mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya
pertumbuhan kebanyakan tanaman. Sedangkan erosi yang dipercepat adalah erosi yang proses terjadinya dipercepat akibat kegiatan manusia yang bersifat negatif
ataupun melakukan kesalahan dalam pelaksanaan pertanian, terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-
kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah, antara lain pembuatan jalan di daerah kemiringan yang besar
Kartasapoetra 1989. Arsyad 2010 menguraikan bahwa bentuk-bentuk erosi yang disebabkan
oleh air yang umum djumpai di daerah tropis terdiri dari erosi lembar sheet erosion, erosi alur riil erosion, erosi parit gully erosion, erosi tebing sungai,
longsor landslide, dan erosi internal.
2.5 Metode Pengukuran Aliran dan Erosi Permukaan
Pengukuran laju erosi tanah yang terjadi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode pengukuran yang bersifat kualitatif
antara lain metode potret udara dan metode citra satelit. Sedangkan metode pengukuran kuantitatif meliputi metode pengukuran permukaan tanah, metode
ukur cepat, metode tongkat ukur, dan metode petak kecil Effendi 1996.
2.5.1 Pengukuran Secara Langsung 1.
Metode Penurunan Permukaan Tanah
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya masa tanah yang telah tererosi dari jalur-jalur aliran permukaan tanah di suatu lahan. Penetapan
tebal lapisan tanah di jalur aliran permukaan tanah yang telah tererosi dilakukan berdasarkan perbesaan ketinggian antara titik pengamatan di dasar alur erosi.
Penetapan tebal lapisan tanah disekitar pohon yang telah tererosi dilakukan berdasarkan perbedaan ketinggian antar titik pengamatan di lokasi yang searah
dengan pangkal akar pohon dengan beberapa titik pengamatan di permukaan tanah yang terpampang saat ini Effendi 1996.
2. Metode Ukur Cepat
Metode ukur cepat efektif untuk menetapkan masa tanah yang telah tererosi dari alur-alur erosi pada sebidang lahan. Penetapan banyaknya masa tanah yang
telah tererosi dari alur-alur adalah dengan mengukur panjang lokasi kajian yang memperlihatkan adanya erosi alur, menghitung banyaknya alur-alur erosi di lokasi
kajian, menghitung rata-rata tebal alur, menghitung luas total penampang alur, menghitung rata-rata luas penampung alur, dan menghitung volume total alur
Effendi 1996.
3. Metode Tongkat Ukur
Metode ini menggunakan suatu alat untuk mengukur perubahan kedalaman tanah akibat erosi atau tertimbun yang berwujud tongkat bertanda ukur dengan
bahan tahan lapuk selama pemakaian, ringan, mudah diperoleh, dan murah. Tongkat ukur dibenamkan ke dalam tanah sampai tanda nol berada di permukaan
tanah. Pemantauan laju erosi tanah di suatu lahan memerlukan lebih dari satu titik pengamatan, untuk itu perlu penempatan tongkat ukur yang dapat mewakili
penampilan lahan. Setelah terjadi kejadian hujan tertentu akan terjadi perubahan tinggi permukaan tanah di titik-titik perngamatan. Besarnya laju erosi tanah yang
terjadi didapat dengan mengalikannya dengan bobot isi tanah di lokasi kajian Effendi 1996.
4. Metode Petak Ukur Erosi
Pembuatan petak ukur erosi tanah sesuai dengan aturan USLE kadang tidak mungkin dilakukan karena alasan waktu dan biaya. Ada suatu petak ukur tetap
yang berukuran 200 m
2
supaya memungkinkan pengukuran laju erosi tanah untuk jangka waktu yang cukup lama, yang diletakkan di lokasi-lokasi dengan keadaan
tumbuhan beraneka ragam Effendi 1996.
2.5.2 Pendugaan Erosi 1.
Metode USLE
Universal Soil Loss Equation USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu
area dengan sistem pertanaman dan pengelolaan. Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi alur, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan
tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai, dan dasar sungai Wischmeier dan Smith 1978 dalam Arsyad 2010.
Model prediksi erosi USLE dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith 1978 yang diacu dalam Arsyad 2010 dengan persamaan sebagai berikut:
A = R × K × L × S × C × P ................................................................ 1
Dimana : A = Banyaknya tanah terterosi tonhatahun
R = Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total E dengan intensitas hujan
maksimum 30 menit I
30
K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan R untuk suatu tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan
panjang 72,6 kaki 22 meter terletak pada lereng 9 tanpa tanaman L = Faktor panjang lereng 9, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan lereng
tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kali 22 meter di bawah keadaan yang identik
S = Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah
dengan lereng 9 di bawah keadaan yang identik C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah
besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman vegetasi tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang
identik tanpa tanaman P
= Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah pengolahan dan penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, dan teras
menurut kontur, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang memberikan perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap
besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik
Metode USLE adalah metode yang dianggap sebagai rumus yang paling mendekati kenyataan dibandingkan dengan rumus yang lain, karena variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci Arsyad 2010.
