Sifat Fisik Perbedaan Karakteristik Tanah yang Merupakan Perbedaan Warisan
perkebunan teh memiliki nilai dan tingkat keberagaman pH aktual yang relatif sama. Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara
dengan demikian peningkatan nilai pH yang optimal dapat membantu ketersedian unsur hara bagi tanaman. Data kisaran nilai pH pada tiga jenis penggunaan lahan
dapat dilihat pada Gambar 23.
Ket: H= hutan sekunder, S= lahan budidaya sayuran, T= lahan perkebunan teh
Gambar 23. Sebaran nilai pH tanah Penggunaan lahan untuk pertanian dapat menjadi penyebab utama
ketidakseimbangan dan perubahan pH oleh peningkatan input pupuk kimia dan penghilangan bahan organik. Pada tanah hutan pH lebih rendah dibandingkan
dengan dua jenis tanah terkait masih tingginya bahan organik yang berkontribusi menyumbangkan asam-asam organik pada saat proses dekomposisi bahan organik
terjadi Boehm, 1995.
Ket: H= hutan sekunder, S= lahan budidaya sayuran, T= lahan perkebunan teh
Gambar 24. Sebaran nilai C-organik tanah dan N-total Kadar C organik menunjukkan penurunan kadar pada penggunaan lahan
sedang dan intensif, grafik kisaran nilainya dapat dilihat pada Gambar 24. Secara umum kadar C-organik tanah pada horison A menurun sebagai akibat dari
penggunaan tanah. Tanah di bawah tegakan hutan sekunder memiliki kadar C- organik pada horison A paling tinggi dari semua jenis penggunaan lahan yang
diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa bahan organik tanah di bawah tegakan hutan sekunder yang berasal dari sisa-sisa akar dan tumbuhan di hutan terjaga. Menurut
3 4
5 6
7
H T
S
pH H2O 1:1
2 4
6 8
10 12
H T
S
C-organik
0.2 0.4
0.6 0.8
1
H T
S
N-total
Boehm 1995 setidaknya terdapat 6 faktor yang berkonstribusi dalam jangka waktu panjang menyebabkan kemerosotan kadar bahan organik tanah;
terganggunya horison A; berkurangnya input biomasa, pengambilan tanaman serta limbah tanaman pemanenan; peningkatan dekomposisi bahan organik dan
mineralisasi C; kerusakan agregat tanah sehingga lebih rentan didekomposisi oleh mikrob; dan peningkatan erosi.
Pada tanah perkebunan teh kadar bahan organik lebih bervariasi dibandingkan dengan tanah sayur, salah satunya diakibatkan adanya pemangkasan
tahunan yang menjadi sumber utama siklus hara dan berkontribusi terhadap keseimbangan sistem tanah dengan tanaman. Biomasa hasil pemangkasan
berimplikasi terhadap penambahan bahan organik serta hara pada tanah namun masih belum seimbang dengan tingkat kehilangan bahan organik tanahnya.
Penurunan C-organik pada lahan budidaya sayuran terjadi akibat pengolahan intensif yang menyebabkan terjadinya peningkatan aerasi dan
aktivitas mikroba yang menyebabkan teroksidasinya bahan organik tanah. Selain itu, erosi dan proses pemanenan memegang peranan penting dalam proses
kehilangan bahan organik. Penurunan kadar bahan organik pada tanah pada lahan budidaya sayuran juga disebabkan oleh tingkat dekomposisi bahan organik yang
melebihi tingkat penambahan bahan organiknya itu sendiri.
Usaha untuk menanggulangi kehilangan bahan organik tanah yang paling sederhana adalah mengembalikan sisa-sisa tanamanlimbah panen ke ekosistem
tanah. Pada lahan perkebunan teh kemungkinan pengembalian sisa tanaman dalam waktu yang berdekatan sangat kecil. Pengembalian sisa tanaman teh hanya
mungkin terjadi selama satu periode pemangkasan pruning empat tahun sekali, oleh karena itu perlu penambahan bahan organik. Sementara itu, pada tanah di
lahan budidaya sayuran pengembalian sisa panen perlu dilakukan setiap menjelang musim tanam, akan tetapi lebih baik jika sisa panen yang tidak
termanfaatkan terlebih dahulu melalui proses pengomposan sebelum diaplikasikan langsung pada tanah.
Kondisi topografi yang berada pada daerah berlereng yang menyebabkan erosi sehingga diperlukan tindakan konservasi yang sesuai. Salah satu contohnya
adalah dengan membuat teras yang sesuai dengan arah kontur pada lahan budidaya sayuran. Sementara pada lahan perkebunan teh dapat dilakukan dengan
cara menjaga populasi yang tetap rapat serta menambahkan tanaman penutup lahan sebagai pencegah erosi permukaan.
Persentase N total juga memiliki pola perubahan yang sama dengan persentase bahan organik Gambar 24. Kadar N-total menunjukkan penurunan
seiring dengan semakin intensifnya penggunaan tanah. Tanah pada lahan budidaya sayur memiliki kisaran nilai N-total yang paling rendah dibandingan
dengan penggunaan lahan yang lain. Sementara pada tanah perkebunan teh kisaran nilainya relatif beragam karena tingkat penggunaan sedang sehingga
menyebabkan sebaran nilai yang beragam dibandingkan dengan tanah pada lahan budidaya sayur.
Untuk mempertahankan kadar nitrogen tanah pada perkebunan teh dapat dilakukan dengan menanam tanaman penutup dengan memilih jenis tanaman yang
dapat berkontribusi menambat nitrogen dari udara. Sementara pada lahan budidaya sayuran dapat dilakukan dengan menyelingi tanaman utama dengan
tanaman penutup lahan LCC yang tidak mengganggu tanaman utama atau dalam