Sifat Morfologi Tanah pada Penggunaan Lahan Perkebunan Teh

Tabel 8. Distribusi ukuran partikel dan bobot isi tanah di lahan perkebunan teh Kedalaman Distribusi ukuran partikel Kelas Kelompok Tekstur Profil. Horison cm Pasir Debu Klei Tekstur 0.05-2 mm 2-50 µm 2 µm USDA T-1 A 0-30 27 64 9 SiL sedang Bt1 30-63 19 53 28 SiCL agak halus Bt2 63-110 16 63 21 SiL sedang BC 110-146 20 52 28 SiCL agak halus T-2 Ap 0-25 37 50 13 SiL sedang AB 25-50 18 61 21 SiL sedang Bt1 50-96 17 47 36 SiCL agak halus Bt2 96-126 20 52 28 SiCL agak halus BC 126-165 17 67 16 SiL sedang Ab 165-200 17 71 12 SiL sedang T-3 Ap 0-25 36 54 10 SiL sedang Bt 25-58 26 54 20 SiL sedang BC 58-105 33 52 15 SiL sedang C 105-145 - - - - - Ab 145-190 23 58 19 SiL sedang Ket: Sil=lom berdebu, SiCL=lom klei berdebu, SL-lom berpasir Intensitas kering tak balik merupakan sifat fisik yang penting untuk diperhatikan. Data intensitas kering tak balik disajikan pada Tabel Lampiran 11 dan Gambar 9. Horison A pada ketiga profil di lahan perkebunan teh mempunyai intensitas kering tak balik yang tinggi. Nilai Z yang mendekati nol 6-16 menunjukkan semakin besar intensitas kering tak balik tanahnya. Horison T-3 mempunyai nilai intensitas kering tak balik yang paling besar pada solum tanahnya dibandingkan dengan profil T-1 dan T-2. Hal ini lebih dipengaruhi oleh jumlah fraksi pasir yang mendominasi pada seluruh lapisan yang diakibatkan oleh struktur tanah yang resisten terhadap tumbukan air sehingga dalam keadaan kering membentuk pseudo sand pasir semu. Gambar 9. Intensitas kering tak balik tanah di lahan budidaya perkebunan teh Ket : Z = Intensitas kering tak balik X = Kadar air tanah pada keadaan kapasitas lapang sebelum kering oven 105 o C Y = Kadar air tanah pada keadaan kapasitas lapang setelah kering oven 105 o C.

