 1 331 4 386 30 575 28 897 59 472 1993 25 777 13 265 39 042 460 568 1 028 927 1,233 2 160 104 32 136 25 2 579 2 604 27 293 17 677 44 970 1994 1 016 14 954 15 970 374 530 904 909 204 1 113 146 29 175 24 678 438 25 116 27 123 16 155 43 278 1995 5 631 11 044 16 675 562 3 909 4 471 592 1,922 2 514 9 198 207 73 170 243 6. 867 17 243 24 110 1996 1 438 7 233 8 671 716 1 139 1 855 280 162 442 25 23 48 1 103 4 285 5 388 3 562 12 842 16 404 1997 16 171 27 838 44 009 179 1 139 1 318 542 208 750 21 16 37 37 628 665 16 950 29 829 46 779 1998 41 415 31 555 72 970 1 093 2 095 3 188 1 507 86 1 593 45 - 45 125 1 448 1 573 44 185 35 184 79 369 1999 1 571 5 913 7 484 3 374 11 999 15 373 712 4 716 346 126 472 591 946 1 537 6 594 18 988 25 582 2000 5 020 7 645 12 665 1 715 3 068 4 783 1 186 9 1 195 193 97 290 1 926 919 2 845 10 040 11 738 21 778 2001 3 622 6 467 10 089 983 3 101 4 084 1 401 2 420 3 821 182 72 254 1 278 338 1 616 7 466 12 398 19 864 2002 9 362 33 937 43 299 1 140 1 997 3 137 806 - 806 65 5 70 398 1 779 2, 177 11 771 37 718 49 489 2003 15 120 28 831 43 951 496 - 496 2 389 12 2 401 135 149 284 243 12 108 1 351 18 383 41 100 59 483 2004 8 687 12 420 21 107 385 695 1 080 2 367 23 2 390 117 46 163 136 678 814 11 692 13 862 25 554 2005 7 195 12 825 20 020 57 480 537 498 445 943 19 - 19 75 431 506 7 844 14 181 22 025 2006 46 196 16 424 62 620 638 44 682 2 149 165 2 314 27 - 27 324 971 1 295 49 334 17 604 66 938 2007 53 143 26 685 79 828 936 200 1 136 1 638 208 1 846 8 - 8 85 655 740 55 810 27 748 83 558 2008 25 061 25 185 50 246 1 836 518 2 354 2 443 29 2 472 - 1 1 604 710 1 314 29 944 26 443 56 387 2009 28 446 30 687 59 133 1 032 270 1 302 1 067 608 1 675 66 - 66 2.172 14 2 186 32 783 31 579 64 362 Rata2 18 440 19 185 37 624 818 1 839 2 657 1 266 472 1 738 99 108 207 1 980 1 628 3 608 22 603 23 231 45 834 Lampiran 4. Perhitungan Parameter Biologi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali dengan Menggunakan Model Schaefer, Fox, Walters dan Hilborn, Schnute dan Clark, Yoshimoto and Pooley Contoh : Perhitungan Spesies Lemuru Tahun Produksi Ton Effort Trip Catch Per Unit Effort TonTrip 1990 43 227.00 15 911 2.716777 1991 52 871.20 17 210 3.072134 1992 48 611.19 20 941 2.321311 1993 39 042.00 14 222 2.745254 1994 15 969.60 4 523 3.530592 1995 16 675.00 6 245 2.669989 1996 8 671.00 5 262 1.647981 1997 44 009.00 12 647 3.479804 1998 72 970.00 21 893 3.333011 1999 7 484.00 2 942 2.544207 2000 12 664.90 5 350 2.367152 2001 10 089.00 5 230 1.928918 2002 43 299.00 9 475 4.569621 2003 43 951.00 9 037 4.863696 2004 21 107.00 33 453 0.630947 2005 20 020.00 17 627 1.135778 2006 62 620.00 21 917 2.857179 2007 79 828.00 55 091 1.449025 2008 50 246.00 54 107 0.928640 2009 59 133.00 53 329 1.108829 1. Model Surplus Produksi Schaefer Tahun Produksi Ton Effort Trip CPUE Effort Trip E E 2 1990 43 227.00 15 911.13 2.716776664 15 911.13 253 164 213.79 1991 52 871.20 17 209.93 3.072134076 17 209.93 296 181 551.72 1992 48 611.19 20 941.26 2.321311475 20 941.26 438 536 421.85 1993 39 042.00 14 221.64 2.745253648 14 221.64 202 254 950.17 1994 15 969.60 4 523.21 3.530592266 4 523.21 20 459 402.45 1995 16 675.00 6 245.34 2.669988926 6 245.34 39 004 324.87 1996 8 671.00 5 261.59 1.647980711 5 261.59 27 684 336.80 1997 44 009.00 12 646.98 3.479803615 12 646.98 159 946 054.23 1998 72 970.00 21 893.11 3.33301138 21 893.11 479 308 465.41 1999 7 484.00 2 941.58 2.544206862 2 941.58 8 652 920.59 2000 12 664.90 5 350.27 2.367152174 5 350.27 28 625 374.33 2001 10 089.00 5 230.39 1.928918237 5 230.39 27 357 008.54 2002 43 299.00 9 475.40 4.569621422 9 475.40 89 783 243.22 2003 43 951.00 9 036.54 4.86369583 9 036.54 81 659 122.37 2004 21 107.00 33 452.87 0.630947384 33 452.87 1 119 09 424.89 2005 20 020.00 17 626.69 1.13577764 17 626.69 310 700 188.75 2006 62 620.00 21 916.72 2.857179443 21 916.72 480 342 587.16 2007 79 828.00 55 090.85 1.449024538 55 090.85 3 035 002 249.13 2008 50 246.00 54 107.10 0.928639657 54 107.10 2 927 578 409.16 2009 59 133.00 53 329.22 1.108829357 53 329.22 2 844 005 254.00 x1 Y x1 x2 Lampiran 4. Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.574127621 R Square 0.329622525 Adjusted R Square 0.292379332 Standard Error 0.967700491 Observations 20 ANOVA df SS MS Significance F Regression 1 8.28804112 8.28804112 0.008114678 Residual 18 16.85599634 0.936444241 Total 19 25.14403746 Coefficients Standard Error t Stat Lower 95 Upper 95 Upper 95,0 Intercept 3.251706768 0.333934353 9.737562915 2.550136728 3.953276809 3.953277 X Variable 1 -3.91636E-05 1.31643E-05 -2.974986416 -6.68208E-05 -1.15065E-05 -1.2E-05 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.580516954 R Square 0.336999934 Adjusted R Square 0.258999926 Standard Error 0.990261359 Observations 20 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 8.473538952 4.236769476 4.320511536 0.030399424 Residual 17 16.6704985 0.980617559 Total 19 25.14403746 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Lower 95,0 Upper 95,0 Intercept 3.048335825 0.579151852 5.263448288 6.33843E-05 1.826432236 4.270239 1.826432 4.270239 X Variable 1 -1.49299E-05 5.7324E-05 -0.260448102 0.797646624 -0.000135873 0.000106 -0.00014 0.000106 X Variable 2 -4.11581E-10 9.46315E-10 -0.434930221 0.669084037 -2.40813E-09 1.58E-09 -2.4E-09 1.58E-09 Kq = 3.251706768 r = 1.49299E-05 q = 4.11581E-10 K = 7 900 530.760 Lampiran 4. Lanjutan 2. Model Surplus Produksi Fox SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.574127621 R Square 0.329622525 Adjusted R Square 0.292379332 Standard Error 0.967700491 Observations 20 ANOVA df SS MS F Regression 1 8.2880411 8.28804112 