Sifat Morfologi Perbedaan Karakteristik Tanah yang Merupakan Perbedaan Warisan

Grafik tersebut menunjukkan adanya penurunan nilai Z pada tanah yang diolah Lahan budidaya sayuran dan perkebunan teh dibandingkan dengan tanah yang tidak diolah. Tanah dibawah tegakan hutan sekunder memiliki nilai Z paling tinggi dibandingkan dengan tanah di perkebunan teh dan lahan budidaya sayuran. Semakin rendah nilai Z maka intensitas kering tak baliknya semakin tinggi. Hal ini menegaskan bahwa telah terjadi kondisi kering tak balik pada sebagian tanah yang diolah Lahan budidaya sayuran dan perkebunan teh. Gambar 22 menunjukkan hubungan antara kadar alofan dengan nilai intensitas kering tak balik. Gambar tersebut menunjukkan hubungan positif yaitu semakin rendah kadar alofan maka intensitas kering tak balik tanah semakin tinggi. Rendahnya kadar alofan terutama pada lahan perkebunan teh dan budidaya sayuran mungkin terjadi karena terjadinya penurunan bahan organik tanah dan alofan menjadi hancur sehingga tanah pada lahan perkebunan teh dan budidaya sayuran menjadi sangat rentan berada dalam kondisi kering tak balik. Tanah dengan intensitas kering tak balik yang tinggi ini baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi produksi tanaman serta kelestarian ekologis tanah Andisol itu sendiri. Secara umum upaya pencegahan kondisi kering tak balik agar tidak semakin intensif pada tanah perkebunan teh dan budidaya sayur adalah dengan menjaga kelembaban tanahnya. Pada tanah perkebunan teh dapat dilakukan cara menyulam kembali tanaman teh pada lahan- lahan yang kosong serta menambahkan tanaman naungan untuk tanaman teh. Sementara pada lahan budidaya sayur dapat dilakukan dengan cara menggunakan mulsa baik itu mulsa plastik atau mulsa organik, menambahkan tanaman penutup lahan legume cover crop serta pohon naungan untuk tanaman. Lebih baik pengelolaan lahan pada budidaya sayur jika dilakukan dengan sistem agroforestri. Gambar 22. Hubungan alofan vs intensitas kering tak balik Nilai Z

3.2.2.3 Sifat Kimia

Nilai pH aktual tanah pada horison A menunjukkan perubahan karena terjadi peningkatan pH tanah pada lahan yang telah mengalami pengolahan. pH aktual horison A tanah di bawah tegakan hutan sekunder memiliki kecenderungan nilai yang paling rendah dari pada lahan yang telah mengalami pengolahan. Sementara pada tanah dengan penggunaan lahan budidaya sayuran dan y = 0.0967x + 13.055 R² = 0.2639 5 10 15 20 25 30 50 100 A lo fan Intensitas kering tak balik perkebunan teh memiliki nilai dan tingkat keberagaman pH aktual yang relatif sama. Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dengan demikian peningkatan nilai pH yang optimal dapat membantu ketersedian unsur hara bagi tanaman. Data kisaran nilai pH pada tiga jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 23. Ket: H= hutan sekunder, S= lahan budidaya sayuran, T= lahan perkebunan teh Gambar 23. Sebaran nilai pH tanah Penggunaan lahan untuk pertanian dapat menjadi penyebab utama ketidakseimbangan dan perubahan pH oleh peningkatan input pupuk kimia dan penghilangan bahan organik. Pada tanah hutan pH lebih rendah dibandingkan dengan dua jenis tanah terkait masih tingginya bahan organik yang berkontribusi menyumbangkan asam-asam organik pada saat proses dekomposisi bahan organik terjadi Boehm, 1995. Ket: H= hutan sekunder, S= lahan budidaya sayuran, T= lahan perkebunan teh Gambar 24. Sebaran nilai C-organik tanah dan N-total Kadar C organik menunjukkan penurunan kadar pada penggunaan lahan sedang dan intensif, grafik kisaran nilainya dapat dilihat pada Gambar 24. Secara umum kadar C-organik tanah pada horison A menurun sebagai akibat dari penggunaan tanah. Tanah di bawah tegakan hutan sekunder memiliki kadar C- organik pada horison A paling tinggi dari semua jenis penggunaan lahan yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa bahan organik tanah di bawah tegakan hutan sekunder yang berasal dari sisa-sisa akar dan tumbuhan di hutan terjaga. Menurut 3 4 5 6 7 H T S pH H2O 1:1 2 4 6 8 10 12 H T S C-organik 0.2 0.4 0.6 0.8 1 H T S N-total