Air yang Tercampur dengan Benda Suci Air yang Terkena Najis.

110 Menjadi Muslim Paripurna “Seseorang yang lupa mengusap kepalanya, sedangkan janggutnya masih basah, maka dia boleh mengusap kepalanya dengan air yang membasahi janggutnya itu”. Ibnu Mundzir berkomentar: “Pernyataan mereka ini menunjukkan bahwa mereka menganggap air musta’mal itu tetap dapat menyucikan. Aku juga berpendapat demikian”. Pendapat ini adalah salah satu pendapat yang disandarkan kepada Imam Malik dan Imam Syafii. Ibnu Hazm menisbatkannya Sufyan ats-Tsauri, Abu Tsur dan seluruh ulama zhahiriyah.

3. Air yang Tercampur dengan Benda Suci

Benda suci yang dimaksud semisal sabun, kunyit, tepung, atau benda-benda lain yang umumnya terpisah dari air. Hukumnya suci selama kemutlakannya terjaga. Jika kemutlakannya hilang, maka air itu sendiri tetap suci tapi tidak dapat menyucikan yang lainnya. Ummu ‘Athiyyah berkata: ُهُتَنْبا ْتَيِّفُوُت َنْيِح َم َّلسَو ِهْيلَع ُهللا ىّلَص ِهللا ُلوُسَر اَنْيَلَع َلَخَد ْنِإ - َكِلَذ ْنِم َر َ ثْك َ أ و َ أ ًاسَمخ و َ أ اًثَالَث اَهَنْل ِسْغإ :َلاَقَف ُبَنْيَز ،ٍرْوُفاَك ْنِم اًئْيَش و َ أ اًروُفاَك ِةَرْيِخَأْلا يِف َنْلَعْجاَو ٍرْدِسَو ٍءاَمِب - َّنُتْيَأَر ْرِعْش َ أ :َلاَقَف ُهَوْقِح اَناَطْع َ أَف ،ُها َّنَذآ َنْغرَف اَّمَلَف ْيِنَّّنِذآَف َّنُتْغَرَف اَذِإَف ُهَراَزِإ :ينْعَت ُهاَّيإ اَهَن “Ketika Zainab, puteri Rasulullah, wafat, beliau mendatangi kami dan berkata: «Mandikan dia tiga atau lima kali, atau lebih jika kalian pandang perlu. Mandikan dengan air yang dicampur daun bidara lotus jojoba. Pada bilasan terakhir, campurkan pada air itu beberapa kapur barus. Jika kalian selesai memandikannya, beritahu aku”. Setelah selesai, kami memberi tahu beliau, lalu beliau memberi kami kain dan 111 Beribadah Sesuai Tuntunan Syari’ah berkata: “Balutkan kain itu pada rambutnya”. 27 Maksudnya, kain pembungkus yang beliau berikan. HR. Jama’ah. Jenazah seseorang hanya boleh dimandikan dengan air yang dapat menyucikan seseorang yang hidup. Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah menyebutkan hadis riwayat berikut: َوُه َلَسَتْغا َم َّلسَو هْيلَع ُهللا ىَّلَص َّيِبَّنلا ّنَأ :ئِناَه ُّمُأ ُثْيِدَح ِنْيِجَعلا ُر َثَأ اَهيِف ٍةَعْصَق : ٍدِحاَو ٍءانِإ نِم ُةَنوُمْيَمَو “Ummu Hani’ mengisahkan bahwa Rasulullah bersama isteri beliau, Maimunah, pernah mandi di satu tempat, yaitu sebuah bak besar yang ada bekas adonan tepungnya. 28 “ Dua hadis di atas menyebutkan adanya air yang tercampur, tapi tidak sampai menghilangkan kemurnian air tersebut.

