Sifat Mineralogi Tanah pada Penggunaan Lahan Perkebunan Teh Mineral Pasir

difraktogram ditampilkan pada Gambar 14. Secara umum tidak ditemukan mineral klei yang memiliki puncak yang tajam dengan intensitas tinggi. Hal ini dapat dilihat pada pos 0-2 theta yang menunjukkan adanya puncak dari mineral klei. Pola demikian menunjukkan bahwa tanah tersebut didominasi oleh mineral non kristalin amorf berupa alofan. Gambar 14. Difraktogram XRD dari klei tanah dengan penjenuhan Mg 2+ pada profil tanah di lahan perkebunan teh Pada Profil T-1, mineral yang terdeteksi berdasarkan puncak yang muncul antara lain tridimit 0.431 nm dan kristobalit 0.406 nm. Sementara itu, pada profil T-2 mineral yang terdeteksi berdasarkan puncak yang muncul hanya dua yaitu kristobalit 0.407 nm dan feldsfar 0.322 nm serta selebihnya didominasi mineral amorf. Mineral yang terdeteksi pada profil T-3 antara lain haloisit terhidrat 0.445 nm, kristobalit 0.405 nm, metahaloisit 0.348, dan feldspar 0.321 nm. Dari hasil analisis XRD tersebut tanah-tanah yang berada pada lahan perkebunan teh merupakan tanah yang berasal dari bahan induk volkan. Selain itu pola puncak yang muncul juga bersifat asimetris dan tidak tajam seperti puncak yang menunjukkan mineral hidrat haloisit dan metahaloisit. Puncak yang muncul dengan intensitas 100 terjadi pada mineral kristobalit di profil T-1 dan T-2. Sedangkan pada profil T-3 mineral yang muncul dengan intensitas 100 adalah metahaloisit. Dilihat dari segi intensitas pelapukannya profil T-3 memiliki derajat pelapukan yang paling tinggi di antara ketiga profil tanah di lahan perkebunan teh dengan dijumpainya mineral sekunder metahaloisit dan haloisit terhidrat yang terdeteksi oleh XRD. 5 10 15 20 25 30 35 2Theta o td cb cb fd ht cb mt fd T-3Bt T-2Bt T-1Bt cb=kristobalit; fd=feldsfar; ht=haloisit terhidrat; mt=metahaloisit; td=tridimit

3.1.2.5 Klasifikasi Tanah pada Lahan Perkebunan Teh Berdasarkan Taksonomi Tanah

Nama tanah menurut sistem Taksonomi Tanah USDA dari tanah yang berada di lahan perkebunan teh ditampilkan pada Tabel 13. Berdasarkan morfologi dan sifat kimia tanah, ketiga profil H-1, H-2, dan H-3 memiliki epipedon umbrik, yaitu terdapat lapisan setebal 18 cm atau lebih yang memiliki warna tanah dalam keadaan lembab dengan value dan kroma kurang 3. Pada sebagian atau seluruh horison memiliki kejenuhan basa 50 ekstrak NH4Oac dan kadar C-organik 0.6 . Pada ketiga profil dijumpai adanya peningkatan klei yang memenuhi kriteria horison argilik Bt. Tabel 13. Klasifikasi tanah pada lahan perkebunan teh berdasarkan Taksonomi Tanah USDA No. Profil Epipedon Horison penciri bawah Subgrup 1. T-1 Umbrik Argilik Ultic Hapludands 2. T-2 Umbrik Argilik Ultic Hapludands 3. T-3 Umbrik Argilik Ultic Hapludands Kriteria dalam menentukan sifat andik antara lain memiliki persentase jumlah Alumunium ditambah ½ besi ekstrak ammonium oksalat 2 atau lebih, bobot isi 0.90 gcm3, dan retensi fosfat 85. Berdasarkan kriteria tersebut maka ketiga profil tanah di lahan perkebunan teh diklasifikasikan sebagai Andisol pada kategori order. Hal ini dikarenakan tanah tersebut memiliki sifat andik pada kedalaman 60 cm dari permukaan. Ketiga profil memiliki regim kelembaban udik, karena tidak mengalami kering selama 90 hari secara kumulatif dalam satu tahun. Oleh karena itu, pada kategori suborder, ketiga tanah ini diklasifikasikan sebagai Udands. Pada kategori greatgroup , ketiga profil T-1, T-2, dan T-3 diklasifikasikan ke dalam Hapludands karena tidak memiliki ciri lain yang spesifik. Pada kategori subgrup, terdapat peningkatan klei yang memenuhi syarat sebagai horison argilik pada kedalaman 30 cm di profil T-1, pada kedalaman 50 cm di profil T2, dan pada kedalaman 25 cm di profil T-3 sehingga diklasifikasikan sebagai Ultic Hapludands.

