Kerangka Pemikiran Analitis TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

putaran pertama dari sisi tenaga kerja Σ i a ij e i menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. 3 Efek Dukungan Industri Industrial Support Effect Dari sisi output, efek ini menunjukkan peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. 4 Efek Induksi Konsumsi Consumption Induced Effect Efek ini dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi peningkatan konsumsi rumah tangga akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. 5 Efek Lanjutan Flow-on_Effect Efek lanjutan merupakan efek yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau suatu wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

2.6. Kerangka Pemikiran Analitis

Pembangunan nasional pada dasarnya berusaha mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan makmur. Dengan keadaan negara Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam dan manusia, dan Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi terdekat dengan ibukota memiliki potensi yang sangat besar yang dalam pengembangannya harus diatur dan ditata dengan baik agar membuahkan hasil yang maksimal. Sejarah pembangunan ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa selama beberapa dasawarsa, sektor pertanian masih menjadi tumpuan harapan negara sebagai penggerak ekonomi, terutama kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Potensi agraris yang demikian besar menjanjikan hasil yang sangat menggiurkan jika diolah dan ditangani dengan benar, kondisi sosial-teknologi negara yang masih dalam taraf seperti sekarang ini memberikan hasil yang kurang maksimal dari sektor pertanian. Penebangan hutan liar, pencurian hasil laut oleh nelayan asing dan berbagai masalah lainnya ikut serta di dalam menurunkan hasil dari sektor pertanian. Setelah sekian tahap pembangunan dilaksanakan, perkembangan menunjukkan bahwa sektor pertanian tidak dapat selamanya dijadikan dasar tumpuan sumber pendapatan negara karena ternyata kontribusi sektor ini dalam perekonomian Indonesia menunjukkan kecenderungan yang menurun. Di sisi lain sektor industri menunjukkan perkembangan yang pesat. Seiring dengan kebutuhan berbagai kebijakan baru yang mendukung bidang industri pengolahan yang dikeluarkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Hasilnya adalah sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang cepat. Industri yang umumnya tumbuh dengan cepat ialah industri yang bersifat padat modal, jenis industri yang nilai produktivitasnya sangat tinggi. Suatu dilema dalam mengembangkan sektor industri di Indonesia adalah masalah pemilihan teknologi dan hubungannya dengan kesempatan kerja. Pembangunan industri telah banyak berdampak positif dalam pembangunan regional, sektor industri mampu meningkatkan kualitas daerah, perataan investasi dan pendapatan daerah Kriswantriyono, 1991. Tahun-tahun belakangan ini sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia. Berkembangnya sektor industri pengolahan di daerah tidak terlepas dari perkembangan sektor industri nasional. Di Provinsi Jawa Barat, sifat sektor industri pengolahan berhubungan erat dengan sektor pertanian. Kemunculan bengkel-bengkel mesin di Provinsi Jawa Barat bersamaan dengan mulai berkembangnya sektor industri nasional, dikarenakan pada saat awal industri logam dan mesin didirikan untuk memenuhi kebutuhan sektor perkebunan. Sampai saat ini sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat masih mendapatkan modal dari Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dan Penanaman Modal Asing PMA dalam jumlah yang terbesar. Rp. 10.713.020 juta untuk PMA dan sebesar Rp. 11.295.288 juta untuk PMDN BPMD Jawa Barat, 2007. Persentase penanaman modal untuk sektor industri pengolahan di Jawa Barat mencapai 95,22 persen dari total keseluruhan modal yang ditanamkan di seluruh sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Tidak semua daerah mengalami hal yang serupa dengan Provinsi Jawa Barat. Pola dan strategi pembangunan sektoral di daerah selalu didasarkan atas potensi dan prospek masing-masing daerah, apalagi setelah adanya otonomi daerah. Beberapa wilayah yang termasuk ke dalam Provinsi Jawa Barat dikhususkan untuk dikembangkan sebagai daerah industri. Letaknya yang strategis sebagai daerah penyangga bagi wilayah ibukota memberi arti yang tersendiri. Bagaimana peranan sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat sangat menarik bagi penulis untuk dilihat. Bagaimana pengaruh sektor industri pengolahan terhadap perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat, keterkaitan antarsektor, dampak multiplier, dan pengaruh kebijakan yang diambil. Untuk mengetahui hal-hal tersebut, penulis menggunakan analisis Tabel Input Output Provinsi Jawa Barat tahun 2003 serta analisis dilengkapi dengan regulasi dari pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap sektor industri pengolahan agar tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan seperti yang tergambarkan dalam kerangka di bawah ini. Sektor Industri Pengolahan Sektor Perekonomian PDRB Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Regulasi Pemerintah Analisis Multiplier Analisis Keterkaitan Analisis Input-Output Analisis Pembentukan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Provinsi Jawa Barat dipilih sebagai tempat penelitian karena sektor industri pengolahan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB daerah ini, selain itu Provinsi Jawa Barat juga sebagai wilayah penyangga yang berperan terhadap pembangunan ibukota. Dengan pertimbangan ini akan diteliti perkembangan sektor industri pengolahan dalam perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat, keterkaitannya dengan sektor lain, pengaruhnya terhadap penyerapan dan perluasan kesempatan kerja, dan terhadap pendapatan daerah. Penulisan penelitian telah dimulai sejak Februari 2009. Penelitian selesai pada bulan Juli 2009, telah mencakup waktu yang diperlukan untuk penulisan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan diselesaikan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam Jensen 1986, metode yang digunakan dalam pengambilan data ini adalah metode non-survei atau survei minimal. Kelemahan metode ini adalah analisis akan sangat tergantung pada ketersediaan data yang ada serta hasil pengolahan data. Terjadinya penyimpangan di luar teori akan sulit dijustifikasi, kecuali peneliti sudah sangat memahami dan terbiasa dengan penelitian sejenis.