25
B. Aspek Keteknikan
1. Proses Produksi Bihun Sagu
Proses produksi bihun sagu tersubstitusi sagu HMT merupakan modifikasi metode dari Ramadhan 2009 yaitu peningkatan skala
produksinya dari 100 gram bahan baku pati menjadi 1.25 kg bahan baku pati. Tahapan dari proses produksi dapat dilihat pada Gambar 7.
Adonan binder dipanaskan sampai adonan tergelatinisasi
Dicampurkan dengan bagian adonan yang lain Diadon sampai homogen
Dicetak
Dikukus pada suhu 95
o
C selama 2 menit Dikeringkan selama 1 jam
Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Bihun Kering Sagu a. Penimbangan dan Pembuatan Binder
Berdasarkan Ramadhan
2009, Formula
binder yang
menghasilkan adonan terbaik yaitu dengan perbandingan pati dengan air sebesar 1:2. Pembuatan binder dilakukan dengan mencampurkan
pati sagu alami 0.5 kg, STPP 5 g dan air 1 liter dalam panci besar dan dipanaskan di atas kompor hingga pati tergelatinisasi
sempurna. Untuk memperoleh adonan bihun yang menghasilkan bihun dengan kualitas terbaik adalah dengan menggunakan binder
Bahan baku ditimbang
Binder Adonan
Bihun Kering Sagu Untaian Bihun
26 sebanyak 20 dari total pati untuk adonan. Penimbangan bagian pati
yang lain adalah pati sagu alami 0.75 kg, pati sagu HMT 1.25 kg dan guar gum 25 g.
b. Pencampuran Adonan Bihun Adonan dibuat dengan mencampurkan binder dengan pati kering
di dalam mixer selama 10 menit dan terjadi proses merata dan dapat menyatu saat digenggam.
c. Pencetakan Bihun Adonan
dicetak menjadi
bihun dengan
menggunakan multifunctional noodle machine.
Lubang cetakan die yang digunakan berukuran kecil sehingga ukuran untaian bihun yang
dihasilkan menyerupai dengan produk bihun yang umum beredar di pasaran. Hasil cetakan diusahakan keluar secara vertikal untuk
mencegah menempelnya antar untaian bihun. Proses pencetakan bihun ini bersifat kontinyu. Adonan yang keluar dari die diletakkan
di atas tray. d. Proses Pengukusan Bihun
Adonan yang telah menjadi untaian bihun dikukus dengan menggunakan steam blancher yang bersuhu sekitar 90
o
C. Bihun dengan alas tray yang berlubang dimasukkan ke dalam steam
blancher selama dua menit.
e. Pengeringan Bihun Setelah pengukusan, bihun kemudian dikeringkan dalam tray
dryer selama 1 jam suhu 75
o
C. Setelah kering, bihun didiamkan beberapa saat di suhu ruang untuk menurunkan suhunya. Setelah
suhu mendekati suhu ruang, bihun dapat dikemas di dalam kemasan plastik.
2. Kebutuhan Mesin dan Alat
Mesin yang dibutuhkan dalam proses produksi mi sagu antara lain: timbangan, mesin pengaduk adonan, mesin pencetak mie, pengukus,
mesin pengering dan sealer.
a. Timbangan Timb
pati sagu, p dan guar gu
Timban maksimaln
tenaga timb b. Mesin Penc
Mesin i bahan-baha
stainless st motor peng
an mbangan akan dipakai untuk menimbang bahan ba
, pati sagu termodifikasi, air untuk pembuatan bin gum.
Gambar 8. Timbangan angan ini memiliki umur pemakaian 5 tahun dan
lnya adalah 5 kg dengan satuan terkecil 0.1 g mbangan ini adalah 1 batere 9V.
ncampur Adonan n ini sering disebut molen, berfungsi untuk menc
han menjadi adonan yang dapat dicetak. Molen te steel yang terdiri dari bak pengaduk, kaki penya
nggerak impeller.
Gambar 9. Molen Pengaduk Adonan baku yaitu
inder, STPP
an kapasitas g. Sumber
ncampurkan terbuat dari
yangga, dan
28 Ukuran keseluruhan molen yaitu 1.2 x 0.7 x 1 m
3
, dimana ukuran bak pengaduk 90 x 45 x 50 cm
3
. Daya listrik yang dibutuhkan untuk molen adalah sebesar 2 HP dengan tegangan 110220 V. Kecepatan
putar impellernya sebesar 420 RPM. c. Mesin Pencetak Bihun
Mesin pencetak ini merupakan Multifunctional Noodle Machine tipe MS 9. Dimensi mesin ini adalah 660x330x430mm dengan berat
60 kg. Kapasitas mesin adalah 9 kgjam dengan tegangan 220v, 50Hz dan daya 1.10 kW.