4. Air yang Terkena Najis.

Tentang air yang terkena najis ini ada dua kemungkinan: Pertama, najis itu mengubah rasa, warna dan bau dari air. Jika demikian, maka menurut kesepakatan ulama, air itu tidak 27 Bukhari, Kitâbu’l-Jum’ah, Bab memandikan mayit dan mewudhu- kannya dengan air dan daun bidara 1 93; Muslim, Kitâbu’l-Janâ’iz, Bab memandikan mayit 2 467 no. 40; Nasa’i, Kitâbu’l-Janâ’iz, Bab memandi- kan mayit yang lebih dari tujuh hari 4 31 no. 1889; Tirmidzi, Kitâbu’l- Janâ’iz, Bab hadis-hadis tentang memandikan mayit 3 306 no. 990. Dia berkata: hadis ini hasan sahih; Ibnu Majah, Kitâbu’l-Janâ’iz, Bab hadis-hadis tentang memandikan mayit 1 486 no. 2458. 28 Nasa’i, Kitâbu’l-Ghusl, Bab mandi di bak yang terdapat bekas adonan tepung 1 202; Ibnu Majah, Kitâbu ath-Thahârah, Bab laki-laki dan perem- puan mandi dalam satu bak mandi 1134 hadis no. 378; Musnad Ahmad, 6342. Hadis ini dinilai sahih oleh al-Albani dalam kitab Shahîhu an-Nasa’î 1 51, Shahîhu Ibnu Mâjah 378, Misykâtu’l-Mashâbîh 485, dan Irwâ’u’l- Ghalîl 1 64 112 Menjadi Muslim Paripurna dapat digunakan untuk bersuci. Pendapat ini dinyatakan oleh Ibnu Mundzir dan Ibnu Mulaqqin. Kedua, air itu tetap tidak berubah, baik rasa, warna maupun baunya. Bila demikian, maka ia suci dan menyucikan, baik sedikit atau banyak. Dalilnya adalah hadis riwayat Abu Hurairah Ra.. Dia berkata: َلاَقَف .ِهِب اْوُعَقَيِل ُساّنلا ِهْيلإِ َماَقَف ،ِدِجْسَمْلا يِف َلاَبَف ٌّيِباَرْع َ أ َمَاق نِم اًلْجِس ِهِلْوَب ىلَع اْوُقْيِر َ أَو ُهْوُعَد :َمّلسَو ِهْيلَع ُهللا ى َّلَص ُّيِبَّنلا َنْيِرِّسَعُم اْوُثَعْبُت ْملَو َنيِرِّسَيُم ْمُتْثِعُب اَمّنِإَف ،ٍءاَم نِم اًبْوُنَذ وَأ ،ٍءاِم “Suatu saat, seorang badui berdiri dan kencing di masjid. Para sahabat berdiri untuk menangkapnya, tapi Rasulullah Saw. bersabda: ”Lepaskan dia Sirami saja kencingnya dengan setimba atau seember air. Kalian diutus untuk memudahkan, bukan untuk menyulitkan”. 29 HR. Jama’ah selain Muslim. Abu Sa’id al-khudri berkata: ِهْيَلَع ُهللا ى َّلَص َلاَقَف ؟َةَعاَضُب ِرْئِب ْنِم ُأَضَّوتَنَأ ِهللا َلوُسَر اَي لْيِق ٌئَش ُهُسِّجَنُي اَل ٌرْوُهَط ُءاَمْلا :َمّلسَو “Seseorang bertanya kepada Rasulullah: «Bolehkah kami berwudhu di sumur Budha’ah?” 30 Rasulullah Saw. menjawab: 29 Bukhari, Kitâbu’l-Wudhû’, Bab Nabi dan sahabat yang membiarkan seorang badui hingga selesai kencing di masjid 1 65; Abu Daud, Kitâbu ath-Thahârah , Bab tanah yang tekena kencing 1 91; Nasa’i, Kitâbu’l-Miyâh, Bab ketentuan waktu dalam air 1 175; Tirmidzi, Abwâbu ath-Thahârah, Bab hadis-hadis tentang tanah yang terkena kencing 1 275 no. 147; Ibnu Mjah, Kitâb ath-Thahârah, Bab tentang tanah yang terjena kencing 1 176 30 Telaga atau sumur Budhâ’ah adalah sebuah sumur di Madinah. Abu Daud berkata: Aku mendengar Qutaibah bin Sa’id bercerita: Aku bertanya kepada penjaga sumur itu berapa kedalaman sumur itu? Dia menjawab: Paling banyak adalah setinggi pinggang. Aku bertanya lagi: Jika berkurang, seberapa ukurannya? Dia menjawab: Di bawah aurat. Lalu Abu Daud berkata: Aku mengukur sendiri kedalaman sumur Budhâ’ah itu dengan 113 Beribadah Sesuai Tuntunan Syari’ah “Air itu suci dan menyucikan, tidak akan najis oleh apapun”. 