Geologi Deskripsi Lokasi Penelitian .1 Posisi Geografis dan Administratif

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Karakteristik dan Klasifikasi Tanah di Bawah Tegakan Hutan Sekunder 3.1.1.1 Sifat Morfologi Tanah di Bawah Tegakan Hutan Sekunder Tiga profil tanah pewakil pada penggunaan lahan hutan sekunder telah diamati dan dianalisis profil H-1, H-2, dan H-3. Ketiga profil ini berada pada kisaran ketinggian 1649-1686 m dpl. Hasil deskripsi tiga profil ini disajikan pada Tabel Lampiran 1, 2, 3, dan 10. Solum tanah H-1 dan H-3 termasuk sangat tebal 200 cm sedangkan profil H-2 lebih tipis yaitu hanya 63 cm. Tiga profil ini memiliki horison terkubur horison Ab. Ciri dari horison terkubur adalah adanya kadar bahan organik yang tiba-tiba meningkat dan kembali menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Selain terlihat dari kadar bahan organik yang tiba-tiba meningkat, indikasi horison terkubur pada profil H-1 dan H-3 diperkuat dari distribusi ukuran partikel Tabel 2, yaitu adanya penurunan drastis jumlah fraksi pasir dari horison Bw ke horison Ab. Semua profil memiliki sekuen horison yang sama yaitu Ah, Bw, dan Ab yaitu masing-masing adalah horison Ah, AB, Bw, Ab, Bwb, dan BCb pada H-1, horison Ah, Bw, dan Ab pada H-2, dan horison Ah, Bw, Ab, Bwb pada H-3. Horison terkubur menandakan penimbunan bahan induk volkanik yang terjadi secara berulang-ulang Shoji et al., 1987. Warna tanah dari profil-profil pewakil secara umum menunjukkan terjadinya peningkatan nilai value dan chroma seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Horison A memiliki nilai value dan chroma yang lebih rendah bila dibandingkan dengan horison B. Semua profil menunjukkan kisaran warna hitam 10YR 21 pada horison A. Hal ini erat kaitannya dengan kadar bahan organik tinggi yang terdapat pada horison A. Warna tanah pada horison B berada pada kisaran warna coklat gelap kekuningan 10YR 34-10YR 36. Warna horison terkubur adalah coklat gelap 7.5YR 34 pada profil H-1, dan coklat gelap kekuningan 10 YR 36 dan 10 YR 34 secara berturut-turut pada profil H-2 dan H-3. Tekstur tanah cukup berbeda antara horison A dan horison B. Tekstur tanah cenderung lebih halus seiring dengan bertambahnya tingkat kedalaman pada profil H-1 dan H-3 sedangkan profil H-2 relatif seragam pada semua kedalaman. Tekstur tanah pada ketiga profil didominasi oleh lom berpasir hingga lom klei berdebu disertai batu kerikil yang berukuran 5-10 mm. Tekstur kasar dan batu kerikil menunjukkan kasarnya bahan yang dideposisikan. Struktur tanah merupakan fenomena kompleks yang sebagian bergantung pada faktor-faktor seperti bahan induk, iklim dan proses fisik dan biokimia pembentukan tanah Brady dan Weil, 2001. Horison A ketiga profil memiliki struktur gumpal bersudut berukuran halus dengan kekuatan struktur sedang. Konsistensi horison A sangat gembur pada keadaan lembab. Hal ini terkait adanya pengaruh tingginya kadar bahan organik dan klei amorf yang bersifat porous. Sementara itu, pada horison Bw umumnya memiliki struktur gumpal membulat berukuran sedang dengan kekuatan struktur sedang hingga kuat serta memiliki konsistensi gembur. 3.1.1.2 Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Hutan Sekunder Distribusi ukuran partikel tanah horison A dan Bw pada ketiga profil di bawah tegakan hutan sekunder didominasi fraksi pasir diikuti fraksi debu dan klei Tabel 2 dan Gambar 2. Pada horison terkubur di profil H-1 dan H-3 terjadi penurunan persentase fraksi pasir yang signifikan yang menunjukkan adanya horison terkubur. Horison H-1 dan H-3 memiliki kemiripan pola persentase fraksi tekstur terutama pada fraksi pasir. Fraksi pasir pada horison H-1 dan H-3 memiliki pola semakin menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman, sedangkan fraksi debu dan klei memiliki pola yang sebaliknya. Sementara pada profil H-2 memiliki pola yang berlainan dengan profil H-1 dan H-3. Kelas tekstur tanahnya tergolong agak kasar, sedang, sampai agak halus seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi ukuran partikel dan bobot isi tanah di bawah tegakan hutan sekunder Kedalaman Distribusi ukuran partikel Kelas Kelompok Tekstur Profil Horison cm Pasir Debu Klei Tekstur 0.05-2 mm 2-50 µm 2 µm USDA H-1 Ah 0-20 43 38 19 L sedang AB 20-41 52 38 10 L sedang Bw 41-58 46 43 11 L sedang Ab 58-94 21 46 33 CL agak halus Bwb 94-112 18 62 20 SiL sedang BCb1 112-153 13 55 31 SiCL agak halus BCb2 153-200 16 52 31 SiCL agak halus H-2 Ah1 0-5 47 40 13 L sedang Ah2 5-26 50 32 18 L sedang Bw 26-43 50 36 14 L sedang Ab 43-63 58 32 10 SL agak kasar H-3 Ah1 0-10 50 37 13 SL agak kasar Ah2 10-23 60 27 13 SL agak kasar Bw1 23-44 55 28 17 SL agak kasar Bw2 44-56 30 54 16 SiL sedang Ab 56-105 18 48 34 SiCL agak halus Bwb 105-200 19 45 36 SiCL agak halus Ket: Hasil analisa di Laboratorium Balitan; L=lom, CL=klei lom, Sil=lom berdebu, SiCL=lom klei berdebu, SL-lom berpasir Hasil pengukuran bobot isi disajikan pada Tabel Lampiran 10. Data bobot isi menunjukkan bahwa bobot isi tanah di bawah tegakan hutan sekunder berkisar antara 0.38-0.69 gcm 3 . Menurut Breemen dan Buurman 2003, komponen utama Andisol merupakan komponen non-kristalin yang didominasi alofan yang porous sehingga umumnya Andisol mempunyai bobot isi kurang dari 0.9 gcm 3 , dan bahkan terkadang kurang dari 0.2 gcm 3 .