Gambar 10. Mesin Pencetak Bihun d. Mesin Pengukus Bihun
Pengukusan adonan bihun yang telah dicetak dilakukan di atas tray dengan pengukus tipe tray. Dalam 1 batch selama 2 menit,
dapat dikukus 2-3 tray bihun.
Gambar 11. Mesin Pengukus Bihun
e. Mesin Peng
Mesin mencapai s
daya sebesa tertinggi 12
G f. Sealer
Sealer u 400 W. Ber
G g. Peralatan L
Pembua kompor, ba
ngering Bihun n pengering bihun merupakan tray drier ya
i suhu pengeringan 90
o
C. Mesin ini memiliki esar 3 PH, tegangan 110220 Volt dan dapat men
120
o
C. Volume dari mesin ini adalah 4,94 m
3
.
Gambar 12. Mesin Pengering Bihun
r untuk membungkus kemasan bihun memiliki da erat alat ini adalah 3,2 kg dengan dimensi 8,5 x 4
Gambar 13. Mesin Pengemas Sealer
Lainnya
uatan bihun juga memerlukan peralatan lain seper
baskom, sendok pengaduk, pisau, dan lap.
yang dapat i spesifikasi
encapai suhu
daya sebesar 45 x 18 cm.
erti panci,
30
3. Penentuan Tata Letak Ruang Produksi
a. Kebutuhan Luas Ruang Luas area pabrik ditentukan berdasarkan perhitungan luas
produksi dan luas ruang non produksi. Luas ruang produksi yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan ruang untuk mesin,
peralatan, tenaga kerja, serta sarana lain yang mendukung kegiatan proses produksi.
Ruang produksi terdiri dari area pencampuran adonan, pencetakan, pengukusan dan pengeringan. Sementara ruang non
produksi tersusun atas ruang penyimpanan bahan baku, ruang penjualan, dapur, ruang karyawan, area tempat tinggal pemilik, toilet
dan area pembuangan sampah. Tabel 4. Kebutuhan Luas Ruang
No Fasilitas
Dimensi m
Kebutuhan Luas Area Ruang
m 1
Ruang Penyimpanan 2 x 2.5
5 2
Area Mixing 2 x 2.5
5 3
Area Pencetakan 2 x 3
6 4
Area Pengukusan 5 x 2
10 5
Area Pengeringan 2 x 4
8 6
R. Pengemasan dan Penjualan 2 x 2.5
5 7
Area Dapur 2 x 4
8 8
R. Karyawan 2 x 2
4 9
Toilet 1.5 x 2
3
b. Perancangan Tata Letak Pabrik
Rancangan tata letak pabrik dibuat berdasarkan diagram alir proses produksi mi sagu dan diagram keterkaitan antar aktifitas yang
telah ditentukan. Perancangan tata letak pabrik dibuat secara efektif dan efisien dengan meminimalkan jarak perpindahan bahan,
keteraturan tempat kerja, dan aliran proses yang beruntun.
31 Pola umum aliran bahan dalam proses produksi merupakan
salah satu perencanaan fasilitas yang harus ditentukan dengan matang. Menurut Hadiguna dan Setiawan 2008, pola umum aliran
bahan untuk proses produksi umumnya dibedakan atas 5 pola, yaitu garis lurus, bentuk U, pola zig-zag, melingkar, dan pola tak tentu.
Pada proses produksi bihun sagu, digunakan bentuk U untuk mengantisipasi keterbatasan luas lantai yang tersedia untuk
keperluan produksi. Pola aliran bentuk U akan diterapkan jika akhir proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal
proses produksinya karena keadaan fasilitas transportasi maupun ruangan yang berdekatan.
Pada denah ruang produksi, dapat dilihat bahwa ruang gudang berdekatan dengan ruang persiapan distribusi penjualan. Hal ini
terkait dengan kemudahan alirang barang untuk masukkeluar dari area pabrik.
32 Gambar 14. Denah Bangunan Usaha Produksi Mi Sagu HMT
33
C. Aspek Ekonomi