8.8505441 Residual 18 16.855996 0.936444241 Total 19 25.144037 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 U Intercept 3.251706768 0.3339344 9.737562915 1.34262E-08 2.550136728 X Variable 1 -3.9164E-05 1.316E-05 -2.974986416 0.008114678 -6.68208E-05 - -ab 83 028.7382 Lampiran 4. Lanjutan Tahun Prod Aktual Et trip CPUEt=Ut CPUEt+1 Et+1 Et= z=-ab- Et zUt zUt+1 1b X= Y= xy ton Et+Et+12 zUt+1b zUt+1 +1b 1990 43 227.00 15 911 2.716777 3.072134 17 210 16 561 66 468.21 24 465.83 21 635.84 -25 533.8947 1 068.06 3 898.05 0.273998 1991 52 871.20 17 210 3.072134 2.321311 20 941 19 076 63 953.14 20 817.17 27 550.44 -25 533.8947 4 716.72 2 016.54 2.339015 1992 48 611.19 20 941 2.321311 2.745254 14 222 17 581 65 447.29 28 194.10 23 840.16 -25 533.8947 2 660.21 1 693.73 1.570616 1993 39 042.00 14 222 2.745254 3.530592 4 523 9 372 73 656.32 26 830.42 20 862.31 -25 533.8947 1 296.53 4 671.58 0.277535 1994 15 969.60 4 523 3.530592 2.669989 6 245 5 384 77 644.46 21 991.91 29 080.44 -25 533.8947 3 541.99 3 546.55 0.998713 1995 16 675.00 6 245 2.669989 1.647981 5 262 5 753 77 275.27 28 942.17 46 890.88 -25 533.8947 3 408.27 21 356.99 0.159586 1996 8 671.00 5 262 1.647981 3.479804 12 647 8 954 74 074.45 44 948.62 21 286.96 -25 533.8947 19 414.72 4 246.93 4.571471 1997 44 009.00 12 647 3.479804 3.333011 21 893 17 270 65 758.69 18 897.24 19 729.51 -25 533.8947 6 636.65 5 804.38 1.143387 1998 72 970.00 21 893 3.333011 2.544207 2 942 12 417 70 611.39 21 185.46 27 753.79 -25 533.8947 4 348.43 2 219.90 1.958844 1999 7 484.00 2 942 2.544207 2.367152 5 350 4 146 78 882.81 31 004.87 33 323.93 -25 533.8947 5 470.98 7 790.03 0.702305 2000 12 664.90 5 350 2.367152 1.928918 5 230 5 290 77 738.41 32 840.48 40 301.56 -25 533.8947 7 306.58 14 767.66 0.494769 2001 10 089.00 5 230 1.928918 4.569621 9 475 7 353 75 675.84 39 232.27 16 560.64 -25 533.8947 13 698.38 8 973.26 1.526578 2002 43 299.00 9 475 4.569621 4.863696 9 037 9 256 73 772.77 16 144.17 15 168.05 -25 533.8947 9 389,72 10 365.85 0.905832 2003 43 951.00 9 037 4.863696 0.630947 33 453 21 245 61 784.03 12 703.10 97 922.64 -25 533.8947 12 830,79 72 388.74 0.177248 2004 21 107.00 33 453 0.630947 1.135778 17 627 25 540 57 488.96 91 115.30 50 616.39 -25 533.8947 65 58.,40 25 082.49 2.614629 2005 20 020.00 17 627 1.135778 2.857179 21 917 19 772 63 257.03 55 694.91 22 139.68 -25 533.8947 30 161.02 3 394.22 8.886003 2006 62 620.00 21 917 2.857179 1.449025 55 091 38 504 44 524.95 15 583.53 30 727.53 -25 533.8947 9 950.36 5 193.64 1.915874 2007 79 828.00 55 091 1.449025 0.928640 54 107 54 599 28 429.76 19 619.93 30 614.42 -25 533.8947 5 913.96 5 080.52 1.164047 2008 50 246.00 54 107 0.928640 1.108829 53 329 53 718 29 310.58 31 562.92 26 433.81 -25 533.8947 6 029.03 899.91 6.699581 2009 59 133.00 53 329 1.108829 Nilai Paremeter Biologi Spesies Ikan Lemuru q a=qK b q2 b=q2Kr a K r 0.0000079 410 194 0.0000392 0.00000000006 0.6582 3.2517 Lampiran 4. Lanjutan 3. Model Surplus Produksi Walters dan Hilborn Tahun Ut Ut+1 Ut+1Ut-1 1990 2.716777 3.072134 0.130801 2.716777 1991 3.072134 2.321311 0.244398 3.072134 1992 2.321311 2.745254 0.182630 2.321311 1993 2.745254 3.530592 0.286071 2.745254 1994 3.530592 2.669989 0.243756 3.530592 1995 2.669989 1.647981 0.382776 2.669989 1996 1.647981 3.479804 1.111556 1.647981 1997 3.479804 3.333011 0.042184 3.479804 1998 3.333011 2.544207 0.236664 3.333011 1999 2.544207 2.367152 0.069591 2.544207 2000 2.367152 1.928918 0.185131 2.367152 2001 1.928918 4.569621 1.369007 1.928918 2002 4.569621 4.863696 0.064354 4.569621 2003 4.863696 0.630947 0.870274 4.863696 2004 0.630947 1.135778 0.800115 0.630947 2005 1.135778 2.857179 1.515615 1.135778 2006 2857179 1.449025 0.492848 2.857179 2007 1.449025 0.928640 0.359128 1.449025 2008 0.928640 1.108829 0.194036 0.928640 2009 1.108829 y Lampiran 4. Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.762379642 R Square 0.581222719 Adjusted R Square 0.528875559 Standard Error 0.439403035 Observations 19 ANOVA df SS MS Regression 2 4.287514055 2.143757028 11. Residual 16 3.089200435 0.193075027 Total 18 7.376714491 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper Intercept 1.807161194 0.380901204 4.744435502 0.000219911 0.999686719 X Variable 1 -0.503052708 0.107037875 -4.699763598 0.000240966 -0.729962864 X Variable 2 -2.18074E-05 7.95491E-06 -2.741379595 0.014488483 -3.86711E-05 r = α 1.807161 q = 2.18074E-05 K =r 164 732.47 Lampiran 4. Lanjutan 4. Model Surplus Produksi Schnute Tahun CPUEt Et Et+1 CPUEt+1 Ut+1Ut Ln Ut+1Ut 1990 2.716777 15 911 17 210 3.072134 1.130801 0.122926 1991 3.072134 17 210 20 941 2.321311 0.755602 0.28024 1992 2.321311 20 941 14 222 2.745254 1.182630 0.167741 1993 2.745254 14 222 4 523 3.530592 1.286071 0.251592 1994 3.530592 4 523 6 245 2.669989 0.756244 0.27939 1995 2.669989 6 245 5 262 1.647981 0.617224 0.48252 1996 1.647981 5 262 12 647 3.479804 2.111556 0.747425 1997 3.479804 12 647 21 893 3.333011 0.957816 0.04309 1998 3.333011 21 893 2 942 2.544207 0.763336 0.27005 1999 2.544207 2 942 5 350 2.367152 0.930409 0.07213 2000 2.367152 5 350 5 230 1.928918 0.814869 0.20472 2001 1.928918 5 230 9 475 4.569621 2.369007 0.862471 2002 4.569621 9 475 9 037 4.863696 1.064354 0.062368 2003 4.863696 9 037 33 453 0.630947 0.129726 2.04233 2004 0.630947 33 453 17 627 1.135778 1.800115 0.587850 2005 1.135778 17 627 21 917 2.857179 2.515615 0.922517 2006 2.857179 21 917 55 091 1.449025 0.507152 0.67894 2007 1.449025 55 091 54 107 0.928640 0.640872 0.44492 2008 0.928640 54 107 53 329 1.108829 1.194036 0.177339 2009 1.108829 53 329 y Lampiran 4. Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.239771 R Square 0.057490132 Adjusted R Square -0.060323601 Standard Error 0.683905062 Observations 19 ANOVA df SS MS Regression 2 0.456477128 0.228238564 Residual 16 7.483618136 0.467726133 Total 18 7.940095263 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Intercept 0.633594924 0.784430881 0.807712877 0.431101064 -1.029324247 X Variable 1 -0.171656338 0.23063333 -0.744282443 0.467496855 -0.660577153 X Variable 2 -1.33516E-05 1.37101E-05 -0.973854657 0.344623026 -4.24157E-05 r =α 0.633595 q = 1.33516E-05 K =r 276 450.54 Lampiran 4. Lanjutan 5. Model Surplus Produksi Clark, Yoshimoto and Pooley CYP Tahun CPUE CPUE t E t+1 E t Ln CPUE t+1 t+ 1990 2.716777 3.072134 15 911 17 210 1.122372 1991 3.072134 2.321311 17 210 20 941 0.842132 1992 2.321311 2.745254 20 941 14 222 1.009873 1993 2.745254 3.530592 14 222 4 523 1.261466 1994 3.530592 2.669989 4 523 6 245 0.982074 1995 2.669989 1.647981 6 245 5 262 0.499551 1996 1.647981 3.479804 5 262 12 647 1.246976 1997 3.479804 3.333011 12 647 21 893 1.203876 1998 3.333011 2.544207 21 893 2 942 0.933819 1999 2.544207 2.367152 2 942 5 350 0.861688 2000 2.367152 1.928918 5 350 5 230 0.656959 2001 1.928918 4.569621 5 230 9 475 1.519430 2002 4.569621 4.863696 9 475 9 037 1.581799 2003 4.863696 0.630947 9 037 33 453 0.46053 2004 0.630947 1.135778 33 453 17 627 0.127318 2005 1.135778 2.857179 17 627 21 917 1.049835 2006 2.857179 1.449025 21 917 55 091 0.370891 2007 1.449025 0.928640 55 091 54 107 0.07403 2008 0.928640 1.108829 54 107 53 329 0.103305 2009 1.108829 53 329 y Lampiran 4. Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.633934275 R Square 0.401872665 Adjusted R Square 0.327106748 Standard Error 0.455512511 Observations 19 ANOVA df SS MS Regression 2 2.23056775 1.115284 Residual 16 3.319866369 0.207492 Total 18 5.550434118 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Intercept 1.267211751 0.30681916 4.130158 0.000785305 0.616784192 1.917639 X Variable 1 -0.051123841 0.227668534 -0.22455 0.82516895 -0.53375957 0.431511 X Variable 2 -1.19869E-05 3.99168E-06 -3.00297 0.008427051 -2.0449E-05 -3.525E r = 21- 1+ 2.215513 q = - β+r 0.0000505310 K = EXPαβ+rβrq 66 072.06 Lampiran 5. Hasil Perhitungan Ketergantungan Antar Spesies Uraian Nilai Rata-rata Biomass Lemuru x1 126 325.77 r Spesies Lemuru 1Tahun 1.807161194 K Spesies Lemuru Ton 164 732.47 Biomass Tongkol x2 Ton 68 962.86 Biomass Layang x3 Ton 31 759.78 Biomas Kembung x4 Ton 236 716.04 Biomass Ikan lainnya x5 Ton 158 081.33 x1.x2.x3.x4.x5 1.03536E+25 a 5.14073E-21 Rata-rata Biomass Tongkol x2 Ton 68 962.86 r Spesies Tongkol 1Tahun 1.126402095 K Spesies Tongkol Ton 72 342.17 b 3.50473E-22 Rata-rata Biomass Layang x3 Ton 31 759.78 r Spesies Layang 1Tahun 1.249845095 K Spesies Layang Ton 34 182.30 c 2.71712E-22 Rata-rata Biomas Kembung x4 Ton 236 716.04 r Spesies Kembung 1Tahun 1.030516173 K Spesies Kembung Ton 236 983.00 d 2.65409E-23 Rata-rata Biomas Ikan Lainnya x5 Ton 158 081.33 r Spesies Ikan Lainnya 1Tahun 1.018058465 K Spesies Ikan Lainnya Ton 161 949.26 e 3.71245E-22 Lampiran 6. Rekapitulasi Biaya Penangkapan Per Trip Responden Kabupaten Banyuwangi-Muncar Provinsi Jawa Timur No. Nama Umur Pendidikan PS yang digunakan Bahan Bakar liter Nilai bahan bakar Rp Es Balok Rp Olie Rp Pangan Rp Total Rp 1 Suripto 48 SMP 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 2 H. Asat 46 SMP 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 3 H. AliwafaSaddam 56 SMP 2 perahu 169 760 500 236 000 236 000 66 500 1 299 000 4 Soewarno 45 SMP 2 perahu 169 760 500 236 000 236 000 66 500 1 299 000 5 H. Fadillah 61 MI 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 6 H. Madsudi 49 MI 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 7 Sunairi 38 SMP 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 8 H. Ragil 43 SMP 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 9 H. Junaidi 40 SMP 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 10 H. Subandoyo 54 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 11 H. Lihen 50 SD 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 12 H. Matzenal 53 SD 2 perahu 200 900 000 280 000 280000 75 000 1 535 000 13 H. Nikmat 40 SD 2 perahu 169 760 500 236 000 236 000 66 500 1 299 000 14 H. Sadimo 48 SD 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 15 H. Salim 52 SD 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 16 H. Soemarto 55 SD 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 17 H. Saroso 56 SMP 2 perahu 200 900 000 280 000 280 000 75 000 1 535 000 18 H. Basori 37 SMP 2 perahu 169 760 500 236 000 236 000 66 500 1 299 000 Rata-rata 1 482 556 Keterangan : - Harga es Rp 7 000 per balok - Harga Oli Rp 25 000 per liter Lampiran 7. Rekapitulasi Biaya Penangkapan Per Trip Responden Kabupaten Jembrana Provinsi Bali No. Nama Umur Pendidikan PS yang digunakan Bahan Bakar liter Nilai bahan bakar Rp Es Balok Rp Olie Rp Pangan Rp Total 1 Sodikin 47 SMP 2 perahu 154 693 000 210 000 210 000 58 000 1 171 000 2 Mujirin 42 SMP 2 perahu 175 787 500 245 000 245 000 75 000 1 352 500 3 Jaelani 40 SD 2 perahu 154 693 000 210 000 210 000 58 000 1 171 000 4 H Sobari 35 SMP 2 perahu 154 693 000 210 000 210 000 58 000 1 171 000 5 Sawir 32 SMA 2 perahu 175 787 500 245 000 245 000 75 000 1 352 500 6 Wawan 30 SD 2 perahu 154 693 000 210 000 210 000 58 000 1 171 000 7 I Ketut Karta 50 SD 2 perahu 154 693 000 210 000 210 000 58 000 1 171 000 8 Bohani 62 SD 2 perahu 175 787 500 245 000 245 000 75 000 1 352 500 9 Onyek Herman 23 SLTA 2 perahu 175 787 500 245 000 245 000 75 000 1 352 500 10 Herman 42 SD 2 perahu 154 693 000 210 000 210 000 58 000 1 171 000 11 