Ciri dan Jenis Tanah

pemadatan tanah soil compaction, baik proses alami maupun oleh adanya aktifitas mekanisasi alat-alat pertanian, dan 3 tingkat kemantapan atau kekompakan struktur tubuh tanah Hillel 1980 dalam Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian 2006.

2.2 Ciri dan Jenis Tanah

Klasifikasi tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan ke dalam kelas yang sama. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan pengelolaan yang berbeda. Dalam klasifikasi tanah dikenal berbagai tingkat kategori klasifikasi. Pada kategori tinggi tanah dibedakan secara garis besar, kemudian pada kategori berikutnya dibedakan dengan sangat terperinci. Sifat-sifat tanah yang digunakan untuk membedakan tanah pada kategori yang lebih rendah, sehingga jumlah faktor pembeda semakin meningkat dengan semakin rendahnya kategori. Salah satu sistem klasifikasi tanah Hardjowigeno 2007 telah dikembangkan Amerika Serikat USDA 1975 dikenal dengan nama soil taxonomy menggunakan enam kategori dengan ciri-pembeda setiap kategori yaitu: 1. Ordo : dibedakan berdasarkan ada tidaknya horizon penciri serta jenis sifat dari horizon penciri tersebut. 2. Sub-ordo : dibedakan berdasarkan perbedaan genetik tanah. 3. Great group : dibedakan berdasarkan perbedaan: jenis, tingkat, susunan horizon, kejenuhan basa, regim suhu, dan kelembaban. 4. Sub group : sifat inti dari great group dan diberi nama Typic, sifat tanah peralihan ke: a great group lain, b sub ordo lain, c ordo lain, dan d ke bukan tanah. 5. Famili : dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan atau engineering, meliputi sifat tanah, yaitu sebaran besar butir, susunan mineral liat, dan regim temperatur untuk kedalaman 50 cm. 6. Seri : dibedakan berdasarkan: jenis dan susunan horizon, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing- masing horizon, sifat-sifat kimia tanah lainnya, dan sifat- sifat mineral dari masing-masing horizon. Sistem klasifikasi tanah ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal: 1 penamaan atau tata nama, 2 definisi-definisi horizon penciri, dan 3 beberapa sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis tanah. Selanjutnya berdasarkan atas horizon-horizon penciri dan sifat-sifat penciri lain, maka tanah di dunia dapat dikelompokkan ke dalam dua belas ordo seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Ordo tanah dan penciri utama menurut sistem taksonomi Ordo Penciri Utama Horison penciri Sifat-sifat penciri lain Alfisol Andisol Ardisol Entisol Gelisol Histosol Inceptisol Mollisol Oxisol Spodosol Ultisol Vertisol Horison argilik - - Hanya ada epipedon ochrik, albik atau histik - Epipedon histik tebalnya lebih dari 40 cm Horizon kambik Epipedon mollik Horizon oksik Horizon spodik Horizon argilik - Kejenuhan basa jumlah kation tinngi 35, pada kedalaman 180 cm. Mempunyai sifat tanah andik. Regim kelembaban tanah aridik sangat kering. - Mempunyai sifat gelik membeku sepanjang tahun. - - Kejenihan basa NHâ‚„OAc pH 7 seluruh solum lebih dari 50. - - Kejenuhan basa jumlah kation rendah 35, pada kedalaman 180 cm. Sifat vertik musim kering tanah menjadi menjerut, pecah-pecah dan musim hujan tanah mengembang dan sangat lekat, lebih 30 liat. Sumber: Hadjowigeno 2007 Persebaran jenis tanah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Tanah organosol Tanah organosol memiliki ciri-ciri: 1 lapisan gambut bahan organik yang ketebalannya lebih dari 50 cm, 2 jenuh air sepanjang tahun, dan 3 reaksi tanah masam Hardjowigeno 2007. 2. Tanah latosol Tanah latosol memiliki ciri-ciri: 1 kadar liat tanah lebih dari 60, 2 struktur remah sampai gumpal, 3 warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, 4 memiliki profil tanah yang dalam lebih dari 150 cm dan 5 umumnya memiliki epipedon umbrik dan horizon kambik Hadjowigeno 2007. 3. Tanah regosol Tanah regosol memiliki ciri-ciri bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 dan hanya mempunyai horizon penciri ochrik, histik, dan surfurik Hadjowigeno 2007. 4. Tanah aluvial Tanah aluvial memiliki ciri-ciri: 1 endapan baru berlapis-lapis, 2 bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman, 3 hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, dan 4 kandungan pasir kurang dari 60 Hardjowigeno 2007. 5. Tanah litosol Tanah litosol memiliki ciri-ciri: 1 tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang, 2 terdapat batuan keras yang padu, dan 3 belum ada perkembangan profil Hardjowigeno 2007. 6. Tanah grumusol Tanah grumusol memiliki ciri-ciri: 1 kadar liat lebih dari 30, 2 berwarna kelabu hingga hitam, dan 3 pH netral hingga alkalis dan saat musim kering tanah menjadi keras dan retak-retak mengkerut, sebaliknya saat musim basah menjadi lengket mengembang Hardjowigeno 2007. 7. Tanah andosol Tanah andosol memiliki ciri-ciri: 1 berwarna cokelat kehitaman epipedon mollik atau umbrik dan mempunyai horizon kambik, 2 bulk density kurang dari 0,85 grcc, dan 3 banyak mengandung bahan amorf atau lebih dari 60 terdiri dari endapan abu vulkanik Hardjowigeno 2007. 8. Tanah podsolik Tanah podsolik memiliki ciri-ciri tanah dengan horizon penimbunan besi horizon spodik dan horizon berwarna cokelat tua sampai kemerahan horizon albik Hardjowigeno 2007. 9. Tanah planosol Ciri-ciri tanah planosol yaitu: 1 tanah dengan horizon albik yang terletak di atas horizon dengan permeabilitas lambat misalnya horizon argilik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur yang nyata, 2 adanya liat berat, dan 3 memperlihatkan ciri-ciri hidromorfolik pada sebagian horizon albik Hardjowigeno 2007.

2.3 Aliran Permukaan