31 HR. Ahmad, Syafii, Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi. Tirmidzi menilai hadis ini hasan. Ahmad berkata: “Hadis sumur Budha’ah ini shahih.” Demikian pula penilaian Yahya bin Ma’in dan Abu Muhammad bin Hazm. Hukum yang ditunjukkan hadis di atas didukung oleh Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Hasan al-Basri, Ibnu al-Musayyab, Ikrimah, Ibnu Abi Layla, ats-Tsauri, Daud azh-Zhahiri, an- Nakha’i, Malik, dan lain-lain. Imam al-Ghazali berkata: “Aku senang jika madzhab Syafii sepakat dengan madzhab Malik dalam hukum air”. Sedangkan hadis riwayat Ibnu Umar yang menyatakan: ْلِمْحَي ْمَل ِنْيَتّلُق ُءاَملا َناَك اَذِإ :َلاَق َم َّلسَو ِهْيلَع ُهللا ىَّلَص َّيِبّنلا ّنَأ َثُبُخْلا “Nabi Saw. bersabda: “Jika air telah mencapai dua qullah, maka ia tidak mengandung najis”. 32 HR. Lima periwayat hadis surbanku. Aku membentangkannya dan mengukurnya dengan hasta. Ternyata lebarnya kira-kira enam hasta. Kemudian aku bertanya kepada orang yang membukakan pintu kebun itu dan membawaku ke dalam: apakah bangunan tersebut sebelumnya pernah dirombak? Dia menjawab: Tidak. Dan aku melihat air dalam sumur itu telah berubah warnanya. 31 Tirmidzi, Abwâbu ath-Thahârah, Bab air tidak dapat najis oleh sesuatupun 1 96 hadis no. 66. Tirmidzi berkata: Hadis ini hasan.; Abu Daud, Kitâbu ath-Thahârah, Bab hadis-hadis tentang sumur Budhâ’ah 1 54 hadis no. 66; Musnad Ahmad, 3 31, 86; Baihaqi, Sunanu’l-Kubrâ, 1 4, Kitâbu ath-Thahârah , Bab bersuci dnegan air sumur 1 257; Daruquthni, 1 30 Kitâbu ath-Thahârah, Bab air yang berubah, hadis no. 11; Nasa’i, Kitâbu’l- Miyâh, Bab tentang sumur Budhâ’ah 1 175 hadis no. 326; Talkhîshu’l- Habîr 1 13. Dia berkata: Hadis ini hasan. Sanad hadis ini dianggap baik oleh Abu Usamah, dinilai sahih oleh Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, dan Abu Muhammad bin Hazm. Al-Albani juga menilainya sahih, dalam kitab Shahîhu an-Nasâ’î 1 70, Shahîhu at-Tirmîdzî 66, Misykâtu’l-Mashâbîh 288, Shahîhu’l-Jâmi’ 1925, 6640, dan Irwâ’u’l-Ghalîl 14 32 Abu Daud 1 17; Nasa’i 1 46; Tirmidzi 67; Ahmad 1 314; Daruquthni 1 187; Hakim dalam kitab Mustadrak 1 133. Al-Albani 114 Menjadi Muslim Paripurna adalah hadis yang Mudhtharib kacau dalam rangkaian periwayatnya sanad maupun dalam redaksi hadisnya matan. Dalam kitab at-Tamhîd, Ibnu ‘Abd al-Barr berkata: “Pendapat Imam Syafii tentang hadis air dua kullah adalah pendapat yang lemah dari sisi nalar, dan tak berdasar dari sisi dalil”.

5. Air Sisa Minum as-Su’r