Air Mutlak Air Sebagai Sarana Bersuci

105 Beribadah Sesuai Tuntunan Syari’ah dengan cara tayamum merupakan alat pengganti apabila tidak ada air atau tidak boleh menggunakan air. Namun demikian air bermacam-macam, yang perlu diketahui mana air yang suci dan bisa dihunakan sebagai alat bersuci dan mana yang tidak.

1. Air Mutlak

Hukum air ini suci dan menyucikan. Dalam arti, pada dasarnya ia memang suci dan dapat menyucikan benda lainnya. Air yang termasuk dalam kategori air mutlak tersebut adalah: a. Air hujan, air es dan air embun. Allah swt. berfirman: ِهِب ْم ُكَرِّهَطُيِل ًءاَم ِءاَمَّسلا َنِم ْمُكْيَلَع ُلِّزَنُيَو “Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu.” QS. Al-Anfâl: 11. اًروُهَط ًءاَم ِءاَمَّسلا َنِم اَنْلَزْن َ أَو “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.” QS. Al-Furqân:48. Dalam sebuah hadis, Abu Hurairah meriwayatkan sebagai berikut: َتَكَس ِةاَلَّصلا يِف َر َّبَك اَذِإ َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ُلْوُسَر َناَك َتْي َ أَر َ أ - ْيِّم ُ أَو َتْن َ أ ْيِب َ أِب - ِهللا َلْوُسَر اَي : ُتْلُقَف ،ِةَءاَرِقلا َلْبَق ًةَهْيِنَه ْدِعاَب َّمُه َّللَا ُلوُقَأ :َ لاَق ؟ُلوُقَت اَم ِةَءاَرِقلاَو ِرْيِب ْكَّتلا َنْيَب َكَتْوُكُس يِنِّق َن َّمُهَّللا ، ِبِرْغَملاَو ْقِرْشَملا َنْيَب َتْدَعاَب اَمَك َياَياَطَخ َنْيَبَو ْيِنْيَب ْيِنْلِسْغا َّمُه َّللَا ،ِسَنَّدلا نِم ُضَيْبَألا ُبْوَّثلا ىََّقَنُي امَك َياَياَطَخ ْنِم ِدَرَبلاَو ِءاَمْلاَو ِجْل َّ ثلاِب َياَياَطَخ ْنِم “Ketika menyelesaikan takbiratu’l-ihrâm dalam shalat, 106 Menjadi Muslim Paripurna Rasulullah Saw. diam sejenak sebelum mulai membaca al-Fâtihah. Lalu aku bertanya kepada beliau: “Wahai Rasulullah, demi kedua orang tuaku yang rela menjadi pembelamu, apakah yang engkau baca ketika diam di antara takbir dan bacaan al-Fâtihah?” Beliau menjawab: “Aku membaca: Ya Allah, mohon jauhkan aku dari kesalahan dan dosa-dosa, sebagaimana engkau jauhkan arah timur dan barat. Sucikan aku dari dosa-dosaku, selayaknya baju putih yang dibersihkan dari noda kotoran. Bersihkan semua dosaku dengan es, air, dan embun.” 21 HR. Jama’ah selain Tirmidzi. b. Air laut Abu Hurairah berkata: ا َّنِإ ،ِهللا َلوُسَر اَي َلاقَف َمّلَسَو هْيلَع ُهللا ىّلَص ِهللا َلوُسَر ٌلُجَر َلَأَس هِب اَن ْ أ َّضَوَت َْنِإَف ِءاَملا ْنِم َلْيِلَقلا اَنَعَم ُلِمْحَنَو ،َرْحَبلا ُبَكْرَن هْيلَع ُهللا ىّل َص ِهللا ُلوُسَر َلاَقَف ؟ِرْحَبلا ِءاَمِب ُ أ َّضَوَتَنَفَأ ،اَنْْشَطَع ُهُتَتْيَم ُّلِحلا ،ُهُؤاَم ُرْوُهَّطلا َوُه :َمَّلَسَو “Seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw.: ”Wahai Rasulullah, kami tengah berlayar di laut dan persediaan air kami sedikit. Jika kami wudhu› dengan air itu, maka kami akan kehausan. Bolehkah kami wudhu› dengan air laut?» Rasulullah saw. Menjawab: “Air laut itu suci 22 21 Bukhari, Kitâbu’l-âdzân, Bab Bacaan setelah takbiratul ihram 1 189; Muslim, Kitâbu’l-Masâjid, Bab bacaan antara takbiratul ihram dan ba- caan al-Fatihah 1419 no. 147; Abu Daud, Kitâbu ash-Shalâh, Bab diam sejenak untuk membaca doa pembuka, no. 781, 1492; Musnad Ahmad, 2231; Nasa’i, Kitâbu’l-Iftitâh, Bab doa antara takbiratul ihram dan bacaan al-Fatihah 2128, dan no. 895. 