Helmi 47 SD 2 perahu 154 693 000 210 000 210 000 58 000 1 171 000 12 Ali Basari 42 SLTA 2 perahu 175 787 500 245 000 245 000 75 000 1 352 500 13 H. Atim 42 SMA 2 perahu 175 787 500 245 000 245 000 75 000 1 352 500 Rata-rata 1 254 769 Keterangan : - Harga es Rp 7 000 per balok - Harga Oli Rp 25 000 per liter Lampiran 8. Hasil Perhitungan Analisis Bioekonomi Menggunakan Model Surplus Produksi Walters dan Hilborn di Perairan Selat Bali Contoh : Perhitungan untuk Spesies Lemuru r = 1.807161194 q = 2.18074E-05 K = 164 732,47 Harga p = 3.6251 cost c= 0.5409 H MSY 74 424.53 = X MSY 82 366.23 = E MSY 41 434.56 = π MSY 247 382.05 = 2q = 0.00004361 Kpq = 13.02272091 E MEY 39 713.47 = X MEY 85 787.53 = H MEY 74 296.12 = π MEY 247 847.54 = pq= 0.00007905 rc = 0.98 X OA 6 842.59 = H OA 11 852.02 = E OA 79 426.93 = π OA = Lampiran 9. Perhitungan Rente Ekonomi dan Present Value Rente Ekonomi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali Contoh : Perhitungan untuk Spesies Lemuru Tahun Effort trip Prod Aktual Ton Prod Lestari Ton Harga Riil Juta RpTon Total Sust Revenue Juta Rp Costefforttahun Juta RpTrip Total Cost Juta Rp Rente Ekonomi Juta Rp PV Rente 12 1990 15 911 43 227.00 68 133.70 0.109759 7 478.31 0.165841 2 638.71 4 839.59 40 329.92 1991 17 210 52 871.20 74 664.27 0.081453 6 081.62 0.186231 3 205.02 2 876.60 23 971.70 1992 20 941 48 611.19 94 239.79 0.118357 11 153.98 0.181835 3 807.86 7 346.12 61 217.67 1993 14 222 39 042.00 59 857.44 0.136851 8 191.57 0.212219 3 018.10 5 173.48 43 112.30 1994 4 523 15 969.60 17 136.04 0.215972 3 700.90 0.096820 437.94 3 262.97 27 191.38 1995 6 245 16 675.00 24 126.55 0.469530 11 328.14 0.197183 1 231.47 10 096.67 84 138.89 1996 5 262 8 671.00 20 101.80 0.405670 8 154.70 0.158307 832.95 7 321.75 61 014.60 1997 12 647 44 009.00 52 366.56 0.207605 10 871.55 0.309364 3 912.52 6 959.04 57 991.97 1998 21 893 72 970.00 99 426.69 1.011813 100 601.22 0.556715 12 188.23 88 412.99 736 774.95 1999 2 942 7 484.00 10 942.42 3.164964 34 632.38 0.180949 532.28 34 100.10 284 167.51 2000 5 350 12 664.90 20 461.16 6.407384 131 102.52 0.396219 2 119.88 128 982.65 1 074 855.38 2001 5 230 10 089.00 19 975.54 4.381747 87 527.75 0.390713 2 043.58 85 484.17 712 368.07 2002 9 475 43 299.00 37 931.45 2.935063 111 331.19 0.745005 7 059.22 104 271.97 868 933.12 2003 9 037 43 951.00 36 002.72 2.207573 79 478.64 0.658618 5 951.63 73 527.01 612 725.10 2004 33 453 21 107.00 168 688.65 9.176688 1 548 003.14 0.780690 26 116.31 1 521 886.83 12 682 390.24 2005 17 627 20 020.00 76 790.84 6.168132 473 656.04 0.969121 17 082.39 456 573.65 3 804 780.41 2006 21 917 62 620.00 99 556.32 5.256908 523 358.40 1.053174 23 082.12 500 276.28 4 168 968.98 2007 55 091 79 828.00 329 475.63 6.854385 2 258 352.73 1.141209 62 870.20 2 195 482.53 18 295 687.78 2008 54 107 50 246.00 321 284.77 8.775523 2 819 441.99 1.180967 63 898.70 2 755 543.29 22 962 860.75 2009 53 329 59 133.00 314 867.39 14.416345 4 539 236.77 1.257467 67 059.75 4 472 177.02 37 268 141.86 Lampiran 9. Lanjutan Tahun Effort trip Prod Aktual Ton PL Lemuru Jatim Ton Harga Riil Juta RpTon Total Sust Revenue Juta Rp Costefforttahun Juta RpTrip Total Cost Juta Rp Rente Ekonomi Juta Rp PV Rente 12 1990 10 512 20 670.00 32 579.72 0.1138215 3 708.27 0.1823355 1 916.65 1 791.63 14 930.23 1991 10 692 27 837.20 39 311.46 0.0625476 2 458.84 0.1766036 1 888.27 570.57 4 754.73 1992 17 182 25 416.19 49 272.94 0.1010976 4 981.38 0.1849387 3 177.69 1 803.68 15 030.67 1993 10 048 25 777.00 39 520.14 0.1113588 4 400.92 0.2314455 2 325.58 2 075.34 17 294.50 1994 178 1 015.60 1 089.78 0.1593641 173.67 0.0098487 1.75 171.92 1 432.66 1995 2 913 5 631.00 8 147.32 0.1762000 1 435.56 0.2384672 694.58 740.98 6 174.85 1996 470 1 438.00 3 333.69 0.4235850 1 412.10 0.1254375 59.00 1 353.10 11 275.87 1997 6 759 16 171.00 19 241.96 0.1545869 2 974.55 0.3245508 2 193.76 780.79 6 506.60 1998 15 033 41 415.00 56 430.81 1.1907600 67 195.55 0.6140306 9 231.03 57 964.53 483 037.71 1999 750 1 571.00 2 296.97 3.3819800 7 768.32 0.1564529 117.34 7 650.98 63 758.14 2000 1 574 5 019.90 8 110.05 6.5922000 53 463.08 0.3626714 570.84 52 892.24 440 768.64 2001 2 833 3 622.00 7 171.32 5.0158000 35 969.88 0.4016104 1 137.83 34 832.05 290 267.09 2002 3 441 9 362.00 8 201.44 2.1899200 17 960.50 0.7186671 2 473.26 15 487.24 129 060.35 2003 2 755 15 120.00 12 385.64 2.2947200 28 421.57 0.7787702 2 145.80 26 275.77 218 964.72 2004 14 437 8 687.00 69 427.12 3.0429629 211 264.17 0.7462974 10 774.28 200 489.89 1 670 749.08 2005 5 570 7 195.00 27 597.91 5.2090847 143 759.83 1.0514717 5 856.29 137 903.54 1 149 196.13 2006 9 465 46 196.00 73 444.64 5.5583626 408 231.96 1.1453755 10 841.05 397 390.92 3 311 590.98 2007 46 682 53 143.00 219 338.12 7.8758121 1 727 465.82 1.2377520 57 781.03 1 669 684.79 13 914 039.93 2008 37 160 25 061.00 160 245.94 8.7339838 1 399 585.46 1.2064385 44 830.83 1 354 754.63 11 289 621.93 2009 36 600 28 446.00 151 467.33 20.2110678 3 061 316.53 1.2864221 47 082.83 3 014 233.70 25 118 614.17 Keterangan : PL : Produksi Lestari Lampiran 9. Lanjutan Tahun Effort trip Prod Aktual Ton PL Lemuru Bali Ton Harga Riil Juta RpTon Total Sust Revenue Juta Rp Costefforttahun Juta RpTrip Total Cost Juta Rupiah Rente Ekonomi Juta Rp PV Rente 12 1990 5 850 22 557 35 553.98 0.1050214 3 733,93 0.153029 895.21 2 838.72 23 656 1991 6 308 25 034 35 352.81 0.1040698 3 679,16 0.198366 1 251.29 2 427.87 20 232 1992 3 973 23 195 44 966.85 0.1379157 6 201,63 0.178553 709.44 5 492.20 45 768 1993 4 309 13 265 20 337.30 0.1818108 3 697,54 0.182969 788.39 2 909.15 24 243 1994 6 947 14 954 16 046.26 0.2347620 3 