108
Menjadi Muslim Paripurna
batasan atau kategori tambahan lainnya, boleh digunakan untuk bersuci. Allah Swt. berfirman:
اوُمَّمَيَتَف ًءاَم اوُدِجَت ْمَلَف
Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah.” QS. Al-Maidah: 6.
2. Air Bekas Bersuci Musta’mal
Air musta’mal adalah air yang sudah pernah digunakan, baik untuk berwudhu maupun mandi. Hukumnya suci
dan dapat menyucikan, sebagaimana air mutlak. Hal ini mengingat asal air yang memang suci dan tidak ada dalil yang
menunjukkan ketidaksuciannya. Rubayyi’ binti Mu’awwidz meriwayatkan sebuah hadis yang menggambarkan cara
wudhu Rasulullah. Dia berkata:
ِهْيَدَي يِف ٍءْو ُضُو ْنِم َيِقَب اَمِب ُهَسْأَر حَسَمَو
“Kemudian Rasulullah mengusap kepala dengan sisa air wudhu yang berada di kedua tangan beliau”. HR. Ahmad dan Abu
Daud. Sedangkan redaksi hadis dalam riwayat Abu Daud adalah:
ناَك ٍءاَم ِلْضَف نِم ُهَس ْ
أَر َحَسَم َم َّلسَو ِهْيلَع ُهللا ىّلَص ِهللا َلوُسَر ّنَأ
ِهِدَيِب
“Rasulullah Saw. mengusap kepala dengan kelebihan air yang ada di tangan beliau”.
25
25 Muslim, Kitâbu ath-Thahârah, Bab wudhu Nabi Saw.. 1211, no. 19; Musnad Ahmad, 4 39, 40, 41, 42; Abu Daud, Kitâbu ath-Thahârah,
Bab wudhu dua kali 195; Tirmidzi, Abwâbu ath-Thahârah, Bab tentang mengambil air baru untuk mengusap kepala 1 50, 51 no. 35, seluruhnya
menggunakan lafal: Dengan air yang tidak melebihi sedua telapak tangan. Lihat penjelasan syaikh Ahmad Syakir tentang masalah ini dalam kitab Tir-
midzi 1 50, 51, 53, catatan no. 1
109
Beribadah Sesuai Tuntunan Syari’ah
Dalam hadis lain disebutkan sebagai berikut:
ُهَيِقَل َم َّلسَو ِهْيلَع ُهللا ىَّلَص َّيِبَّنلا َّنَأ ُهنَع ُهللا َيِضَر َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَعَو
َلَسَتْغاَف َبَهَذَف ُهْنِم َسَنَخْناَف ، ٌبُنُج َوُهَو ِةَنْيِدَملا ِقُرُط ِضْعَب يِف ُتْهِرَكَف ،اًبُنُج ُتْن
ُك :لاَقَف ؟ةَرْيَرُه اَبَأ اَي َتْنُك َنْيَأ :َلاَقَف َءاَج ّمُث اَل َنِمْؤُملا َّنِإ ِهللا َناَحْبُس :َلاَقَف ،ٍةَراَهَط ِرْيَغ ىلَع اَن
َ أَو َكَسِلاَج
ُ أ ْن
َ أ
ُسَجْنَي
Abu Hurairah bercerita bahwa dia bertemu Nabi Saw. di salah satu jalan kota Madinah. Saat itu, dia dalam keadaan junub.
Sebab itu dia menyelinap pergi untuk mandi. Setelah mandi, dia menemui Nabi. Beliau bertanya: “Ke mana saja kamu, Abu
Hurairah”?. Dia menjawab; “Aku sedang junub. Sebab itu aku merasa tak pantas menemui engkau, karena aku sedang
dalam keadaan tidak suci”. Lalu Rasulullah bersabda: “Maha suci Allah Sesungguhnya seorang mukmin itu tidak najis”.
26
HR. Jama’ah. Dasar hukum yang tersimpul dari hadis ini adalah jika seorang mukmin itu tidak najis, maka tidak
ada alasan untuk menganggap air menjadi tidak suci hanya karena pernah digunakan oleh seseorang. Karena
pada dasarnya hal itu merupakan persentuhan antara benda suci dengan benda suci lainnya, sehingga tidak
menimbulkan pengaruh apapun.
Ibnu Mundzir berkata, “Ali, Ibnu Umar, Abu Umamah, ’Atha’, Hasan, Makhul dan Nakha›i pernah mengatakan:
26 Bukhari, Kitâbu’l-Ghusl, Bab keluar atau berjalan di pasar dan seb- againya dalam keadaan junub 1 79, 80; Muslim, Kitâbu’l-Haidh, Bab dalil
bahwa orang mukmin tidak najis 1 282, no 115; Abu Daud, Kitâbu ath- Thahârah
, Bab bersalaman dengan orang junub 1 52; Nasa’i, Kitâbu ath- Thahârah
, Bab bersentuhan dan duduk bersama orang junub 1 145; Tir- midzi, Abwâbu ath-Thahârah, Bab hadis-hadis tentang bersalaman dengan
orang junub 1207, 208 no. 121. Tirmidzi berkata: Hadis ini hasan sahih; Ibnu Majah, Kitâbu ath-Thahârah, Bab bersentuhan dengan orang junub 1
78, no. 534; Musnad Ahmad, 2235
110
Menjadi Muslim Paripurna
“Seseorang yang lupa mengusap kepalanya, sedangkan janggutnya masih basah, maka dia boleh mengusap
kepalanya dengan air yang membasahi janggutnya itu”. Ibnu Mundzir berkomentar: “Pernyataan mereka ini
menunjukkan bahwa mereka menganggap air musta’mal itu tetap dapat menyucikan. Aku juga berpendapat
demikian”.
Pendapat ini adalah salah satu pendapat yang disandarkan kepada Imam Malik dan Imam Syafii. Ibnu
Hazm menisbatkannya Sufyan ats-Tsauri, Abu Tsur dan seluruh ulama zhahiriyah.
3. Air yang Tercampur dengan Benda Suci