Erosi Diperbolehkan Tingkat Bahaya Erosi TBE

kajian, dan besarnya nisbah pelepasan sedimen sediment delivery ratio, SDR. Untuk selanjutnya prakiraan erosi dengan cara ini disebut prakiraan erosi metode SDR. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data debit dan muatan sedimen di titik pengamatan outlet suatu DAS yang akan diperkirakan tingkat erosinya. Data ini diusahakan dalam periode waktu yang cukup panjang tahunan. Umumnya, untuk mendapatkan data muatan sedimen dalam jangka panjang dapat dibuat persamaan debit-sedimen sediment-discharge rating curve dari data debit dan muatan sedimen yang tersedia di lokasi pengamatan tersebut, dan muatan sedimen untuk tahun-tahun berikutnya dapat dihitung hanya dengan menggunakan debit Asdak 1995.

2.6 Erosi Diperbolehkan

Erosi yang diperbolehkan dinyatakan sebagai suatu laju yang tidak boleh melebihi laju pembentukan tanah. Pengikisan di bagian atas selalu diikuti oleh pembentukan lapisan tanah baru pada bagian bawah profil tanah, tetapi laju pembentukan ini pada umumnya tidak mampu mengimbangi kehilangan tanah karena erosi dipercepat. Secara alami laju kehilangan tanah yang diperbolehkan tergantung dengan kondisi tanah dan secara umum laju erosi yang diperbolehkan Edp untuk kebanyakan tanah di Indonesia pada lahan miring adalah sebesar 25 mmthn atau setara dengan 25 tonhatahun sedangkan untuk di daerah yang bertopografi datar Edp yang disarankan adalah 10tonhathn Rahim 2003. 2.7 Indeks Bahaya Erosi IBE Indeks bahaya erosi IBE merupakan petunjuk besarnya erosi pada suatu lahan. Tujuan menentukan indeks bahaya erosi yaitu untuk mengetahui sejauh mana erosi yang terjadi akan membahayakan kelestarian produktivitas tanah yang bersangkutan Hardjowigeno 2007. Untuk mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari nilai indeks bahaya erosi dari lahan tersebut. Indeks bahaya erosi diartikan sebagai suatu nilai rasio antara erosi potensial dengan erosi diperbolehkan erosi yang masih dapat dibiarkan dari suatu lahan. Indeks bahaya erosi ditentukan berdasarkan persamaan berikut Hammer 1981 dalam Hardjowigeno 2007: ................ 3 Dari nilai indeks bahaya erosi yang diperbolehkan dapat diketahui tingkat bahaya atau ancaman erosi tersebut di suatu lahan dengan pedoman pada klasifikasi indeks bahaya erosi sebagaimana disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi No Nilai Indeks Bahaya Erosi Harkat 1 1,00 Rendah 2 1,00 – 4,00 Sedang 3 4,01 – 10,00 Tinggi 4 10,00 Sangat tinggi Sumber: Hammer 1981 dalam Hardjowigeno 2007

2.7 Tingkat Bahaya Erosi TBE

Untuk menentukan tingkat bahaya erosi, Departemen Kehutanan 1986 dalam Hardjowigeno 2007 menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Makin dangkal solum tanahnya, berarti makin sedikit tanah yang boleh tererosi, sehingga bahaya erosinya sudah cukup besar meskipun tanah yang hilang belum terlalu besar. Tabel 6 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi TBE Tebal solum Erosi maksimum tonhathn 15 15 – 60 60 – 180 180 – 480 480 90 SR R S B SB 60 – 90 R S B SB SB 30 – 60 S B SB SB SB 30 B SB SB SB SB SR = sangat ringan, R = ringan, S = sedang, B = berat, SB = sangat berat Sumber: Departemen Kehutanan 1986 dalam Hardjowigeno 2007

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan dan analisis data dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Maret 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW. HPGW secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Lintasan sepeda gunung terletak di dalam area HPGW sebagaimana disajikan dalam Gambar 2. Gambar 2 Peta lokasi lintasan sepeda gunung di HPGW.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1. GPS Global Positioning System Garmin 60 CSX, 2. Ring contoh tanah 100 cc, 3. Penetrometer Kerucut Dinamis DCP, water pass, kunci pas, 4. Mini weather station davis instrument vantage pro 2 stasiun pengamat cuaca otomatis, 5. Plot erosi, 6. Bak penampung, 7. Gelas ukur 500 ml,