2 .
Metode SLEMSA
SLEMSA merupakan kependekan dari Soil Loss Estimation Model for South Afrika sebagai upaya menyederhanakan model USLE berdasarkan perbedaan
batasan kuantitatif erodibilitas tanah. Model ini dirancang untuk mengurangi kebutuhan biaya dan waktu kerja kajian petak ukur lapangan dalam menetapkan
nilai-nilai mandiri masing-masing faktor pengendali erosi tanah. Menurut Poerwowidodo 1999 dalam Aleksander 2010, penetapan parameter pengendalian
erosi tanah dengan model ini tetap berdasarkan pada kajian satuan petak ukur yaitu:
Z = K x C x X ........................................................................................ 2 Dimana :
Z = nilai tengah prakiraan laju erosi tanah tahunan tonhatahun
K = nilai tengah laju erosi tanah tahunan tonhatahun dari petak contoh
baku berukuran 30 m x 10 m pada kemiringan 4,5, terbuka dan diketahui nilai erodibilitasnya
C = Nilai perbandingan laju erosi tanah antara petak ukur bertanaman dan
petak ukur yang dibiarkan dalam keadaan tanpa penutup X
= Perbandingan laju erosi yang memiliki panjang lereng dan kemiringan tertentu dengan laju erosi dari petak ukur
3. Metode RUSLE
Menurut Poerwowidodo 1999 dalam Aleksander 2010 metode ini dikembangkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
metode USLE dengan memperbaharui data dan pendekatan baru, koreksi kelemahan-kelemahan USLE, dan penggunaan teknologi baru yaitu teknologi
berdasarkan komputer. Metode RUSLE ini dipublikasikan program RUSLE telah mengalami perubahan pada perangkat lunaknya.
4. Metode SDR
Pada kasus tertentu, terutama untuk daerah tangkapan air yang belum diketahui besarnya komponen-komponen penyusun rumus USLE perlu
diupayakan cara prakiraan yang lebih sederhana tetapi masih dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Cara prakiraan erosi yang dimaksud adalah
dengan memanfaatkan data debit, muatan sedimen, berat jenis tanah di daerah
kajian, dan besarnya nisbah pelepasan sedimen sediment delivery ratio, SDR. Untuk selanjutnya prakiraan erosi dengan cara ini disebut prakiraan erosi metode
SDR. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data debit dan
muatan sedimen di titik pengamatan outlet suatu DAS yang akan diperkirakan tingkat erosinya. Data ini diusahakan dalam periode waktu yang cukup panjang
tahunan. Umumnya, untuk mendapatkan data muatan sedimen dalam jangka panjang dapat dibuat persamaan debit-sedimen sediment-discharge rating curve
dari data debit dan muatan sedimen yang tersedia di lokasi pengamatan tersebut, dan muatan sedimen untuk tahun-tahun berikutnya dapat dihitung hanya dengan
menggunakan debit Asdak 1995.
2.6 Erosi Diperbolehkan
Erosi yang diperbolehkan dinyatakan sebagai suatu laju yang tidak boleh melebihi laju pembentukan tanah. Pengikisan di bagian atas selalu diikuti oleh
pembentukan lapisan tanah baru pada bagian bawah profil tanah, tetapi laju pembentukan ini pada umumnya tidak mampu mengimbangi kehilangan tanah
karena erosi dipercepat. Secara alami laju kehilangan tanah yang diperbolehkan tergantung dengan kondisi tanah dan secara umum laju erosi yang diperbolehkan
Edp untuk kebanyakan tanah di Indonesia pada lahan miring adalah sebesar 25 mmthn atau setara dengan 25 tonhatahun sedangkan untuk di daerah yang
bertopografi datar Edp yang disarankan adalah 10tonhathn Rahim 2003. 2.7 Indeks Bahaya Erosi IBE
Indeks bahaya erosi IBE merupakan petunjuk besarnya erosi pada suatu lahan. Tujuan menentukan indeks bahaya erosi yaitu untuk mengetahui sejauh
mana erosi yang terjadi akan membahayakan kelestarian produktivitas tanah yang bersangkutan Hardjowigeno 2007.
Untuk mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari nilai indeks bahaya erosi
dari lahan tersebut. Indeks bahaya erosi diartikan sebagai suatu nilai rasio antara erosi potensial dengan erosi diperbolehkan erosi yang masih dapat dibiarkan dari