Sifat Morfologi Perbedaan Karakteristik Tanah yang Merupakan Perbedaan Warisan
Grafik tersebut menunjukkan adanya penurunan nilai Z pada tanah yang diolah Lahan budidaya sayuran dan perkebunan teh dibandingkan dengan tanah yang
tidak diolah. Tanah dibawah tegakan hutan sekunder memiliki nilai Z paling tinggi dibandingkan dengan tanah di perkebunan teh dan lahan budidaya sayuran.
Semakin rendah nilai Z maka intensitas kering tak baliknya semakin tinggi. Hal ini menegaskan bahwa telah terjadi kondisi kering tak balik pada sebagian tanah
yang diolah Lahan budidaya sayuran dan perkebunan teh.
Gambar 22 menunjukkan hubungan antara kadar alofan dengan nilai intensitas kering tak balik. Gambar tersebut menunjukkan hubungan positif yaitu
semakin rendah kadar alofan maka intensitas kering tak balik tanah semakin tinggi. Rendahnya kadar alofan terutama pada lahan perkebunan teh dan budidaya
sayuran mungkin terjadi karena terjadinya penurunan bahan organik tanah dan alofan menjadi hancur sehingga tanah pada lahan perkebunan teh dan budidaya
sayuran menjadi sangat rentan berada dalam kondisi kering tak balik.
Tanah dengan intensitas kering tak balik yang tinggi ini baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi produksi tanaman serta
kelestarian ekologis tanah Andisol itu sendiri. Secara umum upaya pencegahan kondisi kering tak balik agar tidak semakin intensif pada tanah perkebunan teh
dan budidaya sayur adalah dengan menjaga kelembaban tanahnya. Pada tanah perkebunan teh dapat dilakukan cara menyulam kembali tanaman teh pada lahan-
lahan yang kosong serta menambahkan tanaman naungan untuk tanaman teh. Sementara pada lahan budidaya sayur dapat dilakukan dengan cara menggunakan
mulsa baik itu mulsa plastik atau mulsa organik, menambahkan tanaman penutup lahan legume cover crop serta pohon naungan untuk tanaman. Lebih baik
pengelolaan lahan pada budidaya sayur jika dilakukan dengan sistem agroforestri.
Gambar 22. Hubungan alofan vs intensitas kering tak balik Nilai Z