159
Membiasakan Akhlak Islami
akhlak Islam memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Kebaikanya bersifat mutlak al-khairiyah al-muthlaqah,
yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan murni, baik untuk individu maupun
untuk masyarakat luas, kapanpun dan di manapun 2. Kebaikanya bersifat menyeluruh al-shalahiyah al-‘ammah,
yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zaman
dan di semua tempat 3. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang
terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu, tempat dan perubahan kehidupan
manusia. 4. Kewajiban yang harus dipatuhi al-ilzamul mustajab,
yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan hukum yang harus dilaksanakan, sehingga ada
sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakan
5. Pengawasan yang menyeluruh ar-raqabah al-muhithah, yaitu Allah yang memiliki sifat maha mengetahui
seluruh isi alam semesta, dan apa yang dilahirkan dan disembunyikan oleh manusia, maka perbuatan manusia
selalu diawasi dan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Tidak ada sekecil dzarrah-pun yang lepas
dari pengawasan Allah.
Berpijak dari lima ciri-ciri akhlak Islam di atas, Ahmad Azhar basyir merinci kembali melalui lima dengan istilah: 1
Akhlak rabbani; 2 Akhlak manusiawi; 3 Akhlak universal; 4 Akhlak keseimbangan; dan 5 Akhlak realistik.
1. Akhlak Rabbani
Akhlak rabbani al-Akhlaq al-Rabbaniyyah, yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber pada wahyu Allah yang
termaktub di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah al-Nabawiyyah. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan para Rasul
Allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan
160
Menjadi Muslim Paripurna
rabbaniyah, yaitu masyarakat yang para anggotanya dijiwai oleh semangat mencapai ridha Allah, melalui perbuatan baik
bagi sesamanya dan kepada seluruh makhluk.
َلوُقَي َّمُث َةَّوُب ُّنلاَو َمْكُحْلاَو َباَتِكْلا ُهَّللا ُهَيِتْؤُي ْنَأ ٍرَشَبِل َناَك اَم
ْمُتْنُك اَمِب َنيِّيِناَّبَر اوُنو ُك ْنِكَلَو ِهَّللا ِنوُد ْنِم يِل اًداَبِع اوُنوُك ِساَّنلِل
َنوُسُرْدَت ْمُتْنُك اَمِبَو َباَتِكْلا َنوُمِّلَعُت
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah- penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi dia
berkata: “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya”
. QS Ali Imron 3: 79 Makna “rabbaniyah” itu sendiri sama dengan
“berkeimanan” dan “berketakwaan” atau lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan bertakwa”. Oleh karena iman
dan takwa adalah fondasi dari ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak yang
bernilai bagi perwujudan dari iman maupun takwa. Perwujudan ini dalam bentuk sikap, pandangan hidup dan
perbuatan nyata yang sesuai dengan nilai-nilai rabbaniyah.
2. Akhlak manusiawi al-akhlaq al-Insaniyyah
Akhlak manusiawi al-akhlaq al-Insaniyyah, yaitu bahwa ajaran akhlak Islam selalu sejalan dan memenuhi
kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering
pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan dan hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa
nafsunya saja, dan memihak kepada kebenaran “semu”, hasil rekayasa tangan dan otak jahil manusia, sesungguhnya ini
bertentangan dengan hati nuraninya yang memihak kepada
161
Membiasakan Akhlak Islami
kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia sejak lahir tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu
membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Di manapun orang berbuat maksiat, akan selalu dihantui rasa
bersalah, berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan fitrah kebenaran yang ada di dalam
dirinya sendiri.
Akhlak Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran, dan media untuk mencapai
kebahagiaan yang hakiki. Akhlak Islam benar-benar menjaga dan memlihara keberadaan manusia sebagai makhluk yang
terhormat, terpuji sesuai dengan fitrahnya.
اَل اَهْيَلَع َسا َّنلا َرَطَف يِتَّلا ِهَّللا َةَرْطِف اًفيِنَح ِنيِّدلِل َكَهْجَو ْمِقَأَف
َنوُمَلْعَي اَل ِساَّنلا َرَثْكَأ َّنِكَلَو ُمِّيَقْلا ُنيِّدلا َكِلَذ ِهَّللا ِقْلَخِل َليِدْبَت
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui” . QS ar-Rum3: 30
3. Akhlak universal Al-Akhlaq al-syamilah