3.1.2.3. Sifat Kimia Tanah pada Penggunaan Lahan Perkebunan Teh Kemasaman Tanah

Nilai pH aktual tanah yang diukur dengan menggunakan pelarut air berkisar antara 4.68 hingga 5.44 Tabel 9. Horison A memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan horison di bawahnya, sehingga nilai pH cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Dua dari tiga profil tanah memiliki pH potensial yang diukur dengan menggunakan pelarut KCl yang lebih besar dari pH aktual sehingga nilai ∆ pHnya cenderung positif untuk kedua profil tersebut. Sebaliknya, profil T-3 memiliki nilai pH potensial yang lebih rendah dibandingkan dengan pH aktual. Selisih nilai pH ∆pH antara pH H2O dan pH KCl umumnya bernilai positif dimana nilai pH KCl pH H20 . Hal tersebut merupakan implikasi dari sifat mineral alofan yang memiliki banyak gugus Al OH H 2 O yang reaktif pada permukaannya. Apabila gugus-gugus tersebut bereaksi dengan ion H + atau OH - , permukaannya bisa menjadi lebih positif atau negatif Parfitt, 1988. Nilai ∆pH tanah pada lahan perkebunan teh juga dipengaruhi oleh intensitas kering tak balik di mana mempunyai hubungan yang positif Gambar 10. Gambar 10. Hubungan ∆pH dengan intensitas kering tak balik pada lahan perkebunan teh Selain pengukuran pH aktual dan potensial juga dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan larutan NaF untuk menentukan sifat andik. Seperti ditunjukkan pada Tabel Lampiran 12, hasil pengukuran menunjukkan nilai pH NaF berada pada kisaran nilai 10.9-114. Tingginya pH NaF ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan mineral klei amorf. Selain itu, Kadar Al-dd pada semua profil berada di bawah kisaran sangat rendah sampai tidak terukur.0.2 cmol c kg. Hal ini sama halnya dengan kadar Al-dd pada tanah di bawah tegakan hutan sekunder. y = 0.005x - 0.1977 R² = 0.7135 -0.3 -0.2 -0.1 0.1 0.2 0.3 0.4 20 40 60 80 100 D e lt a p H Intensitas kering tak balik nilai Z Tabel 9. Kemasaman tanah pada tanah di lahan perkebunan teh No. Horison Kedalaman pH 1 : 1 cm H 2 O KCl ∆ pH 1. Profil T-1 A 0-30 5.23 5.16 -0.07 Bt1 30-63 5.46 5.53 0.07 Bt2 63-110 5.38 5.68 0.30 BC 110-146 5.44 5.70 0.26 C 146-200 - - - 2. Profil T-2 Ap 0-25 4.78 4.59 -0.19 AB 25-50 5.2 5.21 0.01 Bt1 50-96 5.13 5.26 0.13 Bt2 96-126 5.31 5.49 0.18 BC 126-165 5.33 5.49 0.16 Ab 165-200 5.32 5.32 3. Profil T-3 Ap 0-25 4.68 4.45 -0.23 Bt 25-58 4.90 4.82 -0.08 BC 58-105 5.30 5.20 -0.10 C 105-145 - - - Ab 145-190 5.44 5.53 0.09 Karbon Organik dan Nitrogen Total Kadar karbon organik pada tanah dengan penggunaan lahan kebun teh disajikan pada Tabel Lampiran 13 dan Gambar 11. Data menunjukkan bahwa kadar karbon organik pada tanah ini berkisar antara 6.13-0.88. Horison A memiliki kadar karbon organik paling tinggi dibandingkan dengan horison di bawahnya. Peningkatan kadar karbon organik kembali terjadi pada horison Bw ke Horison Ab pada profil T-2 dan T-3. Hal ini memperkuat hasil pengamatan morfologi yang telah dibahas sebelumnya yaitu profil T-2 dan T-3 memiliki horison terkubur pada kedalaman 145 cm. Gambar 11. Kadar C-organik tanah di lahan perkebunan menurut kedalaman Gambar 12. Kadar N-total tanah di lahan perkebunan teh menurut kedalaman Data menunjukkan bahwa kadar N-total pada tanah ini berkisar antara 0.1- 0.59 Tabel lampiran 12 dan Gambar 12. N-total tampaknya memiliki tren yang sama dengan kadar karbon organik. Semakin tinggi nilai N-total maka semakin tinggi pula tanah tersebut dalam menyediakan nitrogen. Sementara itu, nilai rasio CN berkisar antara 7-14 meskipun pada horison Ab pada profil T-2 memiliki nilai 20. Rendahnya nilai CN rasio tersebut menunjukkan bahwa bahan organik yang berada dalam tanah sudah menjadi humus yang relatif stabil di dalam tanah. Kapasitas Tukar Kation dan Basa-Basa Dapat Ditukar Nilai KTK pada tanah di lahan perkebunan teh memiliki nilai yang relatif beragam Tabel 10. Pada profil T-1 mempunyai nilai KTK berkisar antara 21.58- 29.70 cmolkg, pada profil T-2 dan T-3 berkisar antara 21.78-29.31 cmolkg dan 23.17-29.70 cmolkg. Nilai KTK rendah pada horison A dan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Rendahnya nilai KTK pada horison A akibat adanya sejumlah mineral amorf yang inakif akibat terjadinya kondisi kering tak balik. Sementara itu, nilai KTK efektif pada tanah di lahan perkebunan teh berkisar antara 6.41-1.68 cmolkg sedangkan tren nilai KTK efektif relatif tidak beraturan pada tiap profilnya. Nilai ∆KTK umumnya rendah pada horison A. Hal ini akibat adanya kondisi kering tak balik yang menyebabkan muatan variabel menjadi lebih rendah. Profil T-3 memiliki nilai ∆KTK yang nilainya relatif sama antara horison A dengan horison di bawahnya. Hal ini berkaitan dengan nilai intensitas kering tak balik yang memiliki pola yang sama dengan nilai ∆KTK. Data mengenai basa-basa dapat ditukar pada tanah di lahan perkebunan teh disajikan pada Tabel 10. Kadar basa dapat ditukar pada ketiga profil menunjukkan sebaran nilai yang relatif seragam pada setiap jenis basanya. Kadar Ca-dd pada ketiga profil berkisar antara 4.91-1.22cmolkg, kadar Mg-dd berkisar antara 0.57- 0.16 cmol c kg. Sementara itu, untuk kadar K-dd dan Na-dd pada profil T-1 dan T- 2 relatif seragam, sedangkan pada profil T-3 lebih tinggi dari kedua profil