767,05 0.242289 1 683.19 2 083.86 17 365 1995 3 509 11 044 15 979.23 0.6474048 10 345,03 0.178949 627.86 9 717.17 80 976 1996 4 950 7 233 16 768.12 0.4136712 6 936,49 0.162359 803.71 6 132.77 51 106 1997 5 934 27 838 33 124.59 0.2440609 8 084,42 0.296295 1 758.10 6 326.32 52 719 1998 6 972 31 555 42 995.88 0.7825855 33 647,95 0.498627 3 476.51 30 171.44 251 429 1999 2 151 5 913 8 645.45 3.1354449 27 107,33 0.180730 388.73 26 718.60 222 655 2000 3 942 7 645 12 351.11 6.3046125 77 868,97 0.415066 1 636.06 76 232.91 635 274 2001 2 325 6 467 12 804.22 4.0246214 51 532,15 0.370710 862.04 50 670.11 422 251 2002 5 851 33 937 29 730.01 3.1744086 94 375,20 0.719290 4 208.65 90 166.55 751 388 2003 6 229 28 831 23 617.08 2.1733302 51 327,72 0.586374 3 652.63 47 675.09 397 292 2004 18 878 12 420 99 261.53 13.6005170 1 350 008,10 0.793733 14 984.24 1 335 023.85 11 125 199 2005 12 046 12 825 49 192.93 6.7036827 329 773,80 0.891754 10 742.36 319 031.44 2 658 595 2006 12 427 16 424 26 111.67 4.5399639 118 546,05 0.959480 11 923.60 106 622.45 888 520 2007 8 309 26 685 110 137.51 4.9638705 546 708,34 1.047471 8 703.44 538 004.90 4 483 374 2008 15 544 25 185 161 038.83 8.8121751 1 419 102,33 1.151578 17 899.66 1 401 202.67 11 676 689 2009 15 417 30 687 163 400.06 9.1268200 1 491 322,92 1.219326 18 798.19 1 472 524.73 12 271 039 Lampiran 10. Perhitungan Nilai Optimal Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali Contoh : Perhitungan untuk Spesies Lemuru Tahun Eff. Aktual Trip Prod. Aktual Ton Prod Lestari LEMURU Ton Harga p Juta RpTon Cost c Juta RupiahTrip K q i r cpqK 1-ir 1990 15 911 43 227.00 68 133.70 0.1097593 0.1658407 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.4205974 0.93 1991 17 210 52 871.20 74 664.27 0.0814529 0.1862307 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.6364457 0.93 1992 20 941 48 611.19 94 239.79 0.1183575 0.1818353 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.4276606 0.93 1993 14 222 39 042.00 59 857.44 0.1368514 0.2122188 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.4316693 0.93 1994 4 523 15 969.60 17 136.04 0.2159720 0.0968204 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.1247918 0.93 1995 6 245 16 675.00 24 126.55 0.4695300 0.1971827 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.1169020 0.93 1996 5 262 8 671.00 20 101.80 0.4056701 0.1583073 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.1086287 0.93 1997 12 647 44 009.00 52 366.56 0.2076049 0.3093638 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.4148093 0.93 1998 21 893 72 970.00 99 426.69 1.0118131 0.5567152 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.1531614 0.93 1999 2 942 7 484.00 10 942.42 3.1649643 0.1809491 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0159149 0.93 2000 5 350 12 664.90 20 461.16 6.4073838 0.3962187 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0172136 0.93 2001 5 230 10 089.00 19 975.54 4.3817468 0.3907127 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0248214 0.93 2002 9 475 43 299.00 37 931.45 2.9350628 0.7450047 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0706575 0.93 2003 9 037 43 951.00 36 002.72 2.2075734 0.6586182 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0830492 0.93 2004 33 453 21 107.00 168 688.65 9.1766881 0.7806897 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0236815 0.93 2005 17 627 20 020.00 76 790.84 6.1681324 0.9691206 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0437362 0.93 2006 21 917 62 620.00 99 556.32 5.2569080 1.0531742 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0557682 0.93 2007 55 091 79 828.00 329 475.63 6.8543847 1.1412093 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0463461 0.93 2008 54 107 50 246.00 321 284.77 8.7755234 1.1809670 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0374612 0.93 2009 53 329 59 133.00 314 867.39 14.4163445 1.2574673 164 732.47 0.0000218 0.12 1.807161 0.0242805 0.93 Lampiran 10. Lanjutan 8ci pqKr cpqK+1-ir 8cipqKr Biomass opt pqx 1-2xK xpqx-c Prod optimal Effort optimal 0.16 0.71 1.35 0.22 114 839.74 0.27 0.39 12 521.64 62 856.06 25 098.67 0.18 0.53 1.57 0.34 133 610.30 0.24 0.62 6 827.25 45 617.09 15 656.09 0.17 0.77 1.36 0.23 115 458.92 0.30 0.40 13 413.12 62 410.69 24 787.19 0.20 0.89 1.37 0.23 115 810.17 0.35 0.41 15 449.33 62 154.31 24 610.50 0.09 1.40 1.06 0.07 88 446.75 0.42 0.07 28 280.43 74 018.93 38 375.74 0.19 3.05 1.05 0.06 87 726.31 0.90 0.07 61 502.08 74 109.35 38 738.16 0.15 2.63 1.04 0.06 86 969.60 0.77 0.06 53 145.33 74 192.06 39 118.82 0.30 1.35 1.35 0.22 114 332.03 0.52 0.39 23 810.17 63 214.97 25 354.08 0.53 6.57 1.09 0.08 91 028.20 2.01 0.11 132 156.96 73 601.44 37 077.13 0.17 20.55 0.95 0.01 78 390.68 5.41 0.05 409 948.08 74 251.15 43 434.47 0.38 41.60 0.95 0.01 78 512.26 10.97 0.05 830 202.86 74 261.59 43 373.31 0.38 28.45 0.96 0.01 79 223.64 7.57 0.04 568 783.65 74 316.19 43 015.45 0.72 19.05 1.00 0.04 83 479.29 5.34 0.01 383 853.01 74 410.94 40 874.63 0.63 14.33 1.02 0.04 84 621.59 4.07 0.03 288 998.76 74 368.73 40 299.99 0.75 59.58 0.96 0.01 79 117.15 15.83 0.04 1 190 888.88 74 308.72 43 069.02 0.93 40.04 0.98 0.02 80 985.86 10.89 0.02 803 733.75 74 403.63 42 128.96 1.01 34.13 0.99 0.03 82 102.32 9.41 0.00 686 293.29 74 423.77 41 567.32 1.10 44.50 0.98 0.02 81 228.33 12.14 0.01 893 553.14 74 410.33 42 006.98 1.13 56.97 0.97 0.02 80 402.23 15.39 0.02 1 142 172.16 74 382.22 42 422.55 1.21 93.59 0.96 0.01 79 173.12 24.89 0.04 1 871 116.51 74 312.68 43 040.86 ABSTRACT NIMMI ZULBAINARNI. Bio-Economic Model of Multispecies Exploitation of Pelagic Fishery Resources in Bali Strait