4. Titik layu permanen merupakan kandungan air tanah dimana akar-akar
tanaman mulai tidak mampu menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu pF 4,2 atau 15 Bar.
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air moisture tension dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air
menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tegangan diukur dalam bar, atmosfir, cm air, dan pF. Berikut
beberapa satuan yang digunakan untuk menyatakan tingkat energi air tanah disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Satuan tingkat energi air tanah
Tinggi unit kolom air cm Nilai pF
Tekanan atmosfir Bar
10 1
0,001 0,010
100 2
0,010 0,100
346 2,53
0,100 0,340
1.000 3
1 1
10.000 4
10 10
15.849 4,2
15 15,800
31.623 4,5
31 31,600
100.000 5
100 100
1.000.000 6
1000 1000
10.000.000 7
10000 10000
Sumber: Soepardi 1983
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak dibandingkan dengan
tanah bertekstur kasar. Oleh karena itu tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kekurangan air
ataupun kelebihan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman Hardjowigeno 2007. Selain itu, ketersediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya curah
hujan atau irigasi, kemampuan tanah menahan air, evapotransiprasi penguapan langsung dari tanah maupun vegetasi, dan tingginya muka air tanah. Air terdapat
dalam tanah karena ditahan diserap oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Kelebihan ataupun
kekurangan kandungan air dalam tanah dapat mengganggu pertumbuhan tanaman Purwowidodo 2002.
2.1.3 Kerapatan Limbak Bulk Density Tanah
Kerapatan limbak atau Bulk density adalah perbandingan berat tanah kering dengan satuan volume tanah yang termasuk volume pori-pori tanah. Umumnya
dinyatakan dalam grcc. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah dimana semakin padat suatu tanah, maka makin tinggi bulk densitynya, artinya
semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Tanah yang lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi
kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas top soil pada tanah mineral mempunyai nilai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah di
bawahnya. Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1 —1,6 grcc, sedangkan
tanah organik umumnya memiliki nilai bulk density antara 0,1 —0,9 grcc. Bulk
density dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik. Selain itu, bulk density dapat cepat berubah karena pengolahan tanah dan praktek
budidaya Hardjowigeno 2007. Menurut Hakim et al. 1986, bulk density pada pertumbuhan sedang dan
pertumbuhan kecil 1,05 —1,32 relatif tinggi dibandingkan pertumbuhan baik
1,04 —1,18. Hal ini menunjukkan semakin tinggi bulk density menyebabkan
kepadatan tanah meningkat, aerasi dan drainase terganggu, sehingga perkembangan akar menjadi tidak normal. Nilai bulk density dapat
menggambarkan adanya lapisan tanah, pengolahan tanah, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat drainase, dan
kemudahan tanah ditembus akar. Bulk density sangat berhubungan dengan particle density, jika particle
density tanah sangat besar maka bulk density juga besar. Hal ini dikarenakan partikel density berbanding lurus dengan bulk density, namun apabila tanah
memiliki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan bulk density akan rendah. Dapat dikatakan bahwa particle density berbanding terbalik dengan kadar
air. Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di
dalam tanah besar sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih mudah memasukkan air di dalam agregat tanah Hanafiah 2005.
2.1.4 Kerapatan Partikel Particle Density Tanah