kristobalit yang muncul dengan intensitas 100 pada setiap profil di semua penggunaan lahannya. Namun pada beberapa profil juga terdapat beberapa profil
tanah yang sudah menunjukkan arah perkembangan pada tahap senil tua. Hal tersebut ditandai dengan terdeteksinya mineral metahaloisit dan haloisit hidrat.
Dengan demikian adanya perbedaan pada mineral pasir dan mineral klei tidak selaras dengan penggunaan lahan.
3.2.1.4 Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah merupakan cerminan dari sifat morfologi, fisik, kimia, mineral serta lingkungan pembentuknya. Perubahan penggunaan lahan di daerah
lokasi penelitian tidak sampai mengubah klasifikasi tanah pada kategori ordo. Proses pengelolaan tanah di lokasi penelitian hanya sebatas lapisan olah tanah
saja. Adapun proses pengelolaannya meliputi penggemburan tanah melaui pencangkulan, pemupukan, dan penyiangan. Bila ada tindakan pembuatan teras
tanpa memperhatikan aspek konservasi dengan cara mengikis habis lapisan permukaan terutama horison A kemungkinan akan mengubah klasifikasi
tanahnya. Oleh karena itu, semua tanah yang diteliti memenuhi syarat untuk diklasifikasikan ke dalam taksa Andisol. ketiga jenis penggunaan lahan memiliki
kesamaan hingga tingkat great group yaitu termasuk ke dalam great group Hapludands. Implikasi dari adanya perbedaan kondisi morfologi tanah profil yang
diteliti mengarah kepada perbedaan klasifikasi tanah pada kategori subgroup yaitu kategori subgrup Typic, Ultic, dan Thaptic. Selain itu, adanya penimbunan klei
yang secara kuantitas menenuhi syarat sebagai horison argilik juga menimbulkan perbedaan pada kategori subgroup yaitu termasuk ke dalam subgrup Ultic.
Perbedaan klasifikasi ini terjadi akibat faktor pembentuk tanah setempat in situ. 3.2.2 Perbedaan Karakteristik Tanah Akibat Perubahan Penggunaan Lahan
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa pada awalnya penggunaan lahan seluruh lokasi penelitian adalah hutan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tanah
di bawah tegakan hutan digunakan sebagai acuan karakteristik tanah pada penggunaan lahan budidaya perkebunan teh dan sayuran terlepas dari adanya
perbedaan karakteristik yang memang merupakan perbedaan warisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan karakteristik yang terjadi pada tanah
Andisol dengan pengelolaan tanah sedang dan intensif terjadi hanya pada horison A. Hal ini terjadi akibat kegiatan pengolahan terjadi pada horison A permukaan
sehingga efek dari pengolahan tersebut tentunya berdampak langsung pada horison A.
3.2.2.1 Sifat Morfologi
Warna tanah menunjukkan perubahan warna dari hitam menjadi coklat hingga coklat kekuningan yaitu pada tanah di bawah tegakan hutan sekunder
berwarna lebih gelap 10YR 21 dibandingkan dengan tanah pada lahan budidaya sayur dan tanah di perkebunan teh 10YR 33 – 10YR 46. Secara umum warna
tanah sangat erat kaitannya dengan kadar bahan organik, reaksi redoks dalam tanah, serta proses pencucian klei. Warna gelap pada tanah di bawah tegakan
hutan sekunder menandakan kadar bahan organik yang tinggi terutama pada lapisan permukaan tanah. Sementara itu, pada tanah-tanah di lahan sayur dan
perkebunan teh memiliki warna yang lebih terang dan warna tersebut cenderung merata untuk sebagian profil. Hal ini karena berkurangnya bahan organik pada
tanah perkebunan teh dan budidaya sayuran. Dengan demikian semakin intensif penggunaan lahan maka warna tanah semakin terang.
3.2.2.2 Sifat Fisik
Bobot isi tanah pada horison A menunjukkan sedikit perubahan yaitu yang paling rendah terdapat pada tanah di bawah tegakan hutan sekunder sedangkan
pada tanah di lahan budidaya dan perkebunan teh nilai bobot isinya relatif sama dan nilainya sedikit lebih tinggi daripada tanah di bawah tegakan hutan sekunder.
Rendahnya nilai bobot isi tanah di bawah tegakan hutan sekunder erat hubungannya dengan kadar bahan organik yang masih tinggi serta agregasi tanah
atau porositas yang baik dibandingkan dengan di kedua jenis penggunaan lahan lainnya. Kisaran nilai bobot isi tanah pada tiga jenis penggunaan lahan dapat
dilihat pada Gambar 21.
Menurut Blank dan Fosberg 1989 bobot isi tanah sangat sensitif terhadap dampak dari pengolahan tanah. Sistem pengolahan tanah yang menyebabkan
penurunan bahan organik tanah, mengakibatkan berkurangnya agregasi dan ruang pori tanah sehingga meningkatkan bobot isi tanah. Penyebab meningkatnya bobot
isi tanah ini juga dapat diakibatkan adanya kegiatan pemanenan pada lahan perkebunan teh yang secara mekanis menyebabkan pemadatan. Dengan demikian
untuk mempertahankan bobot isi adalah dengan menambahkan bahan organik tanah.
Ket: H= hutan sekunder, S= lahan budidaya sayuran, T= lahan perkebunan teh
Gambar 21. Sebaran nilai bobot isi tanah dan Intensitas kering tak balik tanah Selain bobot isi, sifat fisik lain yang penting pada Andisol ialah intensitas
kering tak balik yang direpresentasikan dalam nilai Z. Grafik kisaran nilai Z menunjukkan nilai intensitas kering tak balik dapat dilihat pada Gambar 21.
0.2 0.4
0.6 0.8
1
H T
S
g r
cm
3
Bobot Isi
10 20
30 40
50 60
H T
S
Intensitas Kering Tak Balik Nilai Z