MANGARA TAMBUNAN as a Chairman, YUSMAN SYAUKAT and ACHMAD FAHRUDIN as Members of the Advisory Committee. Tropical fishery resources in Indonesia comprised of diverse species resources, thus one type of fishing gear may yield more than one species of fish. Indonesian pelagic fishery resources feature rich potentials, with particular interest to Bali Strait, in where most of existing fishery resources were exploited using purse seine with double fishing lines. This type of fishing gear captured several species of fish, e.g. Lemuru Sardinella spp., Tongkol Euthynnus spp., Layang Decapterus spp., Kembung Rastrelliger spp., etc. Accordingly, this research aimed to: 1 analyze exploitation level multispecies pelagic fishery resources in Bali Strait; 2 analyze the optimal level of exploitation and sustainable fisheries for pelagic multispecies resources; and 3 to determine appropriate management policies. The analytical method used was bio-economic multispecies approach with reference to dependencies between different species in Bali Strait. The results showed present condition of exploitation of pelagic multispecies fishery in Bali Strait, and the actual production is lower compare to sustainable production. Current biological and economical thresholds were higher than current exploitation yield. Similar profile was noted for the actual production and fishing effort, which were below optimal value. Consequently, this study revealed that pelagic fishery resources management in the Bali Strait featured inadequate level of economic efficiency. The existing exploitation method for pelagic fishery resources in Bali Strait with purse seine using two fishing lines can be increased in order to obtain the maximum economic benefits, while still maintaining fisheries sustainability for multispecies resources. Maximum economic rents was obtained from cumulative economic rents of different pelagic fish species. Thus, multispecies approach should be the basis in determining the policy of pelagic fishery resources management in Indonesia. Keywords: Pelagic Fishery Resources, Multispecies, Bio-economic, Optimal, Policy RINGKASAN NIMMI ZULBAINARNI. Model Bioekonomi Eksploitasi Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali MANGARA TAMBUNAN, selaku Ketua, YUSMAN SYAUKAT dan ACHMAD FAHRUDIN, selaku Anggota Komisi Pembimbing. Sumberdaya perikanan tropis seperti di Indonesia bersifat gabungan atau multispesies dan ikan pelagis kecil merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah serta paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Penyebaran ikan pelagis merata di seluruh perairan Indonesia, salah satunya adalah di Perairan Selat Bali. Purse seine dua perahu adalah alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di Perairan Selat Bali. Sumberdaya perikanan pelagis yang dapat ditangkap oleh purse seine dua perahu terdiri dari berbagai spesies yaitu Lemuru Sardinella longiceps, Tongkol Euthynnus spp, Layang Decapterus spp, Kembung Rastrelliger sp, dan spesies ikan lainnya gabungan dari spesies ikan yang ditangkap dalam jumlah yang sangat sedikit seperti spesies Teri, Layur, Sunglir dan spesies pelagis lainnya. Pengelolaan sumberdaya perikanan di Perairan Selat Bali yang kaya akan ikan pelagis sebelumnya, bagaimanapun juga mempunyai pengaruh terhadap hasil tangkap di daerah tersebut. Pengelolaan sumberdaya perikanan diperlukan dalam mengatasi tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, gangguan terhadap keberlanjutan bisnis perikanan dan pengurasan sumberdaya karena eksploitasi yang berlebihan sehingga terjadi tangkap lebih overfishing. Kompleks dan dinamisnya sumberdaya perikanan di Indonesia serta terdiri atas predator-mangsa, kompetitor dan mahluk-mahluk hidup lainnya sehingga dalam pengelolaan sumberdaya tersebut sudah diperlukan pengkajian pengelolaan sumberdaya perikanan dengan menggunakan pendekatan multispesies. Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya perikanan pelagis bagaimana pun model-model spesies tunggal menjadi semakin tidak memenuhi permintaan Clark, 1990. Penelaahan-penelahaan spesies tunggal tidak bisa memberikan saran jangka panjang menengah yang ilmiah pada sumberdaya yang bersifat gabungan Pope, 1991. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat eksploitasi aktual multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali dan membandingkan dengan pengelolaan dari berbagai kondisi yaitu Open Access OA, Maximum Sustainable Yield MSY dan Maximum Economic Yield MEY, mengestimasi tingkat eksploitasi optimal dan tingkat kelestarian multispesies sumberdaya perikanan pelagis dengan menggunakan model bioekonomi multispesies dan merumuskan kebijakan pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Indonesia khususnya di Perairan Selat Bali untuk multiregional Provinsi Jawa Timur dan Bali. Metode untuk eksploitasi multispesies sumberdaya perikanan pelagis dianalisis dengan menggunakan model bioekonomi multispesies kompetisi sumberdaya perikanan pelagis statik dan dinamis. