155
Bab III MEMBIASAKAN AKHLAK
ISLAMI
A. Pengertian Akhlak
Kata akhlak bahasa Arab, secara etimologis, adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam Kamus
al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Akhlaq berakar dari kata kha-la-qa yang berarti
menciptakan. Seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq yang berarti yang diciptakan dan khalq
yang berarti penciptaan.
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara
kehendak Khaliq Tuhan dengan prilaku makhluq manusia. Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang
lain dan lingkunganya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan
kepada kehendak Khaliq Tuhan. Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau
morma prilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara
156
Menjadi Muslim Paripurna
manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta. Sedangkan secara istilah, banyak ulama mendefinisikan
pengertian akhlak di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Imam al-Ghazali, memberikan definisi:
ُلاَعْفَاْلا ُرُدْصَت اَهْنَع ٌةَخِساَر ِسْف َّنلا يِف ٍةَئْيَه ْنَع ٌةَراَبِع ُقُلُخْلَا
. ٍةَيْؤُر َو ٍر
ْكِف يَلِا ٍةَجاَح ِرْيَغ ْنِم ُرِسَيَو ٍةَلْوُهُسِب
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuaatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. 2. Ibrahim Anis:
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik
atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
3. Abdul karim Zaidan: “Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatanya baik atau
buruk untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkanya”.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia baru disebut akhlak kalau terpenuhi dua syarat,
yaitu: 1. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan
itu hanya dilakukan sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu ketika, orang yang jarang
berderma tiba-tiba memberikan uang atau bantuan kepada orang lain, karena alasan tertentu. Dengan tindakan ini ia
tidak dapat disebut orang yang murah hati atau disebut sebagai orang berakhlak dermawan. Karena hal itu tidak
melekat pada jiwanya. Lebih jauh tentang keterulangan perbuatan manusia, yang selanjutnya disebut akhlak,
Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak menyatakan
157
Membiasakan Akhlak Islami
bahwa pada dasarnya akhlak itu adalah membiasakan kehendak ‘adah al-iradah. Kata membiasakan di sini
dipahami dalam pengertian melakukan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan ‘adah.
Adapun yang dimaksud dengan kehendak iradah adalah menangnya keinginan untuk melakukan sesuatu setelah
mengalami kebimbangan untuk menentukan pilihan terbaik di antara beberapa alternatif. Apabila iradah
sering terjadi pada seseorang, maka akan terbentuk pola yang baku, sehingga selanjutnya tidak perlu membuat
pertimbangan-pertimbangan lagi, melainkan secara langsung melakukan tindakan yang telah dilaksanakan
tersebut.
2. Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih dahulu sehingga benar-benar merupakan
suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah difikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu
secara matang, tidak disebut akhlak. Ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kebiasaan:
1 ada kecenderungan hati padanya, 2 ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakanya
tanpa memerlukan fikiran lagi.
Selanjutnya, kesan yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa istilah akhlak itu bersifat netral, belum
menunjukan kepada baik dan buruk. Namun demikian, apabila istilah akhlak itu disebut sendirian, tidak dirangkai
dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya bila seseorang berlaku tidak sopan
kita mengatakan kepadanya: “Kamu tidak berakhlak”. Maksudnya adalah “kamu tidak memiliki akhlak mulia”,
dalam hal ini sopan santun.
B. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak dalam Islam