Akhlak Realistik al-Akhlaq al-Waqi’iyyah

163 Membiasakan Akhlak Islami

5. Akhlak Realistik al-Akhlaq al-Waqi’iyyah

Akhlak realistik al-Akhlaq al-Waqi’iyyah, yaitu akhlak Islam memperhatikan kenyataan realitas hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainya, tetapi manusia juga memiliki kelemahan- kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi lain ada kelemahan. Kerja sama, tolong menolong adalah suatu bentuk kesadaran manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan kebaikan. Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain, melakukan kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak komunikasi dengan suku dan bangsa lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia mampu hidup dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak sadar, bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel setiap saat di tubuhnya, dan makanan, minuman, buah-buahan yang disantap setiap hari adalah bagian dan hasil jasa orang lain. Tiap orang tidak akan mampu menyediakan kebutuhan hidup dengan tangannya sendiri. اوُق َّ تاَو ِناَوْدُعْلاَو ِم ْثِإْلا ىَلَع اوُنَواَعَت اَلَو ىَوْقَّتلاَو ِّرِبْلا ىَلَع اوُنَواَعَتَو ِبا َقِعْلا ُديِدَش َهَّللا َّنِإ َهَّللا “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. QS. al-Maidah 5:3 Selain itu, akhlak Islam juga realistis adalah bahwa Allah tidak akan memberi beban kesanggupan kepada manusia di luar kemampuannya. Allah tidak egois dan memaksa kepada manusia, justru Allah melihat kenyataan yang ada. Kalau 164 Menjadi Muslim Paripurna memang manusia tidak sanggup melaksanakan perintah- perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang telah ditetapkan secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan rukhsah yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain yang berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih baik. Perbuatan memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah perbuatan yang mulia. Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk memaafkan orang lain, karena Allah telah mengukur kemampuan yang dimiliki oleh manusia. ْتَبَسَتْكا اَم اَهْيَلَعَو ْتَبَسَك اَم اَهَل اَهَعْسُو اَّلِإ اًسْفَن ُهَّللا ُفِّلَكُي اَل “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya» . QS al-Baqarah 2: 286.

D. Dahulukan Akhlak dalam Kehidupan 1. Fiqih: Berparadigma Parsialistik Hitam - Putih