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk memecahkan model bioekonomi multispesies sumberdaya perikanan pelagis yaitu model surplus produksi Schaefer, Fox, Walters dan Hilborn, Schnute dan Clark, Yoshimoto dan Pooley CYP. Berdasarkan evaluasi model secara statistik, ekonomi dan ekonometrik diplih salah satu model yang dapat menjelaskan dengan baik pengelolaan multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali. Model yang dipilih adalah Model Walters dan Hilborn. Nilai optimal diperoleh dari Modified Golden Rule. Harga yang digunakan pada penelitian ini adalah harga riil masing-masing spesies dan biaya penangkapan adalah biaya riil masing-masing spesies yang merupakan proporsi biaya dari hasil tangkapan yang diperoleh alat tangkap purse seine dua perahu. Penelitian multispesies ini adalah langkah awal dalam menganalisis pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis di Indonesia. Upaya penangkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah upaya penangkapan nominal yang diukur dari jumlah hari melaut atau trip dengan jumlah hari melaut satu hari one day trip. Rata-rata upaya penangkapan di Perairan Selat Bali Tahun 1990-2009 adalah sebesar 22 993 trip per tahun. Upaya penangkapan di Perairan Selat Bali tahun 1990-2009 berfluktuasi baik Propinsi Jawa Timur maupun Bali. Upaya penangkapan terbesar umumnya berasal dari Jawa Timur karena sesuai dengan peraturan pengelolaan sumberdaya perikanan yang terdapat di Perairan Selat Bali. Upaya penangkapan tertinggi diperoleh dari Jawa Timur, terjadi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 1996, sedangkan upaya penangkapan tertinggi Bali terjadi pada tahun 2004 dan terendah tahun 2001. Rata-rata upaya penangkapan purse seine Jawa Timur dan Bali umumnya untuk menangkap spesies Lemuru, Layang, Tongkol, Kembung dan spesies lainnya. Upaya penangkapan Jawa Timur berbeda dengan Bali sehingga proporsi terhadap spesies yang menjadi target penangkapannya juga berbeda. Produksi spesies Lemuru merupakan hasil tangkapan yang terbesar ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali penjumlahan Produksi Jawa Timur dan Bali . Produksi spesies Lemuru tertinggi diperoleh pada tahun 2007 yakni sebesar 79 828.00 ton dan produksi terendah diperoleh tahun 1999 yakni sebesar 7 484.00 ton dan terendah pada tahun 1999 yaitu sebesar 7 484.00 ton. Penurunan jumlah hasil tangkapan spesies Lemuru pada tahun 1999 diduga karena terjadinya penurunan jumlah upaya penangkapan trip purse seine mencapai 58.00 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan meningkatnya hasil tangkapan spesies Lemuru pada tahun 2007 juga terjadi karena peningkatan jumlah upaya penangkapan sebesar 146.00 persen dari tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek kenaikan jumlah upaya penangkapan akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan, sebaliknya dalam jangka panjang kenaikan upaya penangkapan tidak diikuti oleh kenaikan jumlah hasil tangkapan. Selanjutnya jumlah hasil tangkapan produksi spesies Tongkol tertinggi diperoleh pada tahun 1999 yakni sebesar 15 373.00 ton dan produksi terendah diperoleh tahun 2003 yakni sebesar 496.00 ton. Produksi spesies Layang tertinggi diperoleh pada tahun 2001 yaitu sebesar 3 821.00 ton dan produksi terendah tahun 1996 yaitu sebesar 442.00 ton, sedangkan produksi spesies Kembung tertinggi diperoleh pada tahun 1992 yaitu sebesar 1 621.00 ton dan produksi terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 1.00 ton. Armada penangkapan purse seine yang beroperasi di Perairan Selat Bali berasal dari Propinsi Jawa Timur dan Bali. Jika dilihat nilai CPUE Jawa Timur dan Bali terlihat bahwa secara umum alat tangkap purse seine Bali lebih tinggi produktivitasnya dibandingkan dengan purse seine Jawa Timur. Rata-rata Nilai CPUE tahun 1990-2009 berturut-turut sebesar 3.02 untuk Bali dan 2.43 untuk Jawa Timur. Apabila setiap spesies diperlakukan secara bebas dan dalam estimasi parameter biologinya digunakan Model Schaefer, Walters and Hilborn, Schnute dan Model CYP maka hasil analisis menunjukkan bahwa dengan menggunakan Model Schnute tidak terdapat satupun spesies mempunyai nilai t yang signifikan. Nilai koefisien determinasi R 2 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksploitasi multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali saat ini, produksi aktual masih berada dibawah produksi lestari. Belum terjadi kelebihan penangkapan overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Produksi dan upaya penangkapan effort aktual juga masih berada di bawah nilai optimal . Tingkat pertumbuhan alami intrinsic growth rate spesies Lemuru lebih tinggi daripada spesies Layang, Tongkol, Kembung dan spesies lainnya sehingga kemampuan spesies Lemuru lebih tinggi dalam berkompetisi memperoleh makanan dibandingkan spesies yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali belum menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi yang baik. Dengan demikian eksploitasi sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali dengan menggunakan alat tangkap purse seine dua perahu masih dapat ditingkatkan sampai dengan diperoleh keuntungan maksimum secara ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian multispesies sumberdaya perikanan tersebut. Kebijakan yang diterapkan disesuaikan dengan musim spesies Lemuru karena spesies Lemuru adalah spesies dominan yang terdapat pada Perairan Selat Bali. Rente ekonomi maksimal diperoleh dari memperhitungkan rente ekonomi multispesies sumberdaya perikanan pelagis. Dengan demikian pendekatan multispesies sudah seharusnya menjadi dasar dalam menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis di Indonesia yang bersifat gabungan atau multispesies. juga sangat kecil. Dengan menggunakan Model Schaefer terdapat spesies yang mempunyai nilai t yang signifikan akan tetapi nilai koefisien determinasi spesies Tongkol, Kembung dan ikan lainnya sangat kecil. Dengan menggunakan model CYP terdapat pula spesies yang mempunyai nilai t yang signifikan akan tetapi nilai koefisien determinasi spesies Tongkol, Kembung dan spesies ikan lainnya sangat kecil. Dari keseluruhan penyelesaian perhitungan parameter biologi dengan mode-model diatas, nilai t signifikan dan nilai koefisien determinasi yang cukup baik adalah dengan menggunakan Model Walters dan Hilborn. Umumnya produksi aktual spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies lainnya berada dibawah produksi lestari dan antar spesies saling berkompetisi dalam mendapatkan makanan karena jenis makanan multispesies sumberdaya perikanan pelagis ini adalah sama yaitu phytoplankton dan krustacea kecil. Intrinsic growth rate spesies Lemuru lebih tinggi daripada spesies Layang, Tongkol, Kembung dan spesies lainnya. Hubungan kompetisi antar spesies bersifat stabil koeksistensi dimana masing-masing spesies meskipun berkompetisi tetap hidup berdampingan dengan jumlah kelimpahan yang saling heterogen dalam ekosistem Perairan Selat Bali.