3.1.3 Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Penggunaan Lahan

Budidaya Sayuran 3.1.3.1 Sifat Morfologi Tanah pada Penggunaan Lahan Budidaya Sayuran Tiga profil tanah Andisol pada penggunaan lahan budidaya sayuran telah diamati dan dianalisis yaitu profil S-1, S-2, dan S-3. Ketiga profil tersebut berada pada kisaran ketinggian 1441-1525 m dpl. Hasil deskripsi tiga profil ini disajikan pada Tabel lampiran 7, 8, 9, dan 10. Ketebalan solum profil tanah cukup beragam pada ketiga profil. Ketebalan solum profil S-1 tebal 93 cm, profil S-2 tebal 102 cm dan S-3 agak tebal 65 cm. Kedalaman solum tanah yang kurang dari 102 cm ini salah satunya disebabkan akibat kegiatan leveling lahan untuk membuat areal budidaya. Hal tersebut tampak dari kondisi bentuk lahan yang berteras-teras sehingga secara tidak langsung menyebabkan proses pendangkalan terhadap solum tanahnya. Profil S-2 dijumpai adanya horison terkubur Ab yang terindikasi dari peningkatan karbon organik dan distribusi ukuran partikelnya. Profil S-2 dijumpai sekuen horison ABwAbBwb sedangkan profil S-1 dan S-3 dijumpai sekuen horison AABBw. Kehadiran sekuen horison tersebut menandakan bahwa tanah tersebut secara umum berumur relatif muda Yatno dan Zauyah, 2005. Warna tanah dari profil-profil pewakil tidak menunjukkan gradasi warna yang berbeda. Warna tanahnya berkisar antara coklat 10YR 21 hingga coklat gelap kekuningan 10YR 46. Meskipun warna tanahnya sama akan tetapi pada horison permukaan nilai value dan chromanya selalu lebih rendah bila dibandingkan dengan horison di bawahnya. Selain itu, perubahan warna tanahnya terlihat berangsur. Tekstur tanah pada ketiga profil tersebut berada kisaran lom, lom berdebu, serta lom klei berdebu. Struktur tanah pada horison A ketiga profil didominasi oleh struktur tanah granular dengan konsistensi lepas dan struktur tanah gumpal membulat dengan konsistensi gembur untuk horison B. Struktur granular pada pada horison A akibat proses pengolahan tanah sehingga strukturnya menjadi hancur dan terlepas dari agregat tanahnya.

3.1.3.2 Sifat Fisik Tanah pada Penggunaan Lahan Budidaya Sayuran

Distribusi ukuran partikel tanah pada penggunaan lahan budidaya sayuran didominasi oleh fraksi debu Tabel 14 dan Gambar 15. Persentase debu berkisar antara 56-62 pada profil S-1, 40-49 pada profil S-2, dan 55-67 pada profil S-3. Profil S-1 didominasi kelas tekstur lom berdebu, profil S-2 dijumpai kelas tekstur lom pada horison A dan B serta lom klei berdebu pada horison terkuburnya. Profil S-3 didominasi oleh tekstur lom berdebu. Menurut Breemen dan Buurman 2003, alofan, imogolit, ferihidrit dan bahan organik tanah mempunyai unit dasar yang sangat kecil. Akan tetapi mereka sangat kuat berkelompok dalam klei membentuk ukuran debu. Gambar 15 menunjukkan bahwa pada profil S-1 dan S-3 distribusi ukuran partikel debu paling tinggi dibandingkan dengan 2 fraksi lainnya, sedangkan pada horison H-2 fraksi pasir dan debu mendominasi pada horison A. Kelas tekstur ketiga profil pada lahan budidaya sayuran tergolong sedang hingga agak halus. Hasil pengukuran bobot isi disajikan pada Tabel Lampiran 10. Data bobot isi tanah berkisar antara 0.41-0.67 gcm 3 . Hal ini terjadi akibat adanya pengaruh mineral klei alofan yang menyebabkan tingkat porositas tinggi Leamy et al., 1980. Bahan organik dan alofan berkontribusi terhadap agregasi tanah Sanchez, 1976 dan yang bertanggung jawab terhadap perkembangan struktur porous Nanzyo et. al., 1993. Gambar 15. Distribusi ukuran partikel profil tanah budidaya sayuran menurut kedalaman Tabel 14. Distribusi ukuran partikel dan bobot isi tanah pada lahan budidaya sayuran Kedalaman Distribusi ukuran partikel Kelas Kelompok Tekstur Profil. Horison cm Pasir Debu Klei Tekstur 0.05-2 mm 2-50 µm 2 µm USDA S-1 Ap1 0-15 23 62 15 SiL sedang Ap2 15-30 24 56 20 SiL sedang AB 30-45 23 56 21 SiL sedang Bw 45-93 20 57 23 SiL sedang BC 93-136 19 61 20 SiL sedang S-2 Ap1 0-10 49 36 15 L sedang Ap2 10-25 38 46 16 L sedang Ap3 25-45 49 40 11 L sedang Bw1 45-73 35 46 19 L sedang Ab 73-102 19 49 32 SiCL agak halus Bwb 102-135 20 46 33 SiCL agak halus S-3 Ap 0-25 28 55 17 SiL sedang AB 25-43 18 55 27 SiL sedang Bw 43-65 14 57 29 SiCL agak halus BC 65-100 19 67 14 SiL sedang Ket: L=lom, CL=klei lom, Sil=lom berdebu, SiCL=lom klei berdebu Gambar 16 menunjukkan bahwa horison A profil tanah pada lahan pertanaman sayur memiliki intensitas kering tak balik yang tinggi. Nilai Z yang mendekati nol menunjukkan semakin tingginya intensitas kering tak balik tanahnya 4 - 28 Tabel Lampiran 11. Pada horison A profil S-2 dijumpai intensitas kering tak balik yang tinggi dibandingkan dengan horison A pada profil S-1 dan S-3. Hal ini lebih dipengaruhi oleh jumlah fraksi pasir lebih tinggi dibandingkan dengan profil S-1 dan S-3.