22 Dalam hadis ini, Rasulullah tidak menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: Ya, untuk menyebutkan hukum sekaligus ‘illah-nya, yaitu kesu- cian yang sebenar-benarnya. Beliau juga menambahkan penjelasan hukum yang tidak ditanyakan, yaitu tentang kehalalan bangkai hewan laut. Hal ini demi menyempurnakan fungsi sebuah hukum serta menjelaskan hukum lain yang tidak ditanyakan. Manfaat penjelasan semacam ini akan lebih 107 Beribadah Sesuai Tuntunan Syari’ah dan bangkainya halal.” 23 Imam Tirmidzi berkata: “Status hadis ini hasan shahih, tapi ketika aku tanyakan kepada Muhammad bin Ismail al-Bukhari, beliau menjawab: “Hadis ini shahih.” c. Air zamzam Ali Ra. meriwayatkan: َمَزْمَز ِءاَم ْنِم ٍلَجَسِب اَعَد َم ّلَسَو ِهْيلَع ُهللا ىّلَص ِهللا َلوُسَر َّنَأ َ أ ّضَوَتَو ُهْنِم َبِرَشَف “Rasulullah Saw. meminta setimba air zamzam, lalu beliau minum dan wudhu› dengannya”. HR. Ahmad. 24 d. Air yang berubah warna karena tergenang dalam waktu lama atau tercampur dengan benda lain yang umumnya memang tumbuh di air, seperti lumut dan daun-daun pepohonan. Air yang demikian, menurut kesepakatan para ulama, tetap disebut air mutlak. Alasan yang menjadi prinsip dalam pembahasan bagian ini adalah bahwa setiap yang disebut air saja, tanpa terasa ketika muncul kebutuhan terhadap sebuah ketentuan hukum. Dan cara ini merupakan salah satu metode fatwa yang sangat baik. 23 Abu Daud, Kitâbu ath-Thahârah, Bab berwudhu dengan air laut 164 no. 83; Mawâridu azh-Zham’ân, Kitâbu ath-Thahârah, Bab hadis-hadis perihal air 160, no. 119; Nasa’i, Kitâbu ath-Thahârah, Bab perihal air laut, no. 59, 1 50 176, no. 333; Tirmidzi, Abwâbu ath-Thahârah, Bab hadis- hadis tentang air laut yang suci dan menyucikan 1 100 no. 69. Tirmidzi berkata: Hadis ini hasan sahih; Musnad Ahmad, 2 361; 3 373; Ibnu Majah, Kitâbu ath-Thahârah, Bab wudhu dengan air laut 1136 no. 386, 387, 388. Hadis ini juga dinilai sahih oleh syaikh Ahmad Syakir, sedangkan al-Albani menilainya hasan, dalam kita Irwâ’u’l-Ghalîl 13, dan juga dalam kitab Shahîhu an-Nasa’î 9114 dan Shahîhu Ibnu Mâjah 386 24 Hadis ini tidak diriwayatkan oleh Imam Ahmad, melainkan oleh puteranya, Abdullah, dalam kitab az-Zawâ’id 176 dan dinilai sahih oleh syaikh Ahmad Syakir. Sedangkan Al-Albani menganggapnya hasan, dalam kita Irwâ’u’l-Ghalîl, no. 13 108 Menjadi Muslim Paripurna batasan atau kategori tambahan lainnya, boleh digunakan untuk bersuci. Allah Swt. berfirman: اوُمَّمَيَتَف ًءاَم اوُدِجَت ْمَلَف Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah.” QS. Al-Maidah: 6.

2. Air Bekas Bersuci Musta’mal