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya perikanan adalah salah satu sumberdaya alam yang merupakan aset negara dan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi kesejahteraan suatu bangsa termasuk Indonesia. Sebagai negara maritim yang terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan cukup besar dengan garis pantai 81 000.00 km yang terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, memiliki lebih kurang 17 508 pulau dan luas perairan sekitar 5.80 juta km 2 Tabel 1. Potensi Lestari Ikan Laut Indonesia . Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6.41 juta ton per tahun Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005 sebagaimana disajikan pada Tabel 1. 000Ton Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005 Berdasarkan Tabel 1 potensi lestari ikan laut Indonesia tahun 2005 telah dimanfaatkan sekitar 63.56 persen. Dengan demikian masih terdapat 36.44 persen atau sekitar 2.30 juta ton per tahun potensi yang belum termanfaatkan. Besarnya potensi sumberdaya perikanan di Indonesia ini juga dijadikan argumen dalam meningkatkan pembangunan perekonomian nasional yang No Jenis Ikan Potensi Lestari 1 Ikan Pelagis Besar 1 165.36 2 Ikan Pelagis Kecil 3 605.66 3 Ikan Demersal 1 365.09 4 Ikan Karang Konsumsi 145.25 5 Udang 94.80 6 Lobster 4.80 7 Cumi-Cumi 28.25 Total 6 409.21 berbasis pada perikanan dan kelautan. Menurut Dahuri 2003 pembangunan berbasis perikanan seharusnya dapat dijadikan arus utama pembangunan nasional karena sumberdaya yang dimilikinya sangat berlimpah dan kaya, industri yang berbasis sumberdaya perikanan memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan industri lainnya dan sumberdaya perikanan senantiasa dapat diperbaharui. Sumberdaya perikanan pelagis merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang mempunyai peranan sangat penting terhadap perekonomian nasional karena potensi sumberdayanya yang berlimpah. Terdapat pula beberapa alasan mengapa sumberdaya perikanan pelagis mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Pertama, banyaknya jumlah tenaga kerja yang terlibat di sektor perikanan, baik pada unit penangkapan, pengolahan maupun pemasaran, dan umumnya tinggal di pesisir serta daerah sekitarnya. Kedua, sumberdaya perikanan pelagis sangat penting sebagai sumber protein hewani bagi mayoritas penduduk. Ketiga, sumberdaya perikanan pelagis merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat nelayan yang berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka. Besarnya peranan sumberdaya perikanan pelagis dapat dijadikan argumen untuk dapat meningkatkan pembangunan perekonomian nasional yang berbasis pada kekayaan alam laut Indonesia. Meskipun sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun pengelolaan sumberdaya ini tetap memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Di Indonesia sumberdaya perikanan pelagis kecil merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah Merta et al., 1998 dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Penyebaran ikan pelagis merata di seluruh perairan Indonesia, salah satunya adalah di Perairan Selat Bali. Perairan Selat Bali berada di antara dua pulau yaitu Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur dan Pulau Bali Provinsi Bali. Perairan Selat Bali merupakan perairan yang relatif sempit sekitar 2 500.00 km 2 . Bagian utara Perairan Selat Bali mempunyai lebar sekitar satu mil yang berhubungan dengan Laut Jawa Selat Madura dan merupakan perairan yang dangkal kedalaman sekitar 50.00 meter, sedangkan lebar selat bagian selatan sekitar 28.00 mil dan merupakan perairan yang dalam Burhanudin dan Praseno, 1982 dan berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Perairan Selat Bali mempunyai kesuburan yang tinggi. Produktivitas tertinggi terjadi pada musim timur, dimana pada musim ini terjadi upwelling di bagian selatan Perairan Selat Bali. Jenis ikan pelagis yang banyak ditangkap di perairan ini adalah ikan species Lemuru Sardinella longiceps, Tongkol Euthynnus spp, Layang Decapterus spp, Kembung Rastrelinger sp dan ikan lainnya. Besarnya potensi sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali tidak hanya dimanfaatkan oleh nelayan Provinsi Bali saja melainkan juga oleh nelayan dari Jawa Timur seperti Banyuwangi, Muncar, Sidoarjo, dan Sumberdaya perikanan pelagis dapat ditangkap dengan berbagai alat tangkap jenis purse seine atau pukat cincin, jaring insang, payang, bagan dan sero. Purse seine adalah alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di Perairan Selat Bali. Sejak diperkenalkannya purse seine oleh Balai Penelitian Perikanan Laut BPPL pada tahun 1972, eksploitasi sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan eksploitasi sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali telah mengkhawatirkan Jember.