telah tererosi dari alur-alur adalah dengan mengukur panjang lokasi kajian yang memperlihatkan adanya erosi alur, menghitung banyaknya alur-alur erosi di lokasi
kajian, menghitung rata-rata tebal alur, menghitung luas total penampang alur, menghitung rata-rata luas penampung alur, dan menghitung volume total alur
Effendi 1996.
3. Metode Tongkat Ukur
Metode ini menggunakan suatu alat untuk mengukur perubahan kedalaman tanah akibat erosi atau tertimbun yang berwujud tongkat bertanda ukur dengan
bahan tahan lapuk selama pemakaian, ringan, mudah diperoleh, dan murah. Tongkat ukur dibenamkan ke dalam tanah sampai tanda nol berada di permukaan
tanah. Pemantauan laju erosi tanah di suatu lahan memerlukan lebih dari satu titik pengamatan, untuk itu perlu penempatan tongkat ukur yang dapat mewakili
penampilan lahan. Setelah terjadi kejadian hujan tertentu akan terjadi perubahan tinggi permukaan tanah di titik-titik perngamatan. Besarnya laju erosi tanah yang
terjadi didapat dengan mengalikannya dengan bobot isi tanah di lokasi kajian Effendi 1996.
4. Metode Petak Ukur Erosi
Pembuatan petak ukur erosi tanah sesuai dengan aturan USLE kadang tidak mungkin dilakukan karena alasan waktu dan biaya. Ada suatu petak ukur tetap
yang berukuran 200 m
2
supaya memungkinkan pengukuran laju erosi tanah untuk jangka waktu yang cukup lama, yang diletakkan di lokasi-lokasi dengan keadaan
tumbuhan beraneka ragam Effendi 1996.
2.5.2 Pendugaan Erosi 1.
Metode USLE
Universal Soil Loss Equation USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu
area dengan sistem pertanaman dan pengelolaan. Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi alur, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan
tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai, dan dasar sungai Wischmeier dan Smith 1978 dalam Arsyad 2010.
Model prediksi erosi USLE dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith 1978 yang diacu dalam Arsyad 2010 dengan persamaan sebagai berikut:
A = R × K × L × S × C × P ................................................................ 1
Dimana : A = Banyaknya tanah terterosi tonhatahun
R = Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total E dengan intensitas hujan
maksimum 30 menit I
30
K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan R untuk suatu tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan
panjang 72,6 kaki 22 meter terletak pada lereng 9 tanpa tanaman L = Faktor panjang lereng 9, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan lereng
tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kali 22 meter di bawah keadaan yang identik
S = Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah
dengan lereng 9 di bawah keadaan yang identik C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah
besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman vegetasi tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang
identik tanpa tanaman P
= Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah pengolahan dan penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, dan teras
menurut kontur, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang memberikan perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap
besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik
Metode USLE adalah metode yang dianggap sebagai rumus yang paling mendekati kenyataan dibandingkan dengan rumus yang lain, karena variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci Arsyad 2010.
2 .
Metode SLEMSA
SLEMSA merupakan kependekan dari Soil Loss Estimation Model for South Afrika sebagai upaya menyederhanakan model USLE berdasarkan perbedaan
batasan kuantitatif erodibilitas tanah. Model ini dirancang untuk mengurangi kebutuhan biaya dan waktu kerja kajian petak ukur lapangan dalam menetapkan
nilai-nilai mandiri masing-masing faktor pengendali erosi tanah. Menurut Poerwowidodo 1999 dalam Aleksander 2010, penetapan parameter pengendalian
erosi tanah dengan model ini tetap berdasarkan pada kajian satuan petak ukur yaitu:
Z = K x C x X ........................................................................................ 2 Dimana :
Z = nilai tengah prakiraan laju erosi tanah tahunan tonhatahun
K = nilai tengah laju erosi tanah tahunan tonhatahun dari petak contoh
baku berukuran 30 m x 10 m pada kemiringan 4,5, terbuka dan diketahui nilai erodibilitasnya
C = Nilai perbandingan laju erosi tanah antara petak ukur bertanaman dan
petak ukur yang dibiarkan dalam keadaan tanpa penutup X
= Perbandingan laju erosi yang memiliki panjang lereng dan kemiringan tertentu dengan laju erosi dari petak ukur
3. Metode RUSLE